CONTOH PROPOSAL SKRIPSI : MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KEPERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI LATAR BELAKANG PENDIDIKAN ORANG TUA DAN STATUS EKONOMI KELUARGA

  1. A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja membebaskan manusia dari keterbelakangan, melainkan juga dari kebodohan dan kemiskinan. Pendidikan diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh manusia produktif.
Dengan kemampuan inilah manusia terus membuat perubahan untuk mengembangkan hidup dan kehidupan dirinya sebagai manusia. Menurut Suparlan Suhartono (2009 : 79) bahwa ” Pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan”. Pendidikan berlangsung disegala jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan hidup , yang kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada didalam diri individu . Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.
Pendidikan mempunyai fungsi yang harus diperhatikan seperti dapat dilihat pada UU No.22 tahun 2003 pasal 3 yang menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa pada Tuhan Yang Maha Esa, beraklaq mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis dan bertanggungjawab.
. Semakin ketatnya persaingan di era global dan tuntunan persaingan di dunia kerja, sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki ketrampilan dan mampu membangun dirinya sendiri serta bersama – sama bertanggung  jawab atas pembangunan bangsa. Kemajuan suatu bangsa dimasa akan datang sangatlah tergantung pada mutu pendidikan generasi muda saat ini, karena pemuda adalah ujung tombak dari kesuksesan suatu negara.
`Pemerintah secara terus menerus berusaha semaksimal mungkin untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, dengan  upaya sedemikian rupa yang bertujuan agar pendidikan di Indonesia ini terlihat lebih baik, karena Pendidikan Nasional ini ingin menciptakan manusia yang semakin cerdas, terampil, berbudi pekerti yang  luhur serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini ditegaskan dalam Pendidikan Nasional Indonesia yaitu ; “ Pendidikan Berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman”(UU RI no 20 tahun 2003). Berarti pendidikan juga memberi pedoman yang kuat bagi perjalanan hidup manusia. Dapat diartikan bahwa pendidikan juga memberikan nilai keindahan. Kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang terpenting bagi kemajuan negara  Indonesia. Selain itu juga menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan dalam era perdagangan bebas, penguasaan ilmu pengetahuan, dan tekonologi. Kualitas sumber daya manusia hanya dapat diperoleh melalui jalur pendidikan. Sebagai langkah implementasi awal pemerintah pada tahun 1994 yang lalu telah menetapkan wajib belajar 9 tahun. Peningkatan sumber daya manusia akan menjadi hal yang terpenting bagi generasi muda yang menjadi tonggak kehidupan majunya negara Indonesia. Karena bagaimanapun juga generasi muda merupakan generasi penerus bangsa yang nantinya akan membawa bangsa menuju kemajuan dimasa yang akan datang.
Bagi siswa yang mengeyam  pendidikan di sekolah menengah atas (SMA), menjadi suatu alasan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu perguruan tinggi. Menurut Hardjana (1994:12) “Perguruan tinggi adalah atuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi”. Perguruan tinggi juga dapat diartikan dengan suatu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan dan berbagai macam keahlian, misalnya : bidang pendidikan, ekonomi, hukum, psikologi, teknik, kesehatan dan lain-lain yang sesuai dengan Undang-undang no 20 tahun 2003 menetapkan perguruan tinggi berupa akademik, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas yang ditetapkan oleh pemerintah. Menjejangkan karir di perguruan tinggi, akan mematangkan siswa baik didalam memperoleh ilmu, berperilaku dan cara berfikir. Cara berfikir yang rasional syarat akan pengujian yang ilmiah, serta mampu dipertanggung jawabkan kebenarannya , merupakan ciri khas yang dimiliki oleh mahasiswa. Mahasiswa selalu menggunakan fikirannya secara rasional jika memecahkan suatu masalah. Sedangkan matangnya suatu ilmu yang ditempuh mahasiswa diperguruan tinggi, akan menjadikan mahasiswa berperilaku yang baik pula.
Pada hakikatnya, setiap siswa memiliki suatu kecenderungan atau minat untuk melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Menurut Slameto (2003:27)  “ Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang kegiatan-kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang ”. Mereka memilih perguruan tinggi sebagai tempat yang terakhir  untuk  meneruskan karirnya didalam memperoleh pendidikan yang berarti bagi dirinya. Namun demikian tidak semua orang yang bisa melanjutkan studinya keperguruan tinggi seperti halnya keinginan dari setiap individu siswa itu sendiri. Mereka selalu mempertimbangkan faktor-faktor yang berada dibelakang mereka. Misalnya seperti faktor finansial orang tua mereka, atau latar belakang pendidikan orang tua mereka.
Pendidikan memang merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam  keluarga, masyarakat dan bangsa. Menurut Syamsul Mu’arif (2009: 17) Menyebutkan bahwa “ Pendidikan adalah usaha yang dijalankan dengan, sengaja, teratur, dan berencana dengan maksud mengubah tingkah laku manusia kearah yang diinginkan sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan berencana”.
Dari pernyataan diatas bahwasanya pendidikan merupakan sistem proses perubahan menuju pendewasaan, pencerdasan, dan pematangan diri. Dewasa dalam hal perkembangan badan cerdas dalam hal perkembangan jiwa, dan matang dalam perilaku. Pada dasarnya pendidikan adalah wajib bagi siapa saja, kapan saja, dan dimana saja, karena menjadi dewasa, cerdas, dan matang adalah hak asasi manusia pada umumnya. Pendidikan memang harus berlangsung disetiap jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan, mulai dari lingkungan individual, sosial keluarga, lingkungan masyarakat luas, dan berlangsung disepanjang waktu. Jadi, kegiatan pendidikan berlangsung dengan memadati setiap jengkal ruang lingkungan kehidupan. Dalam kaitanya dengan minat siswa melanjutkan studinya kejenjang yang lebih tinggi, orang tua sangat berperan aktif untuk mendorong ketercapainya cita-cita anak-anaknya. Orang tua yang memiliki latar belakang pendidikan yang bagus dan memiliki materi yang mumpuni, akan selalu memberikan motivasi yang baik bagi buah hatinya untuk melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi dan senantiasa membiayai anaknya untuk mendapatkan pendidikan yang baik. Sangatlah berbeda dengan orang tua yang kurang mampu didalam hal finansial dan juga tidak memiliki latar belakang pendidikan yang cukup baik, meskipun mereka mempunyai keinginan agar anaknya mencapai pendidikan yang tinggi, namun mereka tidak cukup untuk membiayai anaknya melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini yang menjadikan siswa mempertimbangkan langkah yang terbaik bagi dirinya dan keluarganya. Tidak sedikit siswa memilih meninggalkan pendidikannya demi membantu perekonomian keluarganya dengan bekerja apa saja yang mereka lakukan.
