Perilaku Menyimpang Pada Masa Remaja



PENDAHULUAN


LATAR BELAKANG

Masalah sosial merupakan ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok sosial. Masalah sosial merupakan akibat interaksi sosial antara individu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok. Kepincangan-kepincangan yang dianggap sebagai masalah sosial oleh masyarakat tergantung dari system sosial masyarakat tersebut. Ada beberapa persoalan yang dihadapi oleh masyarakat-masyarakat yang pada umumnya sama misalnya, kemiskinan, kriminalitas, masalah kependudukan, masalah generasi muda dalam masyarakat modern.

Masa remaja dikatakan sebagai suatu masa yang berbahaya karena pada periode itu seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak untuk menuju ketahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan. Masa ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan, pada waktu itu dia memerlukan bimbingan terutama dari orang tua.

Anak yang menginjak masa remaja sudah sewajarnya menuntut banyak perhatian para orang tua. Mereka tentu saja sudah sadar diri dan oleh karenanya mudah mengundang perhatian  kepada diri mereka sendiri walaupun seringkali mengatakan tidak menginginkan perhatian semacam itu. Perkembangan zaman yang telah maju dengan pesat telah mengubah gaya hidup remaja sekarang, dari kebiasaan mereka, minat mereka, bahasa dan pakaian yang mereka gunakan, politik dan musik yang mereka sukai, juga perkembangan seksualitas mereka. Bahkan sudah lazim bahwa keprihatinan orang tua terhadap kaum remaja sering kali tidak disambut baik oleh mereka, dianggap ikut campur dan mengakibatkan pembangkangan dari para pria dan wanita muda yang cemas dan berniat meraih kebebasan yang makin besar ini.
            Apalagi dengan kemajuan  ilmu dan teknologi saat ini yang maju begitu pesat dan sudah merambah kedalam kehidupan masyarakat kalangan atas maupun masyarakat kalangan bawah. Hal ini ditandai dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi. Transportasi yang mengundang masyarakat semakin konsumtif. Sehingga mempengaruhi perilaku dan gaya hidup mereka terutama para remaja yang sedang dalam masa transisi.
            Pada zaman yang sudah semakin maju seperti ini remaja dapat menggunakan teknologi apa saja yang dapat menyalurkan kepentingnnya, sehingga kadang dalam menggunakannya yang tanpa batas membuat mereka bertindak sesuai dengan umurnya, maka munculah perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan norma yang ada dalam masyarakat sehingga melanggar hokum yang ada dalam masyarakat. Hal inilah yang disebut dengan kenakaln remaja. Apa yang menyebabkan seorang remaja berperilaku menyimpang selain dengan adanya modernisasi? Masalah-masalah apa saja yang terjadi pada masa remaja? Dan bagaimana cara mengatasi perilaku menyimpang yang dilakukan para remaja?

 LANDASAN TEORI

 Modernisasi, yaitu seluruh jenis perubahan social yang bersifat progresif yang apabila masyarakat bergerak maju menurut skala kemajuan yang diakui. Dimana penyimpangan  para remaja salah satu factor pendorongnya adalah adanya Modernisasi.  Teori Modernisasi yang menganggap bahwa Negara-negara terbelakang akan menempuh jalan yang sama dengan Negara maju dibarat sehingga akan menjadi Negara yang berkembang yang melalui proses modernisasi (light, keller, dan Calhoun, 1989). Dalam teori ini berpandangan bahwa masyarakat-masyarakat yang belum berkembang perlu mengatasi kekurangan dan masalahnya sehingga dapat mencapai era tinggal landas (take off) kearah perkembangan yang mapan serta sesuai dengan latar belakang Negara sehingga tidak mengarah pada masalah social. Negara Indonesia merupakan Negara berkembang tetapi gaya hidup masyarakat sudah terpengaruh oleh adanya modernisasi sehingga masyarakat belum mampu untuk hidup seperti orang barat yang dalam segi kebudayaan sangat bertolak belakang. Untuk bisa menjadi masyarakat yang modern dengan banyaknya perubahan social maka masyarakat Indonesia perlu mengatasi masalah yang akan timbul akibat perubahan social yang ada contohnya saja kenakalan remja yang ditimbulkan oleh adanya modernisasi.

