RINGKASAN
PENDEKATAN BEHAVIORISTIK
Dosen
Pengampu: Dra. Hj. Siti Hartini
Disusun
oleh
Novya
Kristyawati 09144200209
Intan
Nuraidina Rayani 09144200205
Momon
Riyanto 09144200219
Didi
Kurniadi
09144200131
Amir
Agus Priyono 09144200003
Titis
Putra Pratama
09144200202
PROGRAM
STUDI BIMBINGAN DAN KONSSELING
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA
2011
Aliran
Behavioristik yakni suatu aliran yang menitikberatkan peranan lingkungan,
peranana dunia luar sebagai factor penting dimana seseorang dipengaruhi,
seseorang belajar.Aliran ini memandang perkembangan seseorang sebagai “seorang
tumbuh menjadi seperti apa yang terbentuk oleh lingkungan”.
Menurut
Franks ada 3 hal yang berpengaruh terhadap munculnya terapi perilaku, yaitu:
1. L.P.
Pavlov mengenai percobaan-percobaan dan sekarang dikenal dengan
kondisioning-klasik.
2. E.L.
Thorndike mengenai belajar dengan hadiah yang menghasilkan hokum efek dan
sekarang dikenal dengan kondisioning aktif dan perilaku instrumental.
3. J.B.
Watson yang mengamalkan teknik dasar dari apa yang telah dilakukan Pavlov,
diamalkan untuk menghadapi seseorang dengan kelainan jiwa dan sekarang dikenal
dengan percobaan klasik mengenai kondisioning operan.
A. TERAPI
PERILAKU, PENGUBAHAN PERILAKU DAN PSIKOTERAPI
Terapi perilaku dan terapi pengubahan tingkah laku
mendasarkan pada pendekatan analisis perilaku dan penerapannya.
Pengubahan perilaku merupakan pengalaman dasr riset
dari teori psikologi eksperimental untuk mempengaruhi perilaku ddengan tujuan
mengatasi masalah-masalan pribadi dan social dan meningkatkan fungsinya.
Terapi perilaku merupakan teknik khusus yang
mempergunakan dasar psikoologi (khususnya proses belajar) untuk mengubah
perilaku seseorang secara kualitatif.
Menurut Masters, et al [1987], teknik yang dipakai
dalam perilaku adalah:
1. Relaksasi.
2. Pengebalan
sistematik.
3. Latihan
kepekaan.
4. Peniruan
melalui model.
5. Kondisioning
aktif.
6. Penguasaan
diri.
7. Kejenuhan.
8. Kondisioning
melalui penolakan.
Paham dasar pada terapi perilaku menurut Masters et
al [1987], yakni:
1. Terapi
perilaku secara relative lebih memusatkan pada perilaku itu sendiri dan kurang
memperhatikan factor penyebab yang mendasarinya.
2. Perilaku
malasuai dalam batas tertentu diperoleh melalui proses belajar, sama halnya
dengan setiap perilaku lain.
3. Dasar-dasar
psikologi, khususnya dasar teori dan proses belajar, dapat dipergunakan secara
sanngat efektif dalam mengubah perilaku malasuai. Inilah dasar dari konsep
bahwa manusia masih mungkin mempelajari sesuatu yang baru untuk mengganti
sesuatu yang lama.
4. Terapi
perilaku menentukan dan merumuskan tujuan khusus terapi.
5. Terapi
perilaku menolak teori terapi klasik mengenai aspek dasar kepribadian.
6. Terapis
perilaku menyesuaikan metode terapinya dengan masalah yang ada pada klien.
7. Terapi
perilaku memusatkan pada keadaan sekarang.
8. Terapis
perilaku menilai hasil-hasil yang diperoleh secara empiric, merupakan dukungan
yang besar dalam mempergunakan macam-macam teknik.
Karakteristik pendekatan Behavioristik menurut
Corey:
1. Terapi
perilaku didasarkan pada hasil eksperimen yang diperoleh dari pengalaman
sistematik dasr-dasar teori belajar untuk membantu seseorang mengubah perilaku
malasuai.
2. Terapi
ini memusatkan pada masalah yang dirasakan pasien sekarang ini dan terhadap
factor-faktor yang mempengaruhi, sebagi sesuatu ynag berlawanan, dimana ada
hal-hal yang menentukan dalam sejarah pekembangan seseorang.
