pengaruh kebiasaan makan pagi terhadap hasil belajar


A.      Judul
PENGARUH KEBIASAAN MAKAN PAGI TERHADAP HASIL BELAJAR SMP N 1 KARANGANYAR 2011/2012.


B.       Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan peningkatan sumber daya manusia di Indonesia. Pendidikan merupakan wadah sebagai pencetak sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu dasar peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Dengan demikian pendidikan tersebut akan dapat membawa manusia khususnya peserta didik menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya serta menuju kedewasaan untuk dapat menyikapi dengan bijak segala sesuatu yang ada di lingkungannya.
Pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah secara umum bertujuan untuk membantu siswa mengenal dan menerima dirinya, mengenal dan menerima lingkungan secara positif serta mengambil keputusaan sesuai dengan keadaan dirinya. Secara khusus, layanan bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan yang meliputi aspek pribadi-sosial, belajar, dan karier.
Manusia dituntut untuk selalu memenuhi kebutuhan, karena itulah manusia tidak pernah berhenti untuk beraktivitas, mulai dari pagi hingga sore hari, bahkan terkadang sampai tengah malam. Seperti halnya siswa yang mengikuti proses belajar mengajar dari pagi sampai siang dan pagi adalah waktu dimana siswa mulai melakukan aktivitas. Dan sebelum memulai aktivitas siswa perlu memerlukan energi sebagai pendorong atau pengerak melakukan aktivitas, energi  tersebut dapat diperoleh dari sarapan. Mengingat kadar gula tubuh manusia sangat rendah di pagi hari. Sarapan mungkin terdengar sepele, namun sangat vital bagi tubuh manusia, apalagi jika dituntut untuk bekerja total seharian. Seringkali siswa mengabaikan sarapan dengan alasan kurangnya waktu atau bosan dengan menu yang itu-itu saja. Padahal sarapan bukan sekedar pengganjal perut, tetapi sarapan juga memberikan energi agar manusia bisa beraktivitas dengan optimal. Otakpun bekerja dengan optimal dan tidak cepat mengantuk.
Sarapan juga sangat mempengaruhi kinerja otak, seorang ilmuwan mengatakan sarapan pagi merupakan makanan khusus untuk otak, hal ini didukung dari sebuah penelitianyang menunjukan bahwa sarapan erat dengan kecerdasan mental, dalam artian sarapan memberikan nilai positif terhadap aktivitas otak, otak menjadi lebih cerdas, peka dan lebih mudah untuk berkonsentrasi. Hal ini secara tidak langsung akan mendatangkan pengaruh positif terhadap diri manusia dalam beraktivitas.
Sarapan pagi penting karena tubuh hanya memiliki sedikit cadangan dari makan malam 7 - 8 jam sebelumnya. Sementara kegiatan yang padat dari pagi sampai waktu makan siang setidaknya memerlukan 1/4 - 1/3 dari jumlah makanan. Dengan sarapan pagi makaa cadangan tenaga akan terisi kembali. Hal ini tentu saja sangat diperlukan untuk aktivitas belajar (http//percikan-iman//com).
Dari uraian latar belakang itulah peneliti ingin meneliti tentang PENGARUH KEBIASAAN MAKAN PAGI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP N 1 KARANGANYAR, PURBALINGGA, JAWA TENGAH TAHUN 2011/2012.

C.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuaraikan di atas. Keberhasilan kegiatan belajar siswa tergantung banyak faktor, antara lain :
1.      Konsentrasi siswa dalam menerima pelajaran.
2.      Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran.
3.      Kebiasaan siswa yang kurang baik.

D.      Batasan Masalah
Agar penelitian ini tidak meluas maka perlu adanya pembatasan masalah. Dalam penelitian ini hanya membahas tentang pengaruh kebiasaan makan pagi terhadap hasil belajar siswa SMP N 1 Karanganyar, Purbalingga, Jawa Tengah tahun 20011.