teori fungsionalisme structural, dengan adanya perubahan social yang terjadi membuat melemahnya fungsi-fungsi yang ada dalam masyarakat dari fungsi keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Robert K merton merupakan salah sau tokoh teori fungsionalisme structural yang memusatkan perhatian nya pada fungsi dari fakta-fakta social. Menurutnya fungsi tersebut ada yang bersifat manifest (yang diharapkan) dan fungsi laten (tidak diharapkan). Dengan teori ini saya dapat menemukan dari adanya perubahan social khususnya modernisasi dapat menimbulkan fungsi yang diharapkan masyarakat seperti memudahkan dalam berkomunikasi dan trasportasi, namun ada juga fungsi yang tidak diharapkan seperti dengan adanya penyimpangan-penyimpangan oleh remaja. Seperti seks bebas, penggunaan narkoba, tawuran antar pelajar dan lain sebagainya. Melemahnya fungsi keluarga juga mempengaruhi perkembangan seorang anak, jika orang tua tidak membimbing anak dengan baik maka dia akan melakukan hal-hal sesukanya tanpa tau itu baik untuknya atau tidak. Peran sekolah yang tidak memberikan pendidikan dengan baik juga akan menimbulkan penyimpangan-penyimpangan padn  siswanya, dalam kehidupan masyarakat jika seorang remaja tidak menyesuaikan diri dengan baik maka dapat terjerumus pada pergaulan bebas.

Teori interaksionisme simbolik memiliki substansi yaitu kehidupan bermasyarakat terbentuk melalui proses interaksi dan komunikasi antar individu dan antar kelompok dengan menggunakan symbol-simbol yang dipahami maknanya melalui proses belajar dan memberikan tanggapanterhadap stimulus yang dating dari lingkungannya dan dari luar dirinya. Interaksi simbolik, kata blummer dalam interaksi actor tidsak semata-mata bereaksi terhadap tindakan dari orang lain. Dalam melakukan interaksi secara langsumg maupun tidak langsung individu dijembatani oleh penggunaan symbol-simbol penafsiran yaitu bahasa. Bertindak penafsiran symbol oleh individu disini diartikan memberikan arti menilai kesesuaiannya dengan tindakan dan mengambil keputusan berdasarkan penilaian tersebut. Konsep inilah yang disebut blimer dengan self indication yaitu proses komunisaksi yang sedang berjalan dimana individu mengetahui sesuatu, mernilainya, memberinya makna dan memutuskan untuk bertindak berdasarkan makna itu. Remaja dalam melakukan sosialisasi dengan orang dewasa kadang-kadang bingung apa yang harus dia lakukan apakan berperilaku seperti orang dewasa atau bersikap seperti anak kecil. Dengan adanya symbol-simbol yang dilakukan oleh orang dewasa membuat anak remaja ingin menirunya karena dorongan akan perubahan pada kelenjar dan perubahan seksualitas, inilah yang membuat anak remja berperilaku lebih dari apa yang seharusnya dia lakukan pada usianya. Para remaja tersebut sangat peka terhadap gagasan bahwa mereka harus seperti orang dewasa atau kanak-kanak, sehingga mereka segera mengganti mode pakaiannya.