3. Terapi
ini menitikberatkan perubahan erilaku yang terlihat sebagai criteria utama,
sehingga kemungkinan melakukan penilaian terhadap terapi meskipun proses kognitifnya
tidak bias diabaikan.
4. Terapi
perilaku merumuskan tujuan terapi dalam terminology kongkret dan objektif, aga
kemungkinan dilakukan intervensi untuk mengulang apa yang pernah dilakukan.
5. Terapi
perilaku pada umumnya bersifat pendidikan.
Tahun 1959, Eysenck menunjukan 10 perbedaan antara
psikoterapi dengan terapi perilaku yakni:
no
|
psikoterapi
|
Terapi perilaku
|
1
|
Mendasarkan pada teori yang tidak
konsisten, tidak pernah dirumuskan dengan tepat dalam bentuk yang pasti
|
Mendasarkan pada perumusan teori yang
tepat dan konsisten yang dapat diuji secara deduktif
|
2
|
Diperoleh dari observasiklinis yang
dibuat tanpa pengontrolan melalui obseravasi atau eksperimen
|
Diperoleh dari hasil studi
eksperimental khususnya dibentuk untuk menguji teori dasr dan deduksi-deduksinya
|
3
|
Menganggap gejala sebagai perwujudan
dari sebab-sebab yang tidak disadari
|
Menganggap gejala sebagai respon
terkondisi yang tidak sesuai
|
4
|
Menganggap gejala sebagai tanda adanya
penekanan (represi)
|
Menganggap gejala sebagai tanda adanya
proses belajar yang salah
|
5
|
Percaya bahwa munculnya sesuatu gejala
ditentukan oleh mekanisme pertahanan diri
|
Percaya bahwa munculnya suatu gejala
ditentukan oleh perbedaan perorangan yang bias dikondisioningkan dan memiliki
otonomi yang labil, sama halnya dengan suasana lingkungan yang terjadi secara
kebetulan
|
6
|
Semua perlakuan terhadap pasien yang
mengalami kelainan neurotic, berhubungan dengan munculnya kebiasaan pada
waktu sekarang, sejarah perkembangan sebagian tidak relevan
|
|
7
|
Kesembuhan diperoleh denngan
memperlakukan dinamika- dinamika
yang mendasarinya, tidak dengan memperlakukan gejala itu sendiri
|
Kesembuhan diperoleh dengan
memperlakukan gejala itu sendiri, yakni dengan membuat respon terkondisi yang
tidak sesuai dengan sesuatu yang menjenuhkan dan membentuk respon terkondisi
yang diharapkan
|
8
|
Interpretasi terhadap gejala, mimpi,
tindakan adalah elemen yang penting dalam terapi
|
Interpretasi, bahkan jka tidak
subyektif atau tidak melakukan kesalahan sekalipun, tidak relevan
|
9
|
Terapi terhadap gejalanya justru
memunculkan gejala baru
|
Tetapi terhadap gejalanya menyebabkan
kesembuhan secara menetap dengan adanya kemampuan menghilangkan respon-respon
yang berlebihan melalui proses penjenuhan dengan sendirinya
|
10
|
Transferens adalah hal yang penting
untuk kesembuhan pasien neurotik
|
Hubungan pribadi tidak penting untuk
menyembuhkan penderita neurotic, sekalipun hal itu bias berguna dalam keadaan
tertentu
|
B. PANDANGAN
TERHADAP KONSEP MANUSIA
Menurut Dustin dan George konsep manusia yakni:
1. Manusia
dipandang sebagai individu yang pada hakikatnya bukan individu yang baik atau
jahat, tetapi sebagai individu yang selalu dalam keadaan sedang mengalami, yang
memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu pada semua jenis perilaku.
2. Manusia
mampu mengkonseptualisasikan dan mengkontrol perilakunya sendiri.
3. Manusia
mampu memperoleh perilaku yang baru.
4. Manusia
bias mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan perilakunya yang bias
dipengaruhi orang lain.
Menurut Ivey, et al [1987] manusia sebagai manusia
yang mekanistik dan deterministic, dimana manusia dianggap bias dibentuk
sepenuhnya oleh lingkungan dan sedikit memiliki kesempatan untuk memilih.