E.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah yang telah diuaraikan di atas. Maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Sejauh mana kecenderungan hasil belajar siswa yang mempunyai kebiasaan makan pagi sebelum berangkat sekolah?
2.      Sejauh mana kecenderungan hasil belajar siswa yang mempunyai kebiasaan  tidak makan pagi sebelum berangkat sekolah?
3.      Adakah pengaruh positif kebiasaan makan pagi sebelum berangkat sekolah terhadap hasil belajar siswa?

F.       Tujuan Penelitian
Dari permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1.      Untuk mengetahui kecenderungan hasil belajar siswa SMP N 1 Karanganyar, Purbalingga, Jawa Tengah yang mempunyai kebiasaan makan pagi sebelum berangkat sekolah?
2.      Untuk mengetahui kecenderungan hasil belajar siswa SMP N 1 Karanganyar, Purbalingga, Jawa Tengah yang mempunyai kebiasaan tidak makan pagi sebelum berangkat sekolah?
3.      Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan makan pagi sebelum berangkat sekolah terhadap hasil belajar siswa SMP N 1 Karanganyar, Purbalingga, Jawa Tengah?

G.      Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilaksanakan SMP N 1 Karanganyar, Purbalingga, Jawa Tengah di diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1.      Dapat digunakan sebagai masukan bagi orang tua siswa dalam memberikan pembiasaan kepada putra-putrinya.
2.      Dapat digunakan sebagai masukan bagi guru atau pihak sekolah dalm mensosialkan pembiasaan kepada siswa.
3.      Sebagai bahan dan kajian untuk penelitian lebih lanjut.