PEMBAHASAN


Masa remaja merupakan masa transmisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja dalam gambaran yang umum merupakan suatu periode yang dimulai dengan perkembangan masa pubertas dan menyelesaikan pendidikan untuk tingkat menengah, dimana perubahan biologis yang membawanya pada usia belasan (teenagers) seringkali mempengaruhi perilaku masa remaja. Para remaja tersebut sangat peka terhadap gagasan bahwa mereka harus seperti orang dewasa atau kanak-kanak, sehingga mereka segera mengganti mode pakaiannya.
Perilaku menyimpang pada remaja terjadi pada masyarakat dikalangan atas maupun dikalangan bawah contohnya saja di kota-kota besar. Dikota  Banjarnegara Banyak kasuspergaulan bebas di kalangan remaja telah mencapai titik kekhawatiran yang cukup parah, terutama seks bebas. Mereka begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, apalagi malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP. ‘’Banyak kasus remaja putri yang hamil karena kecelakan
Dalam kehidupan para remaja sering kali diselingi hal hal yang negative dalam rangka penyesuaian dengan lingkungan sekitar baik lingkungan dengan teman temannya di sekolah maupun lingkungan pada saat dia di rumah. Hal hal tersebut dapat berbentuk positif hingga negative yang serng kita sebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja itu sendiri merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik norma hukum maupun norma sosial. Sedangkan Pengertian kenakalan remaja Menurut Paul Moedikdo,SH adalah :
·Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.
·Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat.
·Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.
Adapun gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah
kepada kenakalan remaja :
·Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri. Anak yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.
·Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di sekolah. Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya karena anak tidak menyukai pekerjaan yang ditugaskan pada mereka sehingga mereka menjauhkan diri dari padanya dan mencari kesibukan-kesibukan lain yang tidak terbimbing.
·Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh dia sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya. Anak seperti ini sering terbawa kepada kegoncangan emosi.
·Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan ketakutan anal-anak normal.
·Anak-anak yang suka berbohong.
·Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah atau di rumah.
·Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru mereka bersikap tidak baik terhadap mereka dan sengaja menghambat mereka.
·Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian.
Dengan adanya gejala-gejala kenkalan remaja tersebut tentu saja ada hal-hal yang menyebabkan para remaja berperilaku menyimpang.Ada sebuah pertanyaannyakenapa seorang remaja dapat melakukan suatu pemberontakan? Ada tiga factor yang mempengaruhi hal tersebut :
1. Keluarga
Yang paling rentan ini nih (walau di poin ketiga yang akan dibahas berikut adalah kuncinya)! Kenapa ngga? Gimana jadinya anak atau remaja di masa depan, ditentukan oleh cara didik orang tua. Nah, cara mendidik ini yang menjadi satu hal yang masih dipertanyakan, sebenarnya gimana sih?. Tapi, satu hal yang perlu diingat adalah: seimbang. Otoriter atau istilah lebih halusnya tegas, permisif serta demokratisnya haruslah sesuai kadar.
Ketika orang tua otoriter, maka yang kita sebut sebagai kenakalan remaja akan muncul dalam artian ingin memberontak. Sementara kalo ortu permisif, remaja malah akan mencari-cari perhatian dengan segala tingkah lakunya yang kemungkinan besar menjurus ke kenakalan remaja. Bahkan orang tua yang demokratis sekalipun, Helda saja sebagai remaja ngga bisa menjamin akan menggunakan kebebasan namun bertanggung jawab dari paham demokratis ini. Karena
2. Pergaulan
pergaulan remaja Tekanan teman bahkan sahabat, apakah itu yang namanya rasa solidaritas, ingin diterima, dan sebagai pelarian, benar-benar ampuh untuk mencuatkan kenakalan remaja yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh ramaja.
Kalo di dalam keluarga, remaja memberontak atau mencari perhatian yang menjurus ke tindakan kenakalan remaja demi orang tua Nah ini, malah ke kebutuhan yang lain! Yup! Teman, sabahat dan diterima dalam pergaulan yang merupakan suatu kebutuhan.
3. Remaja Itu Sendiri
Pada hakikatnya apa yang dilakuin oleh seorang remaja ketika mencoba menarik perhatian dari ortu terlebih lagi teman, adalah untuk memuaskan diri remaja itu sendiri. Memuaskan di sini bukan hanya dalam arti negatif aja yah. Namun, demi memuaskan obsesinya itu – sering malah ‘keterlaluan’ dan ‘berlebihan’!
Bukankah apa pun yang terjadi kalo memang remaja tersebut punya ‘hati yang besar’ menyadari bahwa dia tidak akan bisa mendapatkan pehatian itu, pasti dia bisa untuk tidak terperosok ke dalam jurang kenakalan remaja.
Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah, selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari orangtuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu dimalam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, obat bius, dan sebagainya.Munculnya kegiatan iseng tersebut selain atas inisiatif si remaja sendiri, sering pula karena dorongan teman sepergaulan yang kurang sesuai. Sebab dalam masyarakat, pada umunya apabila seseorang tidak mengikuti gaya hidup anggota kelompoknya maka ia akan dijauhi oleh lingkungannya. Tindakan pengasingan ini jelas tidak mengenakkan hati si remaja, akhirnya mereka terpaksa mengikuti tindakan kawan-kawannya. Akhirnya ia terjerumus.