Albert Bandura menolak manusia sebagai pribadi
mekanistik dengan model perilakunya yang deterministic, karena pada manusia ada
kebebasan dalam menghadapi rangsang-rangsang dari lingkungan dan bukan
semata-mata sebagai subyek yang pasif.
C. TUJUAN
TERAPI PERILAKU
Menurut Corey, tujuan terapi adalah secara umum
untuk menghilangkan perilaku malasuai dan belajar berperilaku lebih efektif.
Menurut
Ivey, el at [1987] tujuan terapi erilaku adalah untuk menghilangkan perilaku
dan kesalahan yang telah terjadi melalui proses belajar dan menggantinya dengan
pola perilaku yang lebih sesuai.
Tujuan terapi perilaku dengan orientasi kearah
kegiatan konseling, menurut George dan Cristiani adalah:
1. Mengubah
perilaku malasuai pad aklien.
2. Membantu
klien belajar dalam proses pengambilan keputusan secara lebih efisien.
3. Mencegah
masalah dikemudian hari.
4. Memecahkan
masalah perilaku khusus yang diminta oleh klien.
5. Mencapai
perubahan perilaku yang dapat dipakai dalam kegiatan kehidupannya.
D. TEKNIK
TERAPI PERILAKU
v Relaksasi
Dasar umum untuk melaksanakan
teknik ini adalah sebagai berikut:
a) Mengajarkan
klien bagaimana meregangkan otot-otot.
b) Klien
mulai meregangkan otot setelah terapis mengatakan “sekarang”. Peregangan
dipertahankan selama lima sampai tujuh detik. Perhatian klien dipusatkan pada timbulnya
perasaan karena peregangannya dengan ucapan yang tepat.
c) Klien
mengendorkan peregangan dan memulai relaks setelah mendengarkan kata relaks.
Suruhlah klien memusatkan pada perasaan relaks sebagai pengganti perasaan
tegang. Pakailah ucapan-ucapan yang tepat untuk membantu klien mengarahkan
perhatian secara langsung, agar merasa relaks (yang disertai perasaan nyaman)
selama kira-kira 30-40 detik.
d) Ulangi
siklus peregangan-peregangan pada otot yang sama, tetapi beri waktu sedikit
lebih banyak untuk merasakan relaks, yakni sekitar 40-50 detik.
e) Meminta
klien untuk memberikan tanda (misalnya dengan mengangkat jari) kalau ototnya
tidak sepenuhnya relaks. Dalam keadaan demikian bisa diulang.
f) Sering
kali terjadi billa klien diminta melakukan peregangan pada sesuatu kelompok
otot, kelompok otot lain akan terpengaruh dan ikit tegang. Karena itu setelah
latihan pertama, kepada klien diminta hanya meregangkan kelompok otot yang
diminta dan mencegah agar kelompok otot yang lain tidak terpengaruh.
g) Pengulangan
langkah-langkah tersebut diatasuntuk kelompok otot yang lain sampai ke-14
kelompok otot telah dilakukan.
Efek dari latihan
relaksasi menurut Masters, et al [1987], adalah:
a) Meningkatnya
pemahaman mengenai ketegangan otot.
b) Meningkatnya
kemampuan untuk menguasai ketegangan otot.
c) Meningkatnya
kemampuan untuk kegiatan yang terjadi dengan sendirinya.
d) Meningkatkan
kemampuan untuk menguasai kegiatan kognitif, meliputi pemusatan perhatian
(konsentrasi).
e) Berkurangnya
ketegangan otot.
f) Berkurangnya
perasaan bergelora secara kefaalan.
g) Berkurangnya
perasaan ceman dan omosi lain yang negative.
h) Berkurangnya
kekhawatiran.
v PENGEBALAN
SISTEMATIK
Prosedur pelaksanaan
teknik tradisional pengebalan sistematik adalah:
a) Melatih
atau mengajarkan cara latihan relaksasi progresif.
b) Menyusun
factor-faktor secara hierarkis dari yang paling tidak menimbulkan ketakutan
(atau kecemacan) sampai yang paling menimbulkan ketakutan.
c) Menghadapkan
factor-faktor tersebut secara hierarkis sambil membawa pasien atau klien dalam
keadaan relaks.
Teknik
pengebalan sistematik tidak hanya dipakai untuk menghadapi pasien atau klien
yang menderita sesuatu fobia, tetapi juga efektif untuk penderita ansietas,
depresi, obsesi, kompulsi, anorexia nervosa (tidak mau makan) dan gagap.
v LATIHAN
ASERTIF
Perilaku asertif adalah
perilaku antar perorangan yang melibatkan aspek kejujuran dan keterbukaan
pikiran dan perasaan. Perilaku asertif ditandai oleh kesesuaian social dan
seseorang yang berperilaku arsetif mempertimbangkan perasaan dan kesejahteraan
orang lain.
Pada umumnya teknik
untuk melakukan latihan arsetif mendasarkan pada prosedur belajar dalam diri
seseorang yang perlu diubah, diperbaiki, dan diperbaharui.Teknik yang banyak
dipakai adalah latihan berperilaku yaitu melakukan atau melatih sesuatu
tindakan yang cocok dan efektif untuk menghadapi kehidupan nyata yang menimbulkan
persoalan pada pasien atau klien.Oleh karena itu latihan ini juga dilakukan
untuk kelompok.
Latihan arsetif bisa
bermanfaat untuk digunakan dalam menghadapi mereka yang:
a) Tidak
bisa mengekspresikan kemarahan atau perasaannya yang tersinggung.
b) Mengalami
kesulitan untuk mengatakan “tidak”.
c) Terlalu
halus (sopan) yang membiarkan orang lain mengambil keuntungandari keadaannya.
d) Mengalami
kesulitan untuk mengekspresikan afeksi (perasaan yang kuat) dan respon-respon
lain yang positif.
e) Merasa
tidak memiliki hak untuk mengekspreskan pikiran, kepercayaan dan perasaannya.
v PENIRUAN
MELALUI PENOKOHAN
Macam-macam penokohan:
a) Penokohan
yang nyata, misal terapis yang dijadikan mdel oleh klien atau pesien, atau
guru, anggota keluarga atau tokoh lain yang dikagumi.
b) Penokohan
yang simbolik, missal tokoh yang dilihat melalui film, video. Contoh seorang
penderita neurosis yang melihat tokoh dalam film dapat mengatasi masalahnya dan
kemudian ditirunya.
c) Penokohan
ganda yang terjadi dalam kelompok. Seorang anggota dari sesuatu kelompok
mengubah sikapdan mempelajari sesuatu sikap baru, setelah mengamati bagaimana
anggota-anggota lain dalam kelompoknya bersikap. Ini adalah salah satu dari
efek yang diperoleh secara tidak langsung pada seseorang yang mengikuti terapi
kelompok.
Teknik
peniruan melalui penokohan, dapat dipakai untuk menghadapi pasien atau klien
yang mengalami fobia, penderita ketergantungan atau kecanduan obat-obatan atau
alcohol, bahkan dapat dipakai untuk menghadapi penderita dengan gangguan
kepribadian berat seperti psikosis khususnya agar memperoleh keterampilan untuk
menyesuaikandiri dengan lingkungannya.
v PENGUASAAN
DIRI
Melalui pendekatan
penguasaan diri, pasien atau klien dimungkinkan memiliki pegangan untuk
menghadapi masalah.
Masalah pada penguasaan
diri antara lain:
a) Pasiaen
atau klien terlibat dalam pola perilaku yang merugikan diri sendiri seperti
orang yang terlalu lahap makan, berlebihan dalm merokok.
b) Pasien
atau klien yang menderita, karena terlalu sedikit mempeerlihatkan perilaku yang
sesuai misalnya, belajar pada pelajar, jarang membantu orang lain,gagal dalam
memprakarsai kontak social dan seksualitas yang pasif.
Pada
kategori pertama, terapis membantu pasien atau klien mengurangi kemungkinan
terjadinya perilaku tersebut.Sedangkan pada kategori kedua, terapis menambah
atau meningkatkan kemungkinan untuk memperlihatkan respon-respon, misalnya
perilaku pad contoh-contoh diatas.
Salah
satu cara adalah dengan memberi hadiah kepada diri sendiri karena ia berhasil
tidak terlibat dan penguasaan terhadap rangsang dan diamalkan untuk menghadapi
penderita ansietas, depresi, rasa nyeri dan perilaku seperti ketergantungan
pada minuman keras, makan yang tidak terkendali dan yang berhubungan dengan kebiasaan
belajar.