H.      Tinjauan Teori
1.         Kebiasaan Makan Pagi
Sarapan atau makan pagi sangat penting bagi tubuh. Apalagi jika dituntut untuk bekerja seharian. Terkadang banyak orang mengabaikan sarapan dengan alasan kurangnya waktu, atau bosan dengan sarapan itu-itu saja. Padahal, sarapan bukan sekedar pengganjal perut. Tetapi juga memberikan energi agar bisa beraktivitas dengan baik. Otak bekerja lebih optimal dan tiadak cepat mengantuk.
Sarapan pagi sangat penting karena tubuh hanya memiliki sedikit cadangan makanan dari makan malam 7 – 8 jam sebelumnya, sementara kegiatan dari pagi sampai waktu makan siang setidaknya memerlukan 1/4 - 1/3 dari jumlah makanan. Dengan sarapaan pagi, maka cadangan tenaga akan terisi kembali. Ini tentu saja sangat diperlukan untuk aktivitas belajar ataupun bekerja (http//percikan-iman//com).
Seorang ilmuwan mengatakan sarapan pagi merupakan makanan khusus untuk otak. Hal ini didukung dari sebuah penelitian yang menunjukan bahwa sarapan berhubungan erat dengan kecerdasan mental. Dalam  artian, sarapan memberikan nilai positif terhadap otak. Otak menjadi lebih cerdas, peka dan lebih mudah berkonsentrasi. Hal ini secara tidak langsung akan mendatangkan pengaruh positif terhadap manusia dalam beraktivitas. Baaik di sekolah maupun di tempat kerja.
Sarapan yang baik harus banyak mengandung karbohidrat, karena kandungan karbohidrat yang dikonsumsi di pagi hari. Akan merasang glukosa dan mikro nutrien dalam otak. Karena karbohidrat merupakan salah stu nutrien yang menghasilkan energi yang berfungsi untuk memacu otak. Karbohidrat sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu karbohidrat simpleks dan karbohidrat kompleks.
Dalam kecerdasan otak, yang perlu dikonsumsi adalah karbohidrat kompleks. Karbohidrat kompleks sendiri adlah karbohidrat yang mengandung serat dan vitamin yang bisa dicerna dan diserap perlahan-lahan. Sehingga kadar gula dalam tubuh naik secara perlahan. Karbohidrat jenis ini banyak dijumpai dalam nasi, roti, jagung, kentang dan pasta. Makanan berkarbohidrat kompleks mampu memberikan nilai lebih pada fungsi otak, yaitu membantu memusatkan pikiran untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran. Bisa dikatakan tingkat konsentrasi dan penyerapan lebih baik dibanding individu yang tidak sarapan. Sebuah survai yang dilakukan kepada anak-anak dan remaja menyebutkan anak yang sarapan dengan makanan yang kaya akan karbohidrat kompleks memiliki perfoma. Lebih bisa memusatkan perhatian pada pelajaran. Perilaku yang lebih positif, kooperatif, gampang berteman dan dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Sedangkan bagi anak yang tidak sarapan tidak dapat berfikir dengan baik dan selalu terlihat malas (http//kapanlagi//com).
Hasil Belajar
Cronbach (suryabrata. 2004) menyatakan bahwa “learning is shown by a change in behavior as a result of experience”. Belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu si pelajar menggunakan panca inderanya. Sesuai dengan pendapat Harold Spears yang menyatakan bahwa “earning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction.
Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak faktor yang dapat diklasifikasikan menjadi :
1.        Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar, digolongkan menjadi :
a.    Faktor non sosial
Seperti keadaan udara, suhu, cuaca, waktu, tempat, alat-alat yang dipakai, peraga dan sebagainya.
b.    Faktor sosial (faktor manusia atau sesama manusia). Baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.        Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, digolongkan menjadi dua, yaitu :
a.    Faktor fisiologis
Keadaan jasmani yang kurang segar atau lelah akan lain pengaruhnya dari pada yang segar atau tidak lelah. Nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya berupa kelesuan, cepat mengantuk, cepat lelah. Apalagi bagi anak yang masih muda pengaruhya sangat besar.
b.    Faktor psikologis
Arden N. Frandsen (Suryabrata. 2004) mengatakan bahwa hal yang mendorong seseorang untuk belajar adalah :
1.    Adanya faktor ingin tahu lebih banyak dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
2.    Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju.
3.    Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang telah lalu dengan usaha yang baru, baik dengan usaha kerjasama atau kompetisi.
4.    Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari belajar.
Belajar merupakan aktifitas yang berproses, tentu didalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan tersebut timbul melalui tahap-tahap antara satu dengan lainnya saling berhubungan secara berurutan dan fungsional.
Menurut Arno F. Wittg (1981) dalam bukunya Psychology Of Learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu :
·         Acquistion (tahap perolehan/penerimaan informasi)
Pada tahapan ini seorang individu mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dengan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya.
·         Storage (tahap penyimpanan informasi)
Pada tahapan ini seorang individu secara otomatis akan menyimpan apa yang telah ia peroleh atau pelajari. Dalam tahap ini melibatkan fungsi short term dan long term memori.
·         Retieval (tahap mendapatkan kembali informasi)
Pada tahapan ini individu akan berusaha mengingat kembali apa yang telah ia pelajari baik berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu dengan cara mengaktifkan kembali fungsi-fungsi system memorinya.
2.         Kerangka Berpikir
Dalam proses belajar banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar itu sendiri, salah satunya adalah kesiapan fisik dari pelajar, jasmani yang segar tentu akan memberikan hasil belajar yang optimal.
Sarapan pagi sangat penting untuk dibiasakan, bukan hanya sebagai penganjal perut, tetapi juga untuk memberikan energi agar kita bisa beraktivitas dengan baik, otak bekerja lebih optimal dan tidak cepat mengantuk atau lelah.
Dari berbagai uraian di atas, maka dapat diajukan suatu kesimpulan sementara bahwa kebiasaan makan pagi sebelum berangkat ke sekolah akan memberikan kecenderungan positif terhadap hasil belajar siswa.
3.         Perumusan Hipotesis
Sesuai dengan landasan teori, kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas. Maka dalam penelitian ini diajukan hipotesis sebagai berikut :
1.        Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kebiasaan makan pagi sebelum berangkat ke sekolah dengan hasil belajar siswa SMP Karanganyar, Purbalingga, Jawa Tengah.
2.        Ada hubungan yang negatif dan signifikan antara kebiasaan tidak makan pagi sebelum berangkat ke sekolah dengan hasil belajar siswa SMP Karanganyar, Purbalingga, Jawa Tengah.