            Perjalanan kehidupan dan proses perkembangan sering sekali ternyata tidak mulus, banyak memgalami berbagai hambatan dan rintangn. Lebih-lebih bagi siswa sekolah menengah yang berada dalam fase perkembangan remaja, masa dimana individu mengalami berbagai perubahan fisik maupun psikis. Pada fase ini individu mengalami perubahan ynag besar yang dimulai dengan datangnya masa puber. Datangnya masa puber ditandai dengan kematangan seksualitas. Sikap-sikap dan perilaku yang terjadi pada masa puber sering mengganggu tugas-tugas pada masa perkembangan anak pada masa berikutnya yaitu masa remaja, dan sebagai akibatnya anak akan mengalami gangguan dalam menjalani kehidupan pada fase remja. Beberapa masalah yang dialami para remaja sekarang:
           
1. Masalah Emosi
            Secara tradisional masa remaja dianggap periode “badai dan tekanan” suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akiabat dari perubahan fisik dan kelenjar. Emosi remajaa seringkali sangat kuat, tidak terkendali, dan kadang tampak pada mereka, mudfah marah, mudah dirangsang, emosinya cenderung meledak-ledak dan tidak mampu mengendalikan perasaannya. Keadaan ini sering menimbulkan berbagai permasalahn khususnya dalam kaitannya dengan penyesuainan diri dilingkunganya. Maraknya kasus perkelahian antar pelajar akhir-akir ini adalah contoh nyata dari ketidakmampuan remaja mengolah dan mengendalikan emosi.

2. Masalah Penyesuaian Diri
            Salah satu tugas yang paling sulit pada masa remaja adalah yang berhubungan dengan penyesuian social. Remaja harus meyesuaikan diri dengan lawan jenis, baik sesama remaja maupun dengan orang-oarang dewasadiluar lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk mencspai pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak banyak enyesuaian baru. Pada fase ini remaja lebih banyak diluar rumah bersama-sama temannya sebagai kelompok, maka dapatlah dimengerti kalau pengaruh teman-temannya sebaya dalam pola perilaku,sikap, minat dan gaya hidupnya lebih besar daripada pengaruh dari keluarga. Perilaku remaja sangat bergantung dari pola-pola perilaku kelompok. Yang menjadi masalah apabila mereka salah bergaul, misalnya berada dalam kelompok pemakai obat-obatan terlarang, minuman keras, merokok, dan perilaku negative lainnaya. Dalam keadasan demikian remajacenderung akna mengikutinya tanpa memperdulikan akibat yangakan menimpa dirinya. Kebutuhan akan penerimaan dirinya dalam kelompok sebaya merupakan kebutuhan yang dianggap paling penting. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, remaja mau melaksanakan apa saja yang akan menimpa atas perilaku mereka tersebut.