Dalam realita kehidupan sekarang ini, siswa yang memiliki orang tua yang memiliki latar pendidikan yang baik, belum menjadi jaminan bahwa anaknya memiliki minat untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi, walaupun masih banyak juga minat siswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dari keluarga yang memiliki latar belakang pendidikan yang baik pula. Mereka cenderung melihat kondisi disekitarnya bahwa tanpa kuliahpun akan  menjadi orang sukses. Hal ini sangatlah tidak bisa dibenarkan didalam dunia pendidikan, karena setiap warga Indonesia dituntut untuk memiliki keilmuan yang baik agar bisa membawa bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat kedepanya. Kebutuhan akan pendidikan sangatlah penting, dan harus dimiliki oleh setiap insan, walaupun juga tidak dapat disalahkan jika mereka memilih memutuskan sekolah untuk bekerja membantu perekonomian orang tua. Lain halnya dengan siswa yang memiliki latar belakang pendidikan orang tuanya yang kurang baik. Terkadang siswa ini memiliki semangat yang sangat luar biasa untuk tetap bisa sekolah, entah bagaimana caranya demi membawa nama baik keluarga. Siswa seperti ini tahu akan arti penting sebuah pendidikan yang akan ditempuhnya kedepan, bahwa pendidikanlah yang akan mengangkat derajat dari anak tersebut.
Selain pendidikan, kehidupan perekonomian keluargapun juga bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi minat siswa untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih tinggi. Status ekonomi orang tua adalah tempat atau posisi orang tua dalam suatu kelompok sosial dalam rangka untukmemenuhi kebutuhannya dan mencapai kemakmuran (http://id.shvoong.com). Di zaman yang semakin modern ini banyak tersedianya sarana atau tempat melanjutkan studi keperguruan tinggi. Banyak pilihan pendidikan dikondisi seperti saat ini menyebabkan siswa lebih selektif untuk memilih pendidikan mana yang sesuai dengan kemampuan diri dan yang sesuai dengan keadaan ekonomi orang tua. Namun demikian untuk memperoleh pendidikan tersebut diperlukan biaya yang tidak sedikit jumlahnya. Biaya pendidikan yang tinggi kadang menjadi suatu kendala bagi mereka yang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Banyak dari mereka terpaksa putus sekolah, atau tidak dapat melanjutkan studi jenjang pendidikan yang lebih tinggi, karena keterbatasan biaya.
Ketika seorang siswa lulus dan tamat dari sekolah menengah mereka akan dihadapkan dengan dua pilihan yaitu melanjutkan studi atau bekerja. Pada umumnya orang tua mampu atau yang berasal dari golongan yang tinggi tingkat ekonominya tinggi akan lebih suka melihat anaknya bisa melanjutkan studi keperguruan tinggi dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga yang tingkat ekonominya rendah, karena mereka didesak untuk mencari pekerjaan guna mempertahankan hidup atau nasibnya.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “MINAT SISWA MELANJUTKAN STUDI KEPERGURUAN TINGGI DITINJAU DARI LATAR BELAKANG PENDIDIKAN ORANG TUA DAN STATUS EKONOMI KELUARGA 
  1. B.       Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, agar masalah yang diteliti tidak meluas, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji lebih mendalam. Batasan masalah sangat penting karena merupakan fokus penelitian. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
  1. Sesuai dengan judul yang diajukan, penelitian ini hanya membahas tentang minat siswa melanjutkan studi keperguruan tinggi., latar belakang pendidikan orang tua, dan status ekonomi keluarga.
  2. Obyek penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Colomadu dengan jumlah responden sebanyak 32 siswa.
  1. C.      Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah, serta pembatasan masalah seperti yang dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
  1. Adakah pengaruh latar belakang pendidikan orang tua terhadap minat siswa untuk melanjutkan studi keperguruan tinggi pada siswa kelas XI IPS SMA N tahun ajaran 2012/2013 ?
  2. Adakah status ekonomi keluarga terhadap minat siswa untuk melanjutkan studi keperguruan tinggi pada siswa kelas XI IPS SMA N tahun ajaran 2012/2013 ?
  3. Adakah pengaruh secara bersama-sama antara latar belakang pendidikan orang tua dan status ekonomi keluarga terhadap minat siswa untuk melanjutkan studi keperguruan tinggi pada siswa kelas XI IPS SMA N tahun ajaran 2012/2013 ?
  4. D.      Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini diperlukan adanya tujuan yang berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang akan diteliti, sehingga peneliti akan dapat bekerja secara terarah dalam mencari data sampai pada pemecahan masalah. Adapun tujuan masalah penelitian ini adalah :
  1. Mendeskripsikan bagaimana pengaruh latar belakang pendidikan orang tua terhadap minat siswa melanjutkan studi keperguruan tinggi pada siswa kelas XI IPS SMA N tahun ajaran 2012/2013.
  2. Mendeskripsikan bagaimana pengaruh status ekonomi keluarga terhadap minat siswa melanjutkan studi keperguruan tinggi pada siswa kelas XI IPS SMA N tahun ajaran 2012/2013.
  3. Mendeskripsikan bagaimana pengaruh latar belakang pendidikan orang tua dan status ekonomi keluarga secara bersama-sama terhadap minat siswa melanjutkan studi keperguruan tinggi pada siswa kelas XI IPS SMA N tahun ajaran 2012/2013.
  4. E.       Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut :
  1. Manfaat Teoritis
              Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai minat siswa melanjutkan studi keperguruan tinggi ditinjau dari latar belakang pendidikan orang tua dan status ekonomi keluarga serta dapat menambah pemahaman dan wawasan mengenai aspek kehidupan manusia dalam dunia pendidikan.
  1. Manfaat Praktis
    1. Bagi Siswa
1)      Sebagai gambaran dalam menentukan pilihan terhadap kelanjutan pendidikannya setamat atau selulus dari pendidikan sekolahnya menengah atas.
2)      Memberikan petunjuk dan sumber informasi tentang perkembangan pendidikan di perguruan tinggi.
3)      Memberikan petunjuk dan sumber informasi tentang perkembangan pendidikan di perguruan tinggi.
4)      Menambah wawasan dan adanya harapan serta cita-cita dalam pencapaian tujuan kegiatan yang diinginkan.
  1. Bagi sekolah
1)        Sebagai barang pertimbangan untuk mengarahkan siswanya terutama kelas XI SMA N dalam memilih perguruan tinggi.
2)        Sebagai masukan yang bersangkutan dengan usaha sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.
  1. Bagi Peneliti
          Mengerti wawasan dan dapat mengetahui secara mendalam latar belakang minat siswa melanjutkan studi ke perguruan tinggi ditinjau dari latar belakang pendidikan orang tua dan status ekonomi keluarga.
  1. Bagi Universitas Muhammadiyah Surakarta
Hasil penelitian ini berguna bagi Universitas Muhammadiyah Surakarta sebagai bahan referensi untuk pengembangan dalam penelitian selanjutnya.
BAB II
LANDASAN TEORI

  1. A.    Kajian Pustaka
    1. 1.         Penjabaran Mengenai Minat
      1. Pengertian Minat
Minat adalah kecenderungan yang menetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas (Djamarah, 2003:132). Dengan kata lain minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Oleh karena itu, minat bersifat sangat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan mengembangkan minat itu.
Menurut Slameto (2010 : 180) bahwasanya “ Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal daripada hal yang lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap subyek tertentu cenderung untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap subyek tersebut.”.
Minat merupakan salah satu faktor psikologis yang sangat kuat dan penting untuk suatu kemajuan dan keberhasilan seseorang. Selain itu minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan suatu pilihan pada seseorang. Seseorang yang mengerjakan suatu pekerjaan dengan minat sebelumnya, pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik dan bermanfaat daripada mereka yang tidak berminat sebelumnya.
Menurut Sukartini, bahwa analisa minat dapat dilakukan terhadap hal-hal sebagai berikut :
  1. Keinginan untuk mengetahui/ memiliki sesuatu
  2. Obyek-obyek atau kegiatan yang disenangi
  3. Jenis kegiatan untuk mencapai hal yang disenangi
  4. Usaha untuk merealisasikan keinginan atau perasaan terhadap sesuatu.(http://repository.upi.edu/operator/upload/s_l0151_0608715_chapter2.pdf)
    1. Perguruan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademi atau profesional yang menerapkan, mengembangkan, atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
Sebagai satu sistem tersendiri, meskipun merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang cakupanya lebih luas. Perguruan tinggi di Indonesia harus merupakan sistem dengan mudah dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat, bangsa dan negara yang senantiasa mengalami suatu pekembangan, terlebih lagi sebagai perwujudan pembangunan nasional.
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat melanjutkan keperguruan tinggi
1)        Faktor Dorongan
Rangsangan dari dalam diri atau pembawaan yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat, misal cenderung terhadap belajar, dalam hal ini seseorang mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.
2)        Faktor Motif Sosial
Minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu hal, selain dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri manusia juga dipengaruhi oleh motif sosial, misal seseorang berminat pada prestasi tinggi agar dapat status sosial yang tinggi pula.
3)        Faktor Emosional
Faktor perasaan dan emosi ini mempunyai pengaruh terhadap obyek, misal perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu kegiatan tertentu dapat membangkitkan perasaan senang dan dapat menambah semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya kegagalan yang dialami akan menyebabkan minat seseorang berkembang.(http://repository.upi.edu/operator/upload/s_e0151_043917_chapter2.pdf)
Menurut Yudrik Jahja (2011:62) “ Minat adalah suatu dorongan yang ,menyebabkan terikatnya perhatian individu pada obyek tertentu seperti pekerjaan, pelajaran, benda dan orang”. Miinat berhubungan dengan kognitif, afektif, dan motorik serta merupakan sumber motivasi untuk melakukannya apa yang diinginkan. Banyak faktor yang mempengaruhi minat seorang siswa untuk melanjutkan studi keperguruan tinggi yaitu dalam hal ini kami mengambil dua faktor saja :
1)      Latar belakang pendidikan orang tua
2)      Status ekonomi keluarga
Kesimpulan yang bisa diambil, minat mempunyai pengaruh yang sangat besar didalam melanjutkan studi keperguruan tinggi karena dengan adanya minat siswa akan memiliki dorongan dalam memilih perguruan tinggi yang diinginkan.
  1. 2.         Latar Belakang Pendidikan Orang Tua
  2. Pengertian Pendidikan
Menurut Veitzhal Rivai dan Sylviana Murni (dalam Samino. 2010:36) “pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh pengetahuan mengembangkan kemampuan sikap atau mengubah sikap”.
Mengenai pengertian pendidikan ini dapat dipahami bahwasanya pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh orang dewasa untuk memperoleh kedewasaan, baik kedewasaan jasamani, rohani, maupun sosial. Usaha sadar artinya pendidikan dilakukan dengan penuh kesadaran, terencana dan sistematis, tidak asal-asalan, semuanya melalui proses yang logis , rasional dan dapat dipertanggungjawabkan.
  1. Pengertian Tingkat Pendidikan Orang Tua
Tingkat pendidikan orang tua adalah  tingkat pendidikan akhir yang dimiliki oleh orang tua, baik itu Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), Akademi, Institut atau Universitas. Tingkat pendidikan ini diatur didalam UU RI No. 20 tahun 2003 BAB 1 pasal 1 ayat 11 : “ Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi ”.
  1. Macam-macam Pendidikan
1)      Pendidikan INFORMAL
adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Hasil pendidikan INFORMAL diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
2)      Pendidikan nonformal
berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional.
3)      Pendidikan nonformal
meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Pendidikan merupakan proses yang berlangsung terus menerus selama manusia hidup dan tumbuh. Berlangsungnya pendidikan selalu melalui proses belajar. Karena itu, semakin orang banyak belajar maka akan semakin bertambah pengetahuan, pengalaman, serta pengertian terhadap sesuatu. Belajar tanpa disadari mempengaruhi kepribadian orang tua, baik dalam sikap, berfikir, maupun bertindak. Orang tua yang mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda, maka masing-masing akan mempunyai pengaruh yang berbeda pula dalam cara membimbing belajar anaknya. Salah satu usaha untuk memperoleh pengetahuan yaitu melalui pendidikan formal karena tingkat pendidikan formal yang dialami oleh orang tua akan menentukan banyak atau tidaknya pengetahuan yang diperoleh dan dimiliki, diterima pengetahuan yang diperlukan untuk memberikan bimbingan kepada anak dalam belajar dirumah.
Pendidikan haruslah menjadi suatu kebutuhan yang perlu diperhatikan oleh para orang tua, karena seorang anak akan melihat ataupun merasakan bagaimana orang tua yang berpendidikan baik, akan mendidik anaknya dengan pendidikan yang baik pula. Dalam rangka pelaksanaan pendidikan nasional, peranan orang tua semakin jelas dan penting dalam penanaman sikap dan norma hidup bertetangga, bermasyarakat serta memberikan perhatian kepada anak didalam menempuh pendidikan yang berarti bagi dirinya. Bagi orang tua yang berpendidikan tinggi selalu mempunyai keinginan dan berharap agar anaknya menjadi orang yang berpendidikan juga. Karena perbedaan pendidikan orang tua maka dalam memberikan pandangan akan berbeda pula dalam hal penyelenggaraan pendidikan terhadap anak-anaknya. Semakin tinggi pendidikan orang tua, maka semakin mengerti bagaimana cara membimbing anak, seperti dalam mendidik kedisiplinan, membangkitkan motivasi belajar, menyediakan fasilitas belajar yang memadai, dan membantu anak dalam mengatasi berbagai macam kesulitan-kesulitan belajar.
  1. Peranan ayah dan ibu dijelaskan sebagai berikut :
1)      Peran ayah dalam mendidik anak
Ayah dalam keluarga sangatlah penting terutama bagi anak laki-laki, ayah menjadi model teladan untuk pesannya kelak akan menjadi dewasa. Bagi perempuan sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, mengasihi keluarga dengan sikapnya yang tegas dan penuh wibawa menanamkan pada anak-anaknya agar patuh pada peraturan dan disiplin. Dalam memberi tugas ayah perlu mengetahui kemampuan anak untuk menyelesaikanya. Peran ayah kadang ,menjadi wasit dalam memeihara suasana keluarga, sehingga mencegah timbulnya keributan keluarga.
2)      Peran ibu dalam mendidik anak
Ibu berperan dalam mendidik dan mengembangkan kepribadian anak serta membentuk sikap anak. Seorang ibu perlu memberi teladan yang dapat diterima dan menanamkan rasa tanggung jawab anak pada usia dini, sebaliknya sudah mengenal adanya peraturan-peraturan. Adanya disiplin dalam keluarga akan memudahkan pergaulan dimasyarakat kelak, ibu juga harus memberikan rangsangan sosial dengan pendekatan dan percakapan. Setelah masuk sekolah ibu harus dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan agar anak senang belajar dirumah, sehingga anak akan belajar giat bila merasa nyaman. Peran ibu sebagai istri memantapkan pengertian dan partisipasi suami dalam tugas merawat, memelihara dan mendidik anak.
Dari pernyataan diatas, jelaslah bahwasanya orang tua mempunyai peranan penting dalam tugas dan tanggung jawabnya yang besar terhadap semua anggota keluarga yang lebih bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, latihan ketrampilan dan ketentuan rumah tangga, dan sejenisnya. Orang tua sudah selayaknya sebagai panutan atau model yang selalu ditiru dan dicontoh anaknya.
Selain itu, sistem kegiatan pendidikan didalam keluarga sangat tergantung kepada kecenderungan yang kuat dari orang tua terhadap dunia pendidikan. Dalam hal ini tingkat dan kualitas pendidikan orangtua menjadi penting dan menentukan. Kecenderungan kuat dan kualitas pendidikan orang tua tidak harus tergantung pada tinggi rendahnya pendidikan formal yang telah diraih, akan tetapi tergantung pada kualitas motivasinya didalam memberikan pemahaman kepada anaknya tentang arti pendidikan yang sesungguhnya. Tingkat pendidikan orang tua dapat dilihat pada orientasi kehidupan keluarga, dan bagaimana kosekuensi mereka didalam menjalankan filosofi itu.
Pemenuhan kebutuhan anak akan lebih diperhatikan oleh orang tua yang berpendidikan tinggi. Orang tua yang berpendidikan tinggi cenderung ke sikap pendidikan yang menekankan pada kedisiplinan dan kebutuhan terhadap prestasi. Sebaliknya orangtua yang berpendidikan rendah pada umumnya tidak peduli pada kebutuhan atau fasilitas kebutuhan belajar anak, bahkan kurang begitu memperhatikan terhadap kemauan sang anak didalam menempuh pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
Pendidikan akan banyak memberi warna terhadap sikap individu, perbuatan, tingkah laku, dan cara berfikir individu. Berkaitan dengan hal ini, orang tua yang memiliki tingkat pendidikan yang semakin tinggi  akan memiliki sikap positif terhadap peranan sekolah. Oleh karena itu pantaslah bila faktor pendidikan orang tua menentukan keberhasilan siswa didalam belajar. Dengan kata lain, bahwa tinggi rendahnya pendidikan orang tua akan sangat berpengaruh terhadap tinggi rendahnya minat siswa didalam melanjutkan studi keperguruan tinggi.
  1. 3.         Status Ekonomi Keluarga
  2. a.    Pengertian Status
Menurut Roucek dan Werren yang diterjemahkan oleh Simamora ( 1984:79) berpendapat bahwa “ status adalah kedudukan seseorang dalam suatu kelompok dan hubungannya dengan anggota lain dalam kelompok itu atau kedudukan suatu kelompok berbanding dengan kelompok lain yang banyak jumlahnya ”.
Kedudukan status diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Sedangkan kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestisenya, dan hak-hak serta hak-hak dan kewajiban-kewajibanya. Namun untuk mempermudah dalam pengertiannya maka dalam kedua istilah diatas akan dipergunakan dalam arti yang sama dan digambarkan dengan istilah kedudukan atau status saja.
  1. b.   Pengertian Status Ekonomi Keluarga
       Status ekonomi keluarga adalah kedudukan seseorang atau keluarga di masyarakat berdasarkan pendapatan per bulan. Status ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang pokok. (Kartono, 2006 dalam http://dr-suparyanto.blogspot.com ).
Menurut Soetjiningsih (2004:28) “Status sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang, keluarga, atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi. Gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang anak. Karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik primer maupun skunder”
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa status ekonomi merupakan suatu kondisi keluarga yang ditinjau dari segi kemampuan ekonomi maupun dari segi sosial ekonomi yang bertujuan untuk menyejahterakan kehidupan rumah tangga. Selain itu kondisi ekonomi keluarga memiliki peran aktif didalam mewujudkan pendidikan buah hatinya untuk mencapai kondisi pendidikan yang tinggi.
Keluarga pada dasarnya memberikan pengaruh terhadap anaknya yaitu secara sengaja seperti usaha orang tua untuk mendidik dan membimbing anak, misalnya dengan menyekolahkan anak, memberi nasehat-nasehat, memberikan peraturan disiplin belajar seperti jam belajar, nonton TV, jam tidur dan sebagainya. Orang tua yang memiliki status ekonomi yang lebih tinggi mempunyai banyak peluang atau kesempatan yang lebih luas dalam memperoleh fasilitas yang memadai jika dibandingksn dengan anak yang memiliki orang tua yang status ekonominya rendah. Kondisi yang demikian, bahwasanya status ekonomi keluarga memegang peranan penting karena berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan keluarga yang meliputi kebutuhan primer, sekuder dan tersier dimana didalamnya termasuh kebutuhan akan pendidikan bagi anak-anaknya.
Adanya perubahan didalam masyarakat didalam bidang ekonomi, sosial , budaya ilmu pengetahuan dan teknologi serta kondisi zaman yang penuh persaingan yang sangat ketat sehingga biaya pendidikan melonjak begitu mahalnya, membuat para keluarga terutama orang tua merogoh kocek yang dalam untuk membiayai anaknya untuk mendapatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini memunculkan kesenjangan cara-cara berfikir dan berimbas pada berbagai sektor kehidupan berakibat siswa yang berasal dari keluarga yang mempunyai status perekonomian yang rendah sulit untuk menyesuaikan diri terhadap kondisi zaman seperti sekarang ini.
Geimar dan Lasorte dalam Friedman yang diterjemahkan oleh Dr. Suparyanto, M.Kes (http://dr-suparyanto.blogspot.com) membagi keluarga terdiri dari 4 tingkat ekonomi :
1)      Adekuat
Adekuat menyatakan uang yang dibelanjakan atas dasar suatu permohonan bahwa pembiayaan adalah tanggung jawab kedua orang tua. Keluarga menganggarkan dan mengatur biaya secara realisitis.
2)      Marginal
Pada tingkat marginal sering terjadi ketidaksepakatan dan perselisihan siapa yang seharusnya mengontrol pendapatan dan pengeluaran.
3)      Miskin
Keluarga tidak bisa hidup dengan caranya sendiri, pengaturan keuangan yang buruk akan menyebabkan didahulukannya kemewahan. Diatas kebutuhan pokok, manajemen keuangan yang sangat buruk dapat atau tidak membahayakan kesejahteraan anak, tetapi pengeluaran dan kebutuhan keuangan melebihi penghasilan.
4)      Sangat Miskin
Menejemen keuangan yang sangat jelek, termasuk pengeluaran saja dan berhutang terlalu banyak, serta kurang tersedianya kebutuhan dasar.
Menurut Friedman yang diterjemahkan oleh dr. Suprayanto, M.Kes (http://dr-suparyanto.blogspot.com) status ekonomi seseorang dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
  1. Penghasilan tipe kelas atas > Rp 1.000.000,
  2. Penghasilan tipe kelas menengah = Rp 500.000 – Rp 1.000.000
  3. Penghasilan tipe kelas bawah <  Rp 500.000
  4. a.      Faktor – faktor yang mempengaruhi status ekonomi
Menurut Friedman ( 2004:45 ) faktor yang mempengaruhi status ekonomi seseorang yaitu :
1)      Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam memperoleh pekerjaan, sehingga semakin banyak pula penghasilan yang diperoleh. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal.
2)      Pekerjaan
Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan.
3)      Keadaan Ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga yang rendah mendorong ibu hamil untuk tidak teratur dalam melakukan antenatal care.
4)      Latar Belakang Budaya
Cultur universal adalah unsur kebudayaan yang bersifat universal, ada di dalam semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan sosial, adat-istiadat, penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual.
5)      Pendapatan
Pendapatan adalah hasil yang diperoleh dari kerja atau usaha yang telah dilakukan. Pendapatan akan mempengaruhi gaya hidup seseorang. Orang atau keluarga yang mempunyai status ekonomi atau pendapatan tinggi akan mempraktikkan gaya hidup yang mewah misalnya lebih komsumtif karena mereka mampu untuk membeli semua yang dibutuhkan bila dibandingkan dengan keluarga yang kelas ekonominya kebawah.
  1. b.      Indikator Status Ekonomi Keluarga
  2. Pendapatan
1)      Besarnya penghasilan orang tua.
2)      Tersedianya dana cadangan
  1. Pengeluaran
1)      Besarnya pengeluaran orang tua
  1. Fasilitas belajar yang dimiliki
1)      Terpenuhinya kebutuhan belajar
2)      Perlengkapan peralatan belajar
  1. Harta kekayaan yang dimiliki
1)      Bentuk rumah dan struktur rumah
2)      Besarnya harta yang dimiliki.
  1. B.     Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teoritis sebagaimana telah dipaparkan dimuka, maka dalam penyusunan penelitian ini penulis mengajukan anggapan dasar atau kerangka pemikiran sebagai berikut :
Keterangan :
       Dari kerangka pemikiran diatas dapat dijelaskan bahwa variabel latar belakang pendidikan orang tua mempunyai pengaruh terhadap minat siswa merlanjutkan studi keperguruan tinggi artinya. Minat siswa akan meningkat jika dibarengi oleh latar belakang pendidikan orang tua yang tinggi pula. Selain itu variabel status ekonomi keluarga sangat berpengaruh terhadap minat siswa melanjutkan studi keperguruan tinggi artinya minat siswa melanjutkan studi keperguruan tinggi akan meningkat jika status perekonomian keluarga tinggi pula.
  1. C.    Hipotesis
              Menurut Arikunto (2005:64) Hipotesis berasal dari penggalan kata “Hypo” yang artinya “dari bawah” dan kata  “Thesa” yang artinya “kebenaran”. Berarti hipotesis adalah anggapan dasar mengenai suatu teori yang bersifat sementara, yang kebenarannya masih perlu diuji dibawah kebenaran atau dapat diuji bila dibukukan benar atau tidaknya peneliti perlu mengadakan penelitian.
              Dari keterangan teori dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
  1. Ada pengaruh latar belakang pendidikan orang tua terhadap minat siswa melanjutkan studi keperguruan tinggi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri Colomadu.
  2. Ada pengaruh status ekonomi keluarga terhadap minat siswa melanjutkan studi keperguruan tinggi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri Colomadu.
  3. Ada pengaruh latar belakang pendidikan orang tua dan status ekonomi keluarga  terhadap minat siswa melanjutkan studi keperguruan tinggi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri Colomadu.
BAB III
METODE PENELITIAN


  1. F.       Pengertian Metode Penelitian
Metode adalah cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Sukmadinata (2007:5) “ Penelitian diartikan suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu”. Sedangkan menurut Arikunto (2007:160) “ Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian adalah cara utama yang digunakan dalam proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam penelitian ini metode yang digunakan peneliti untuk pengumpulan dan analisis data.
  1. G.      Jenis Penelitian
Menurut Sugiyono (2005:14) “Penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan maksud memperoleh data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan . Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif dimana data yang diperoleh dari sampel populasi penelitian kemudian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan lalu diinterpretasikan.
  1. H.      Rancangan Penelitian
Menurut Oemar (2003:47) “ Metode survei adalah riset yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta tentang gejala-gejala atas permasalahan yang timbul. Metode penelitian survei adalah usaha pengamatan untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang jelas terhadap suatu masalah dalam suatu penelitian. Penelitian dilakukan untuk melukiskan hal-hal yang mengandung fakta-fakta, klasifikasi dan pengukuran yang akan diatur adalah fakta yang fungsinya merumuskan dan melukiskan apa yang terjadi.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa metode survei cocok untuk digunakan dalam penelitian ini karena sesuai dengan maksud penelitian, yaitu untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh latar belakang pendidikan orang tua dan status ekonomi keluarga terhadap minat siswa melanjutkan studi keperguruan tinggi pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri Colomadu tahun ajaran 2012/2013.
  1. I.         Obyek dan Subyek Penelitian
    1. Obyek Penelitian
Obyek Penelitian merupakan hal-hal yang penting dalam penelitian, sebagai sumber informasi mengenai data yang akan diambil didalam penelitian. Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri Colomadu.
  1. Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri  Colomadu tahun ajaran 2012/2013.
  1. J.        Populasi, Sampel, dan Sampling
    1. Populasi
Menurut Arikunto (2007:130) “ Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2008:115) menyatakan bahwa “ populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS SMA Negeri Colomadu, Populasi seluruhnya 160 siswa.
  1. Sampel
Menurut Arikunto (2007:131) menyatakan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi”. Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan peneltian populasi. Selanjutnya jika populasi lebih dari 100 maka diambil 10%-15% atau 20%-25% lebih, setidaknya :
  1. Kemampuan peneliti melihat dari segi waktu, tenaga dan biaya
  2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek karena hal ini  menyangkut banyak sedikitnya data.
  3. Besar kecilnya resiko ditanggung peneliti, tentu saja jika sampelnya lebih besar yang ditanggung akan lebih baik.
Sampel dalam penelitian ini diambil ditetapkan 20% dan populasi yaitu siswa kelas XI IPS SMA Negeri Colomadu sebanyak 160 siswa x 20% = 32. Jadi sampel diambil sebanyak 32 siswa.
  1. Sampling
Menurut Sugiyono (2005:116) “ Sampling adalah teknik pengambilan sampel”. Ada 2 cara pengambilan sampling :
  1. Random Sampling
Adalah teknik pengambilan sampel dimana semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel. Cara pengambilan sampel dengan random ada tiga cara yaitu :
1)      Cara undian : Langkah ini dilakukan sebagaimana kita melakukan undian.
2)      Cara ordinal : Cara ini dilakukan dengan jalan mengambil jumlah subyek yang diperlukan dengan mengambil urutan dari atas kebawah.
3)      Cara rondomisasi : Cara ini dilakukan dengan bantuan tabel random yang umumnya terdapat pada buku-buku statistik.
Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut :
  1. Menggunakan proposional sampling, yaitu pengambilan sampel dengan mempertimbangkan proporsi atau pertimbangan jumlah siswa disetiap kelas yang ada di SMA Negeri Colomadu. Adapun rincian jumlah sampel yang diambil untuk masing-masing kelas dapat dilihat pada tabel 3.1
            Tabel 3.1 Distribusi Sampel dengan Cara Proposional Random Sampling pada siswa kelas XI IPS SMA Negeri 1 Colomadu
Keterangan
Perhitungan
Jumlah Siswa
XI IPS – 1
`8,2 = 8 siswa
XI IPS – 2
8  = 8 siswa
XI IPS – 3
8,2 = 8 siswa
XI IPS – 4
8,2 = 8 siswa
Jumlah
32 siswa
Jumlah siswa kelas XI IPS = 160 siswa.
Sampel yang di perlukan 32 siswa.
Keterangan tabel :
Adapun letak propotionalnya pada penentuan jumlah sampel tiap kelas diambil untuk kelas XI IPS 1 yaitu berjumlah 8 siswa, kelas XI IPS 2 yaitu berjumlah 8 siswa, Kelas XI IPS 3 yaitu berjumlah 8 siswa dan kelas XI IPS 4 berjumlah 8 siswa, jadi jadi jumlah sampel keseluruhan dari kelas XI IPS di SMA Negeri Colomadu berjumlah 32 siswa.
  1. Menggunakan random sampling, yaitu langkah-langkah yang menentukan siapa-siapa individu yang menjadi anggota sampel yang penentuannya dilakukan secara undian. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
a)      Membuat suatu daftar yang berisi semua subyek yang ada dalam populasi siswa ( siswa Kelas XI IPS 1, IPS 2, XI IPS 3, XI IPS 4 di SMA Negeri Colomadu )
b)      Memberi kode-kode yang berwujud angka-angka untuk tiap-tiap subyek yang dimaksudkan.
c)      Menuliskan kode-kode itu untuk masing-masing dalam satu lembar kertas kecil.
d)     Menggulung – gulung kertas itu dengan baik.
e)      Memasukkan gulungan gulungan kertas itu sesuai dengan kertas masing-masing kedalam tempolong atau kaleng.
f)       Mengkocok baik-baik tempolong atau kaleng itu.
g)      Mengambil kertas gulungan itu sebanyak yang dibutuhkan, yaitu 32 siswa.
  1. K.      Variabel Penelitian
Dalam variabel penelitian ini terdapat beberapa variasi yang harus ditetapkan oleh seorang peneliti agar dapat mengumpulkan data dapat terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pada penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu :
  1. Variabel Independent / variabel bebas
              Menurut Sugiyono ( 2005 : 59 ) “variabel bebas adalah variabel yang meliputi yang menjadi sebab timbulnya / berubahnya variabel independent ( variabel terikat). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah latar belakang pendidikan orang tua ( ), dan status ekonomi keluarga ().
  1. Variabel Dependent / variabel terikat
Merupakan variabel yang dipengaruhi menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Minat siswa (Y).
  1. L.       Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian maka peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
  1. Metode Angket
Angket adalah “ sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau mengenai hal-hal yang diketahui” (Arikunto, 2007: 151). Dengan kata lain, angket merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menggunakan pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang menjadi subyek data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan angket dengan memakai jenis angket tertutup dan cara memberikan dengan cara langsung dimana angket dijawab oleh responden yang bersangkutan diberi kesempatan untuk memberikan jawaban yang disediakan. Menurut Arikunto ( 2007:152) jenis penyusunan item-item angket dibagi menjadi dua macam yaitu :
  1. Angket Terbuka
Angket dengan pertanyaan yang disusun sedemikian rupa sehingga pengisi bebas mengemukakan pendapatnya.
  1. Angket Tertutup
Angket yang disusun dengan menyediakan alternatif jawaban yang dipilih sehingga tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilihnya tersebut.
  1. Metode Dokumentasi
Menurut Arikunto (2007:158) “ Dokumentasi adalah mencari data atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, raport, agenda dan sebagainya ”. Dalam penelitian ini menggunakan metode dokumentasi untuk memperoleh data tentang SMA Negeri Colomadu dan siswa. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mencari data tentang
  1. Gambaran tentang SMA Negeri Colomadu
  2. Daftar nama siswa yang akan digunakan sebagai sampel penelitian
    1. M.     Instrumen Penelitian
      1. Pembuatan kisi-kisi angket
Sebelum dilakukan penyusunan angket tertulis dibuat dahulu konsep yang berupa kisi-kisi angket yang disusundalam suatu tabel, kemudian dijabarkan dalam aspek dan indikator yang sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai. Dari aspek dan indikator tersebut kemudian dijadikan landsan penyusunan kisi-kisi angket.
Tabel 3.2 kisi-kisi kucsioner atau angket
VariabelIndikator VariabelNo. Item
Latar
belakang
pendidikan orang tua
  1. Tingkat pendidikan terakhir orang tua.
  2. Pendidikan Formal
  3. Pendidikan Non-formal
  4. Pendidikan Informal
1,2,3

4,5,6
7,8
9,10
Status
ekonomi keluarga
  1. Pekerjaan
  2. Pendapatan
  3. Pengeluaran
  4. Harta yang dimiliki
1,2
3,4,5
6,7,8
9,10
Minat
siswa melanjutkan studi keperguruan tinggi
  1. Adanya perasaan senang
  2. Usaha
  3. Kesesuaian
  4. Kecenderungan
  5. Perhatian
1,2
3,4
5,6
7,8
9,10
  1. Penyusunan Angket
                        Setelah kisi-kisi angket dibuat maka item-item pertanyaan disertai dengan alternatif jawaban kemudian disusun pedoman pengisian angket. Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa angket merupakan alat pengumpul data yang berupa daftar pertanyaan atau isian yang harus diisi oleh subyek penelitian.
  1. Menentukan Skor Angket
                        Penelitian angket mengacu pada skala likert 1 sampai 5 yang dikelompokan menjadi, Favorable dan Unfavorable ( Sugiyono, 2005:74). Skoring masing-masing item Favorable ( positif ) adalah :
Selalu (S)                     :
 Sering (S)                   :
Kadang Kadang (Kk) :
Tidak Pernah (TP)       :
Skoring masing-masing item Unfavorable (negatif) adalah :
Selalu (S)                     :
Sering (S)                    :
Kadang-kadang (Kk)  :
Tidak Pernah (TP)       :
  1. Uji Coba Angket
Agar angket benar-benar fungsional, akurat, tegas dan dimengerti oleh responden. Maka angket perlu diuji coba terlebih dahulu. Uji coba item-item angket dimaksutkan untuk mendapat alat pengukuran yang benar- benar dengan sasaran. Untuk itu perlu dikatakan uji validitas dan reabilitas angket. Uji coba ( try out ) dilaksanakan terhadap siswa kelas XI SMA Negeri Colomadu tahun ajaran 2012/2013 yang tidak menjadi anggota sample.
  1. N.      Uji Instrument
            Try out angket tersebut digunakan untuk mengetahui apakah angket yang diberikan kepada responden tersebut valid atau tidak valid dan digunakan untuk menguji data tersebut reliabel atau tidak reliabel.
  1. Uji Validitas Item
Menurut (Arikunto, 2007 : 168) “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat validitas atau kesahihan suatu instrument. Instrument yang valid mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti mempunyai validitas yang rendah. Oleh karena itu angket yang digunakan perlu diuji validitasnya. Suau instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini mengetahui validitas angket dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut :
Keterangan :
       : Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X         : Skor item
Y         : Skor total
N         : Jumlah responden
Jika  pada taraf signifikan 5% berarti item (butir soal) valid, sebaliknya bila  maka butir soal tidak valid sekaligus tidak memiliki persyaratan.
  1. Uji Reabilitas
Menurut Arikunto (2007:178) untuk mengetahui tingkat kestabilan alat ukur dilakukan uji reabilitas. Angket dikatakan reliabel apabila dapat memberikan hasil yang relatif sama saat dilakukan pengukuran kembali pada obyek yang berbeda pada waktu yang berlainan. Pengujian reliabilitas angket menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
        : Indek reliabilitas alat ukur
K         : Banyaknya butir pertanyaan
    : Jumlah varian butir
        : Varian total
Kriteria besarnya koefisien relibilitas dalam Suharsimi Arikunto ( 2007:276) adalah :
reliabilitas sangat tinggi
 reliabilitas tinggi
reliabilitas cukup
 reliabilitas rendah
 reliabilitas sangat rendah
Pengujian reliabilitas butir pernyataan angket dalam penelitian ini menggunakan alat analisis program SPSS V 12.0
  1. O.      Uji Prasyarat Analisis
  1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk menguji asumsi yang diambil benar atau menyimpang. Untuk menggunakan uji normalitas langkah-langkah yang harus dilakukan adalah ;
  1. Mencari nilai terbesar selisih F ( dan dijadikan L hitung.
  2. Kesimpulan
1)      Jika  maka terima hipotesis statistik berarti distribusi sebenarnya tidak normal.
2)      Jika  maka terima hipotesis statistik berarti distribusi sebenarnya normal.
Pengujian normalitas dalam penelitian dalam penelitian ini menggunakan alat analisis program SPSS V 12.0
  1. Uji Linieritas
Uji linieritas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model persamaan linier yang kita peroleh cocok atau tidak. Menurut Sudjana ( 2003:330 – 337) adalah sebagai berikut :
  1. Kesimpulan :
1)        Jika  maka Ho ditolak berarti persamaannya tidak linier.
2)        Jika  maka Ho diterima berarti persamaannya linier.
Pengujian linieritas dalam penelitian ini menggunakan alat analisis PROGRAM SPSS V 12.0.
  1. P.       Teknik Analisis Data
Untuk mencapai hasil analisis yang menuju sasaran, maka dalam menganalisis data digunakan serangkaian analisis sebagai berikut :
  1. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen yang dinyatakan dalam perumusan  sebagai berikut :
Keterangan :
Y         : minat siswa melanjutkan studi keperguruan tinggi
a           : konstanta
        : latar belakang pendidikan orang tua
        : status ekonomi keluarga
     : koefisien regresi
Pengujian analisis regresi berganda ini menggunakan alat analisis PROGRAM SPSS V 12.0
  1. Uji t
            Tujuan uji t adalah melakukan pengujian secara individual pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam hal ini menguji koefisien regresi dari persamaan regresi linier ganda signifikan atau tidak.
Adapun langkah-langkah sebagai berikut :
  1. Persamaan hipotesis
berarti tidak ada pengaruh variabel Xi terhadap variabel Y.
 0 berarti ada pengaruh variabel Xi terhadap variabel Y.
  1. Menentukan level of significan a = 0,05
  2. Statistik uji
Keterangan :
bi     : koefisien regresi variabel Xi
sbi   : standart eror bi
  1. Daerah Kritik
DK :
  1. Kesimpulan :
Hditerima bila
H0 ditolak bila
                                                                              Sudjana ( 2003:70-94)
  1. Uji F
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel-variabel bebas dan variabel terikat secara bersama-sama.
  1. Perumusan hipotesis
1)        H: b1 & b2 = 0 ( tidak ada pengaruh secara bersama-sama dari semua variabel X terhadap Y)
2)        H: b1 & b2  0 ( ada pengaruh secara bersama-sama dari semua variabel X terhadap variabel Y )
  1. Level of significant t ( )
  2. Kriteria pengujian statistik.
Hditerima bila Fhitung ≤ Ftabel
Hditolak bila Fhitung ˃ Ftabel
  1. Statistik Uji
JKG = JKT – JKR
Keterangan :
JKR          = Jumlah kuadrat regresi
JKG          = Jumlah kuadrat galat
k   = Jumlah variabel independent
n   = Jumlah sampel
  1. Kesimpulan :
1)        Fhitung ˃ Ftabel maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh secara bersama-sama dari semua variabel X terhadap variabel Y.
2)        Fhitung  ≤  Ftabel maka Ho diterima, berarti tidak ada pengaruh secara bersama-sama dari semua variabel X terhadap Y.
                                                                                         (Budiyono, 2004:284-285)
  1. Koefisien Determinasi
Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan yang diberikan variabel bebas terhadap variabel terikat yang ditunjukan dalam prosentase. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut :
R2        = Koefisien determinasi
b          = Koefisien regresi
X         = Variabel independent
Y         = Variabel dependen
  1. Sumbangan Relatif dan Sumbangan Efektif
Menurut Sutrisno Hadi ( 2000: 42-46), untuk mencari besarnya sumbangan relatif masing-masing variabel bebas ( prediktor) terhadap variabel terikat ( kriterium) menggunakan rumus sebagai berikut :
  1. Sumbangan Relatif ( SR )
  1. Sumbangan Efektif ( SE )