I.         Metodologi Penelitian
1.         Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat penelitian adalah SMP N 1 Karanganyar, Purbalingga, Jawa Tengah dan pelaksanaan penelitian pada tahun ajaran tahun 2011/202.
2.         Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau dapat dinyatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diselidiki. Jadi dengan demikian yang dimaksud dengan variabel adalah gejala-gejala yang mempunyai variasi nilai dan menjadi objek penelitian.
Adapun variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian terdiri dari 2 variabel yaitu 1 variabel bebas dan 1 variabel terikat. Kedua variabel tersebut adalah :
1.      Variabel bebas (X)  : Kebiasaan makan pagi
2.      Variabel terikat (Y) : Hasil belajar siswa


3.         Subyek Penelitian
Salah satu hal yang sangat penting dalam suatu penelitian adalah penentuan subjek penelitian, yaitu sumber dari mana dapat diperoleh suatu data yang dibutuhkan. Secara garis besar, metode penentuan subjek ada 2 macam, yaitu metode populasi dan metode sampling. Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Cholid Narbuko & H.Abu Achmadi, 2008: 107). Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010: 173) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.
Sebagai populasi dalam penelitian ini adalah Siswa-Siswi SMP N 1 Karanganyar, Purbalingga, Jawa Tengah. Subyek penelitian dipilih kelas IX untuk melihat para siswa dalam melanjutkan ke tingkat pendidikan selanjutnya.
Siswa kelas IX terbagi menjadi 5 kelas, masing-masing bejumlah 40 siswa.
Penelitian ini tidak dilakukan pada seluruh populasi melainkan hanya mengambil sebagian dari populasi untuk dijadikan subyek penelitian. Hal ini diperbolehkan selama tidak mengurangi nilai ilmiah suatu penelitian yang dilakukan sebagian populasi saja, tetapi kesimpulannya digeneralisasikan untuk populasi disebut penelitian sampel. Agar sampel yang dikenal penelitian ini dapat mewakili populasi penelitian, maka diperlukan teknik pengambilan sampel yang tepat. Dalam penelitian ini menggunakan Quota random sampling. Quota sampling dilakukan dengan mendasarkan jumlah pada jumlah yang sudah ditentukan sebelumnya. Sedangkan random sampling berarti semua subyek dalam populasi mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Teknik random sampling yang digunakan adalah dengan cara undian dengan alasan bahwa populasi tidak terlalu besar dan tidak terlalu sulit untuk dilaksanakan.
4.         Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuesioner atau angket. Metode kuesioner atau angket adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti.
Tujuan dilakukan angket atau kuesioner  ialah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan memperoleh informasi mengenai suatu masalah secara rentak. Menurut prosedurnya angket dibagi menjadi dua yaitu angket langsung dan angket tidak langsung.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
a.       Kembangkan petunjuk pengisian atau pengantar yang di dalamnya berisi maksud, jaminan kerahasiaan jawaban, ucapan terimakasih.
b.      Butir pernyataan dirumuskan secara jelas dengan menggunakan bahasa populer.
c.       Untuk pertanyaan terbuka sediakan tempat untuk menuliskan komentar responden.

5.         Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui hubungan antar variabel dalam penelitian ini, maka perlu diterapkan metode statistik yang sesuai dengan hipotesa yang akan diuji. Karena penelitian ini merupakan penelitian korelasional, maka yang akan dipergunakan adalah “Product Moment Correlation” dari Person, yaitu untuk mencari korelasi dari variabel bebas (kebiasaan makan pagi) dengan variabel terikat (hasil belajar). Agar memudahkan dalam menganalisa data hasil tes dari penelitian, maka perlu dipergunakan teknik statistik, sebagai berikut:
1.    Menghitung Koefisien korelasi Masing-masing Prediktor
Dalam menghitung koefisien korelasi masing-masing prediktor menggunakan rumus korelasi Product moment  untuk menentukan hubungan antara dua gejala interval. Suharsimi Arikunto (2010: 317) sebagai berikut:


Keterangan:
r  : Koefisien Korelasi
x : Skor tiap pertanyaan/ item
y : Skor total
N: Jumlah responden








2.    Menghitung korelasi ganda
Untuk menghitung korelasi antara dua atau lebih variabel bebas dengan satu variabel terikat, yaitu menggunakan korelasi ganda, (Husaini Usman dan Purnomo Setiady, 2006: 245) dengan rumus sebagai berikut:
 



Keterangan:
Ry(1,2)  =    Koefisien korelasi antara X1 dan X2 dengan variabel Y
a1             =    Koefisien prediktor X1
a2             =    Koefisien prediktor X2
åY2      =    Jumlah variabel y dikuadratkan
åX1Y   =    Jumlah variabel X1dikalikan Y
åX2Y   =    Jumlah variabel X2 dikalikan Y
Sedangkan menghitung bobot sumbangan relatif (SR%) dan bobot sumbangan afektif (SE%) Burhan Nurgiyantoro dkk (2004: 322). menggunakan rumus sebagai berikut:
a.    Bobot sumbangan relatif
 
 
b.    Bobot sumbangan efektif
  SE%X1 = SR%X1 . R2
SE%X2 = SR%X2 . R2





3.    Analisis Regresi Ganda
Untuk menghitung analisis regresi, menurut Burhan Nurgiyantoro (1999: 306) menggunakan rumus sebagai berikut:
F =


 
             



Keterangan:
          n  : banyak anggota sampel
          m : banyak preditor
4.    Uji signifikansi
Untuk menguji tingkat signifikansi dari koefisensi korelasi yaitu dengan membandingkan hasil (r)hitung dengan (r)tabel pada taraf signifikansi 5%, atau dengan membandingkan harga p (probabilitas) dari masing-masing koefisien korelasi. Jika rhitung ≥ rtabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sebaliknya, jika rhitung < rtabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Sedangkan uji signifikansi analisis regresi yaitu dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel pada taraf signifikansi 5% atau dengan membandingkan harga p (probabilitas). Jika Fhitung ≥ Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Demikian pula sebaliknya, jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
5.    Kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis
Hipotesis nol (H0) diterima, bila hasil rhitung ≤ rtabel pada taraf signifikansi 5%, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Sebaliknya hipotesis nol (H0) ditolak, bila rhitung > rtabel pada taraf signifikansi 5%, berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Demikian juga untuk uji F, hipotesis nol (H0) diterima, bila Fhitung ≤ Ftabel pada taraf signifikansi 5%, berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat, dan hipotesis nol (H0) ditolak, bila Fhitung > Ftabel pada taraf signifikansi 5%, berarti ada hubungan yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat.

J.        Sistematika
Dalam masalah ini dibuat kerangka untuk mempermudah penyusunan skripsi ini. Susunan ini terdiri dari atas 5 bab yaitu bab I, II, III, IV, V. Adapun uraiannya sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN terdiri
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Identifikasi Masalah
C.     Pembatasan Masalah
D.    Rumusan Masalah
E.     Tujuan Penelitian
F.      Manfaat Hasil Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.    Kajian Teori
B.     Kerangka Berpikir
C.     Perumusan  Hipotesis
BAB III METODE PENELITIAN
A.    Waktu dan Tempat Penelitian
B.     Variabel Penelitian
C.     Metode Penentuan Subyek
D.    Metode Pengumpulan Data
E.     Teknik Analisis Data


BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN
A.    Deskripsi Data
B.     Hasil Penelitian
C.     Pembahasan Hasil Penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
B.     Implikasi
C.     Saran























DAFTAR PUSTAKA

Sugiharto, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. UNY Pres. Yogyakarta.
Drs. Cholid Narbuko, dkk. (2008). Metodologi Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta.
Suryabrata, S. (2004). Psikologi Pendidikan. Divisi Buku Perguruan Tinggi. Raja
Gravindo Persada. Jakarta.
Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.
________________. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sutrisno Hadi. (2004). Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Andi Offset.
http//kapanlagi//com.
http//percikan-iman//com.