3. Massalah Perilaku Seksual
            Tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh remaja sehubunagn dengan kematangan seksualitasnya adalah pembentukan hubungan yang lebih matang dengan lawan jenis dan belajar memerankan seks yang diakuinya. Pada masa remaja sudah mulai tertarik pada lawan jenis, mulai bersifat romants yang didikuti oleh keinginnan yang kuat untuk memperoleh dukungan dan perhtian dari lawan jenis, sebagai akibatnya remaja mempunyai minat tinggi pada seks. Remaja lebih banyak mencari informasi tentang seks dari sumber-sumber yang kadang tidak dapat dipertanggungjawabkan, misalnya dari tena sebaya yang sama-sam kurang memahami arti pentingnya seks, internet, media elektronik yan semakin canggih, dan media cetak yang kadang-kadang lebih mengarah pada pornografi. Sebagai akibat dari informasi yang salah dapat menimbulkan perilaku seks remkja yang apabila ditinjau dari segi moral dan kesehatan tidsak layak untuk dilakukan misalnya berciuman, bercumbu, mesturbasi, dan bersenggama. Namun generasi sekarang hal-hgal tersebut dianggap normal atau paling tidak diperbolehkan. (Hurlock, 1980:229)
pergaulan bebas di kalangan remaja telah mencapai titik kekhawatiran yang cukup parah, terutama seks bebas. Mereka begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, apalagi malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP. ‘’Banyak kasus remaja putri yang hamil karena kecelakan.
Menurut Dr Rose Mini AP, M Psi seorang psikolog pendidikan, seks bagi anak wajib diberikan orangtua sedini mungkin. “Pendidikan seks wajib diberikan orangtua pada anaknya sedini mungkin. Tepatnya dimulai saat anak masuk play group (usia 3-4 tahun), karena pada usia ini anak sudah dapat mengerti mengenai organ tubuh mereka dan dapat pula dilanjutkan dengan pengenalan organ tubuh internal.
Tidak ada cara instan untuk mengajarkan seks pada anak kecuali melakukannya setahap demi setahap sejak dini. Kita dapat mengajarkan anak mulai dari hal yang sederhana, dan menjadikannya sebagai satu kebiasaan sehari-hari. Tanamkan pengertian pada anak layaknya kita menanamkan pengertian tentang agama. Kita tahu tidak mungkin mengajarkan agama hanya dalam tempo satu hari saja dan lantas berharap anak akan mampu menjalankan ibadahannya, maka demikian juga untuk seks.
Pengenalan seks pada anak dapat dimulai dari pengenalan mengenai anatomi tubuh. Kemudian meningkat pada pendidikan mengenai cara berkembangbiak makhluk hidup, yakni pada manusia dan binatang. Nah, kalau sudah tahu, orangtua dapat memberi tahu apa saja dampak-dampak yang akan diterima bila anak begini atau begitu,”
Salah satu cara menyampaikan pendidikan seksual pada anak dapat dimulai dengan mengajari mereka membersihkan alat kelaminnya sendiri. Dengan cara “Mengajari anak untuk membersihkan alat genitalnya dengan benar setelah buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB), agar anak dapat mandiri dan tidak bergantung dengan orang lain. Pendidikan ini pun secara tidak langsung dapat mengajarkan anak untuk tidak sembarangan mengizinkan orang lain membersihkan alat kelaminnya.
Pengenalan seks pada anak dapat dimulai dari pengenalan mengenai anatomi tubuh. Kemudian meningkat pada pendidikan mengenai cara berkembangbiak makhluk hidup, misalnya pada manusia. Sehingga orangtua dapat memberikan penjelasan mengenai dampak-dampak yang akan diterima bila anak sudah melakukan hal-hal yang menyimpangnya. oleh sebab itu perlunya pendidikan seks sejak dini, bila perlu diberikan disekolah-sekolah agra para siswa dapat mengetahui pendidikan seks yang benar dan tidak terjerumus kehal-hal yang negative.

4. Masalah Perilaku Sosial
            Tanda-tanda masalah perilaku social pada remaja dapat dilihat dari adanya diskriminasi terhadap mereka yang terlatar belakang ras, agama, atau social ekonomi yang berbeda. Dengan pola-pola perilaku social seperti ini, maka melahirkan geng-geng atau kelompok-kelompok remaja yang pembentukanya berdasarkan atas kesamaan latar belakang, agama, suku dan social ekonomi. Pembentukan kelompok atau geng pada renaja tersebut dapat memicu terjadinya permusuhan antar kelompok atau geng. Untuk mencegah dan mengatasi masalah diatas dapat dilakukan dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatana kelompok dengan tidak memperhatikan latar belakang suku, agama,ras, dan social ekonomi.

5. Masalah Moral
            Masalah moral yang terjadi pada para remja ditandai oleh adanya ketidakmampuan remaja membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Hal ini dapat disebabkan oleh ketidakkonsisitenan dalam konse benar dan slah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya antar sekolah, keluarga, da kelompok remaja. Ketidakmampuan membedakan mana yang benar dan mana yang salah dapat membawa mala petaka bagi kehidupan remja pada khususnya dan pada semua oaring pada umumnya.

6. Masalah Keluarga
Remaja sering menganggap standar perilaku orang tua yang kuno dan yang modern berbeda. Menurut remaja, orang tua yang mempunyai standar kuno harus mengikuti standar modern, sedagkan orang tua tetap pada pendiriannya semula. Keadaan inilah yang sering menjadi sumber perselisihan antar mereka. Sehingga remaja yang cenderung keaah modernisasi akan membantah semua yang ditetapkan oleh orang tuanya sehingga menimbulakan penyimpangan untuk melakukan apa yang sudah diinginkannya.

Dengan banyaknya kenakalan remaja saat ini yang sudah sangat marak, contohnya saja para remaja sekarang sudah tidak malu untuk berperilaku seksual didepan umum karena dizaman yang sudah serba modern hal-hal tersebut sudah dianggap normal-normal saja atau paling tidak diperbolehkan. Hubungan seks diluar nikah dianggap “Benar” apabila orang-orang yang terlibt saling mencintai dan saling meras terikat.(Hurlock, 1980: 229)
            Hasil survey Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen remaja di Indonesia telah melakukan hubungan seks pranikah. Angka yang memprihatinkan di negeri yang cukup menjunjung tinggi nilai moral sehubungan seks. Mengapa mereka bisa melakukan hubungan seks pranikah? Penyebabnya karena kurangnya pendidikan seks kepada anak dan remaja.
Anak-anak dan remaja rentan terhadap informasi yang salah mengenai seks. Jika tidak mendapatkan pendidikan seks yang sepatutnya, mereka akan termakan mitos-mitos tentang seks yang tidak benar. Informasi tentang seks sebaiknya didapatkan langsung dari orang tua yang memiliki perhatian khusus terhadap anak-anak mereka. Masalah seks masih dianggap tabu dibicarakan di depan anak-anak apalagi untuk mengajarkannya kepada anak-anak. Kenyataannya banyak terjadi eksploitasi seks pada anak-anak di bawah umur. Seperti yang terjadi di Bali baru-baru ini, yang begitu banyak menyita perhatian, dan menjadi kasus yang luar biasa (Menurut Ketua Komnas Perlindungan Anak Seto Mulyadi). Hal ini menjadi kasus yang luar biasa karena pelaku memperkosa sebanyak enam orang anak di bawah umur.
Beberapa tips untuk mengatasi dan mencegah kenakalan remaja, yaitu:
- Perlunya kasih sayang dan perhatian dari orang tua dalam hal apapun.
- Adanya pengawasan dari orang tua yang tidak mengekang. contohnya: kita boleh saja membiarkan dia melakukan apa saja yang masih sewajarnya, dan apabila menurut pengawasan kita dia telah melewati batas yang sewajarnya, kita sebagai orangtua perlu memberitahu dia dampak dan akibat yang harus ditanggungnya bila dia terus melakukan hal yang sudah melewati batas tersebut.
- Biarkanlah dia bergaul dengan teman yang sebaya, yang hanya beda umur 2 atau 3 tahun baik lebih tua darinya. Karena apabila kita membiarkan dia bergaul dengan teman main yang sangat tidak sebaya dengannya, yang gaya hidupnya sudah pasti berbeda, maka dia pun bisa terbawa gaya hidup yang mungkin seharusnya belum perlu dia jalani.
- Pengawasan yang perlu dan intensif terhadap media komunikasi seperti tv, internet, radio, handphone, dll.
- Perlunya bimbingan kepribadian di sekolah, karena disanalah tempat anak lebih banyak menghabiskan waktunya selain di rumah.
- Perlunya pembelajaran agama yang dilakukan sejak dini, seperti beribadah dan mengunjungi tempat ibadah sesuai dengan iman kepercayaannya.
- Kita perlu mendukung hobi yang dia inginkan selama itu masih positif untuk dia. Jangan pernah kita mencegah hobinya maupun kesempatan dia mengembangkan bakat yang dia sukai selama bersifat Positif. Karena dengan melarangnya dapat menggangu kepribadian dan kepercayaan dirinya.
- sebagai orang tua harus menjadi tempat CURHAT yang nyaman untuk anak anda, sehingga anda dapat membimbing dia ketika ia sedang menghadapi masalah.
Selain dari orang tua sekolah juga berperan dalam penanganan penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh para remaja misalnya dengan mengadakan pelayanan bimbingan kepada anak untuk melatih bagaimana cara mendengar yang baik, bagaimana cara mengungkapkan masalah, bagaimana cara mngendalikan diri baik dalam menanggapi masalnya maupun mengemukakan masalahnya sendiri.
Sekolah juga dapat melakukan usaha penyediaan sarana dan prasarana untuk mendukung baka dan minat siswa, agar siswa dapat menyalurkan bakat dan kemampuan yang dia miliki. Sekolah juga berperan untuk memberikan pendidikan seks sejak dini agar siswa tau apa itu seks yang baik, tanpa dia tau seks dari medi seperti interne, handphone dan lainnya yang cenderung mengarah pada pornografi.
            Sekolah tidak boleh membeda-bedakan anak didiknya karena akan menyebabkan kelompok-kelompok yang berlatar belakang pada agama, ras, social ekonomi yang kebanyakan mengarah pada permusuhan dan mengakibatkan tawuran antar pelajar. Sekolah bisa melakukan usaha dengan membentuk kelompok-kelompok tanpa membeda-bedakan latar belakang agama, ras, dan social ekonomi. Dan tentunya sekolah mencegah kenakalan-kenakaln remaja dengan memberikan berbagai palajaran tentang agama agar siswa tau tentang hal-hal yang dilarang oleh agama.







KESIMPULAN
Kenakalan remaja yaitu Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.  Ada 3 faktor hal-hal yang menyebabkan para remaja berperilaku menyimpang yaitu Keluarga, Pergaulan dengan orang lain, dan Dari remaja  itu sendiri. Dengan factor penyebab tersebut dapat menimbulkan masalah-masalah remaja seperti
1.      Masalah Emosi
2.      Masalah Penyesuaian Diri
3.      Massalah Perilaku Seksual
4.      Masalah Perilaku Sosial
5.      Masalah Moral
6.      Masalah Keluarga.
            Untuk menghindarkan anak agar tidak berperilaku menyimpang butuh banyak perhatian dari orang tua, perlunya pendidikan agama yang baik, pendidikan sejak dini bagaimana bergaul dalam masyarakat, memberikan pendidikan seks yang baik sesuai denagan umurnya dan perlunya dukungan dari orang tua tentang apa hoby dan bakat anak, serta kemampuan yang dia miliki agar dia dapat menggunakan waktu luangnya untuk memgembangkan bakatnya. Selain dari orang tua butuh peran dari sekolah tempat dia dididik untuk mendapatkan pelajaran dengan baik, mencari teman sebaya, dan dapat mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimilikinya.







DAFTAR PUSTAKA


Coles, Robert.2000. Menumbuhkan Kecerdasan Moral pada anak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka utama
Gunarsa, Singgih, 1988, Psikologi Remaja, BPK Gunung Mulya, Jakarta
Hurlock, Elizabeth.1972. Childern Development. Tokyo: Mc Graw-Hill. Kogakusha
Leslie, Gerald R. 1972. The family in socil context. New yOrk: Oxford Univercity Press
Mugiarso, Heru.2007. Bimbingan dan Konseling.Semarang: UPT MKK UNNES
Ritzer, George.1976.Sosiology:Experiencing a changing Sisiety.Boston:Alin dan Bacon,inc
Salim, Agus, 2007. Teori sosiologi klasik dan modern.semarang: UNNES Press
Soekanto, Soerjono, 1988, Sosiologi Penyimpangan, Rajawali, Jakarta
Soekanto, soerjono, 1982. sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada