PROPOSAL SKRIPSI : HUBUNGAN ANTARA MEMBERIKAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI AKADEMIK YANG DI RAIH ANAK

BAB I
PENDAHULUAN 
A.  Latar Belakang Masalah
Dalam bidang kemiliteran, sebelum pasukan menggempur tempat musuh yang akan ditaklukan, terlebih dahulu para pemimpin tentara mengatur strategi di pusat kemiliteran. Mereka mengatur siasat bagaimana melakukan pendekatan ke tempat musuh tersebut, memilih dan menentukan cara dan teknik menaklukannya, serta mempersiapkan segala fasilitas yang dibutuhkan, dan mengatur strategi agar prosesnya efisien dan hasilnya efektif.

Begitu juga dengan belajar, untuk mencapai suatu prestasi yang diinginkan sesuai dengan hasil belajar yang telah dilakukan dengan mengatur kegiatan belajar baik di lingkungan masyarakat maupun dilingkungan sekolahan. Untuk mencapai tujuan tersebut, kita perlu memilih strategi tertentu agar pelaksanaan belajar yang dilakukan berjalan dengan lancar dan hasilnya optimal.
Siswa dalam belajarnya dilakukan dengan tidak memperhatikan kendala – kendala yang dihadapi dalam belajar, sehingga siswa cepat mengalami frustasi atau kegagalan dalam belajar, akibatnya mempengaruhi hasil belajar. Selain itu juga akan mempengaruhi pada diri siswa yaitu akan mengalami kemunduran dalam minat belajar, kepercayaan diri yang menurun untuk memperbaiki kegagalan.
Dalam hal ini kegagalan belajar juga tidak di perhatikan oleh siswa, untuk bisa menanggulangi masalah – masalah dalam proses belajar dengan melakukan suatu perubahan – perubahan dalam belajar. Untuk itu diperlukan kesadaran dari diri siswa maupun lingkungan yang berpengaruh terhadap belajar siswa. Seperti halnya memberikan dorongan semangat belajar, memulihkan kepercayaan diri siswa yang memiliki kemampuan berprestasi, dan yang paling penting yaitu memberikan motivasi dalam diri siswa baik yang timbul karena kesadaran dirinya betapa pentingnya belajar ataupun motivasi dari orang lain. Selain itu faktor sarana dan prasarana pendidikan juga sangat mempengaruhi pencapaian prestasi akademik siswa. Faktor sarana dan prasarana tersebut dapat berupa komputer, gedung sekolah, ruang kelas, meja kursi, papan tulis dan alat – alat peraga seperti mikroskop.
B.   Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasi beberapa masalah yaitu sebagai berikut:
1.      Adakah pengaruh antara memberikan motivasi belajar dengan pencapaian prestasi akademik yang diraih anak?
2.      Faktor apakah yang mampu menyebabkan anak memiliki motivasi belajar sehingga mengarah pada pencapaian prestasi akaddemik yang lebih baik? 
C.   Pembatasan Masalah
Agar pembahasan masalah lebih mendalam dan mengarah, maka penulis memberikan batasan masalah yaitu “Hubungan Antara Memberikan Motivasi Belajar Dengan Prestasi Akademik Yang Diraih Anak?"
D.   Perumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan karya tulis ilmiah ini adalah “Adakah pengaruh antara memberikan motivasi belajar dengan pencapaian prestasi akademik anak?”.
E.   Tujuan Penulisan
Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui hubungan antara memberikan motivasi belajar dengan pencapaian prestasi akademik anak?





F.   Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.      Bagi siswa, bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam proses pencapaian prestasi belajar yang lebih baik.
2.      Bagi penulis, dapat menambah ilmu pengetahuan mengenai hubungan antara memberikan motivasi belajar pada anak dengan pencapaian prestasi akademik anak.
























BAB II
LANDASAN TEORITIK DAN HIPOTESIS

A.    Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu (1) motif biogenetis adalah motif – motif yang berasal dari kebutuhan – kebutuhan organisme demi kelanjutan hidupnya; (2) motif sosiogenetis adalah  motif – motif yang berkembang berasal dari lingkungan kebudayaan tempat orang tersebut tinggal; (3) motif teologis adalah manusia sebagai makhluk yang berkebutuhan , sehingga ada interaksi antara manusia dengan Tuhan-Nya. Dengan demikian motivasi adalah dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya (Dr. Hamzah B. Uno, 2007). 

B.     Teori – Teori Mengenai Motivasi
Secara umum teori motivasi di bagi dalam dua kategori yaitu teori kandungan, yang memusatkan perhatian pada kebutuhan dan sasaran tujuan, dan teori proses, yang banyak berkaitan dengan bagaimana orang berperilaku dan mengapa mereka berperilaku dengan cara tertentu.
1.      Teori menurut F.W. Taylor dan Manajemen Ilmiah
Pendekatan ini memusatkan perhatian membuat pekerjaan seefektif mungking dengan merampingkan metode kerja, pembagian tenaga kerja, dan penilaian pekerjaan.
2.      Teori Hierarki Kebutuhan Maslow
Hierarki ini didasarkan pada anggapan bahwa pada waktu orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu, mereka ingin bergeser ke tingkat yang lebih tinggi.



3.      Teori Keberadaan, Keterkaitan, dan Pertumbuhan Aldefer
Menurut teori ini, semua kebutuhan itu timbul pada waktu yang sama. Kalau satu tingkat kebutuhan tertentu tidak dapat dipuaskan, seseorang kelihatanya kembali ke tingkat lain.
4.      Teori Motivasi Kesehatan Herzberg
Teori ini mendalilkan adanya beberapa faktor yang kalau tidak ada, meyebabkan ketidakpuasan dan yang terpisah dari faktor motivasi lain yang membangkitkan upaya dan kinerja sangat istimewa.

C.     Jenis dan Sifat Motivasi
Ada dua jenis motivasi yaitu motivasi primer dan motivasi sekunder. Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif – motif dasar. Motif – motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Sedangkan motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari, maksudnya adalah motivasi sekunder bukan hanya di peroleh dari segi biologis saja tetapi juga diperoleh dari lingkungan sosial.
Motivasi seseorang dapat bersumber dari dalam diri sendiri atau lebih dikenal dengan motivasi intrinsik dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang di kenal dengan nama motivasi ekstrinsik.

D.    Motivasi Belajar
Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada seseorang yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung. Hal itu memiliki peranan besar dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita – cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, dan adanya lingkungan belajar yang kondusif (Dr. Hamzah B. Uno, 2007).


E.     Pengertian Belajar Serta Prinsip – Prinsip Belajar
Belajar adalah proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan interaksi antara individu dan lingkungannya yang dilakukannya secara formal, informal dan non formal. Proses belajar sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu misalnya sikap dan minat dalam belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar diri individu misalnya dorongan dari keluarga atau orang tua. Sedangkan prinsip – prinsip Belajar antara lain:
1.      Belajar harus mempunyai tujuan yang jelas
Tujuan ini dimaksudkan agar seseorang dapat menentukan arah yang jelas sehingga tahap-tahap yang harus di tempuh akan tersusun dengan baik, yang memungkinkan pencapaian hasil yang maksimal.
2.      Proses belajar akan terjadi apabila seseorang dihadapkan pada situasi yang problematik.
Dengan banyaknya problem yang di hadapi akan mendorong siswa untuk berfikir mencari jalan agar masalahnya dapat terselesaikan. Semakin besar kualitas dan kuantitas problem yang di hadapi, semakin luas pula cara siswa berfikir untuk memecahkannya.
3.      Belajar dengan pemahaman akan lebih bermakna di banding belajar dengan hafalan.
Belajar dengan pemahaman memungkinkan siswa mengetahui konsep yang diajarkan, sehingga apapun permasalahan yang di hadapi akan bisa terselesaikan dengan baik. Sedangkan belajar dengan hafalan hanya cenderung merangsang siswa untuk mengingat apa yang telah diajarkan  kepadanya tanpa mengetahui konsep dasar yang relevan dengan bahan ajaran yang diterima. Hal ini menyebabkan siswa kurang terampil dalam menghadapi permasalahan yang lebih kompleks meski dengan konteks yang sama.
4.      Belajar secara menyeluruh akan lebih berhasil di banding belajar secara terbagi.
Dengan belajar secara menyeluruh siswa akan lebih mengerti dengan jelas hubungan-hubungan dari berbagai komponen yang ada dalam suatu bahan ajaran. Sehingga memungkinkan siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mudah dan cepat di bandingkan dengan belajar bagian demi  bagian.
5.      Belajar memerlukan kemampuan untuk menangkap intisari pelajaran itu sendiri.
Sehubungan dengan pengertian di atas, apa yang di terima siswa dalam belajarnya mempunyai arti bahwa siswa telah menangkap intisari dari pelajaran yang disampaikan.
6.      Belajar merupakan proses kontinu.
Belajar merupakan suatu proses, dan proses itu membutuhkan waktu. Hal ini didasarkan pada keterbatasan kemampuan manusai dalam menerima sesuatu secara spontan. Oleh karena itu belajar akan membawa hasil yang maksimal apabila dilakukan secara kontinu dengan jadwal yang teratur dan materi yang sesuai dengan kebutuhan.
7.      Proses belajar memerlukan metode yang tepat.
Pengguanaan metode yang tepat dalam proses belajar mempunyai arti yang penting baik bagi siswa maupun guru. Dengan materi yang tepat akan membangkitkan motivasi belajar dalam diri siswa, sehingga proses transfer pengetahuan akan lebih cepat dilakukan. Dengan metode yang tepat pula guru berhasil menjadi fasilitator dari proses belajar yang terjadi.
8.      Belajar memerlukan minat dan perhatian siswa.
Proses belajar membutuhkan minat dan perhatian siswa untuk dapat mrnyerap materi yang disampaikan. Tugas seorang gurulah yang harus membangkitkan minat manusia dalam mengembangkan, menambah pengetahuan, dan mengikuti perkembangan di segala bidang kehidupan.

F.      Hambatan – Hambatan Dalam Belajar
Faktor Penyebab Kesulitan Belajar yang dicapai seseorang dalam belajar tidak selalu sama. Ada hal – hal yang dapat mengakibatkan kegagalan atau gangguan yang bisa menghambat kemajuan belajar. Faktor penghambat dalam belajar dapat digolongkan menjadi empat macam, seperti yang dikemukan Oemar Hamalik dalam bukunya Metode Belajar dan Kesulitan Belajar (1982:83) yaitu : Faktor yang bersumber dari diri anak, bersumber dari lingkungan sekolah, bersumber dari lingkungan keluarga, dan dari lingkungan masyarakat. Penulis akan memberikan penjelasan tantang berbagai faktor tersebut:
1.      Faktor – faktor yang bersumber dari diri anak adalah sebagai berikut :
a.       Kesehatan yang sering terganggu
Badan yang sering sakit – sakitan, kurangnya tenaga, kurang vitamin, merupakan faktor yang bias menghambat kemajuan seseorang. Adanya gangguan emosional, rasa takut, khawatir, mudah tersinggung sikap agresif, gangguan – gangguan dalam berfikir, semuanya menjadikan kegiatan belajar terganggu.
b.      Kecakapan mengikuti pelajaran
Cakap mengikuti pelajaran tidak sama dengan terus menerus mengikuti pelajaran. Seseorang yang terus menerus mengikuti pelajaran belum tentu ia dianggap pandai. Cakap mengikuti pelajaran apabila ia mengerti hal - hal yang diterangkan oleh guru – gurunya. Untuk bisa memahami dan mengerti isi pelajaran diperlukan perhatian yang konsentrasi.
c.       Kebiasaan belajar
Setiaporang memiliki kebiasaan belajarnya sendiri – sendiri. Ada yang biasa belajar pada malam hari dan ada juga yang biasa belajar pada siang hari. Ada yang suka mencoret – coret bukunya dengan pensil atau dengan tanda – tanda tertentu, tetapi ada juga lebih suka membuat catatan kecil dari keseluruhan isi buku. Meskipun demikian kita tidak boleh terikat pada kebiasaan – kebiasaan itu, dan juga tidak boleh menganut kebiasaan belajar yang tidak teratur. Akan tetapi setiap kali kita harus berusaha memperbaiki kebiasaan belajar, sehingga pada akhirnya kita memiliki kebiasaan belajar yang baik, terencana, dan efisien. 
d.      Kurangnya penguasaan bahasa
Banyak orang yang pandai berbicara, tetapi belum tentu dia sanggup menguraikan atau menerangkan pelajarannya dengan jelas atau mengerti sesuatu pelajaran dengan mudah. Oleh karena itu perbendaharaan bahasa senantiasa harus ditambah, terlebih – lebih bahasa asing.
2.      Faktor – faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah :
a.       Cara memberikan pelajaran
Cara yang digunakan oleh pengajar dalam meberikan pelajaran dan bimbingan seringkali besar pengaruhnya terhadap para siswa dalam menyelesaikan studinya.
b.      Kurangnya bahan – bahan bacaan
Banyak siswa yang mengeluh dikarenakan kepada mereka dituntut sejumlah tugas dan diwajibkan membaca berbagai buku. Mereka mengeluh bukanya gara – gara tidak bisa mengerjakan tugas itu, akan tetapi bahan –bahan bacaan yang tidak ada, dicari diperpustakaan juga tidak ada, kalaupun ada dijual di luar dengan harga yang mahal.   
c.       Bahan pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan
Untuk bidang – bidang ilmu – ilmu sosial sastra tidaklah begitu banyak diperlukan alat – alat selain buku – buku bacaan.akan tetapi untuk bidang – bidang ilmu – ilmu kealaman, eksakta, dan kedokteran diperlukan banyak alat untuk praktikum. Tanpa alat itu, maka pada dasarnya pelajaran sama sekali belum berjalan. Kekurangan alat – alat inilah yang akan menghambat pelajaran.
d.      Penyelenggaraan pengajaran terlalu padat
Karena kurangnya failitas, maka pada umumnya sekolahan terpaksa menyelenggarakan pengajaran dan praktikum pada pagi dan siang hari.

3.      Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga
a.       Masalah  keluarga (broken home)
Siswa yang tinggal bersama orang tuanya akan mengalami hambatan dalam setudinya, apabila tidak ada kekompakan dan kesepakatan di antara kedua orang tuanya. Perselisihan, pertengkaran, perceraian, tidak adanya tanggung jawab bersama antara kedua orang tua,akan menimbulkan keadaan yang tidak diinginkan terhadap diri siswa atau anak.
b.      Rindu kampung
Siswa yang berasal dari luar daerah atau luar kota sering dihadapi oleh masalah ini. Keinginan bertemu dan bergaul dengan keluarga akan timbul andaikata telah lama tak berjumpa dengan orang tuannya. Dan bila terjadi situasi demikian, maka bisa menyebabkan kemunduran dalam belajar.
c.       Bertamu dan menerima tamu
Pada umumnya kita senang beranjang sana ketempat teman hanya sekedar untuk mengobrol dan sebaliknya teman lain dating kerumah kita untuk juga dengan maksud bertemu. Kegiatan ini tidak dilarang, bahkan ada baiknya karena mempererat hubungan sosial. Akan tetapi terlalu sering bertamu kepada orang lain akan menggangunya belajar dan berarti juga mengurangi waktu kita belajar.
d.      Kurangnya kontrol orang tua
Orang tua turut bertanggung jawab atas kemajuan studi anaknya. Pengawasan yang kurang inilah yang bisa menimbulkan kecenderungan adanya bebas mutlak pada sekelompok siswa, dan hal ini sangat tidak menguntungkan bagi siswa itu sendiri.
4.      Faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat :
a.       Gangguan dari jenis kelamin lain
Pada dasarnya tidak ada halangan bagi siswa untuk mengadakan pergaulan dengan lawan jenis, asalkan dalam batasan pergaulan yang normal. Namun demikian banyak juga bahayanya dimana akibat pergaulan ini menimbulkan ekses – ekses yang lebih jauh, sehingga mengganggu studi.
b.      Bekerja disamping belajar di sekolah
Masalah ini memang merupakan persoalan tersendiri. Kadang – kadang kita perlu bekerja untuk menambah biaya, tetapi di lain pihak kita perlu belajar menambah ilmu. Keduanya sangat berat, dank arena itu tentu ada salah satu yang mengalah. Dan seringkali sekolah sambil bekerja seringkali mengalami keterlambatan dalam kemajuan studi, akan tetapi bila kemauan kita keras, maka keterlambatan itu tidak akan terjadi.
c.       Aktif berorganisasi
Belajar berorganisasi baik untuk dilakukan setiap siswa, oleh sebab melalui organisasi kita belajar memimpin dan menjadi anggota yang baik. Dan ini diperlukan kelak dimasyarakat. Akan tetapi terlalu banyak berkecimpung dalam berorganisasi adalah kurang baik, dalam arti kalau menyebabkan kelalaian dalam belajar.
d.      Tidak dapat membagi waktu, rekreasi dan waktu senggang
Kegiatan rekreasi dan penggunaan waktu yang baik sangat diperlukan bagi setiap siswa, guna menghilangkan rasa penat. Bersenang – senang sebagai variasi dan menenangkan pikiran. Akan tetapi menggunakan waktu belajar untuk berekreasi dan bersenang – senang akan mengakibatkan ganguan dalam kemajuan belajar.  
e.       Tidak mempunyai teman belajar bersama
Teman dalam belajar besar artinya bagi kita yang belajar. Teman penting untuk berdiskusi, mengerjakan tugas – tugas, dan memberikan bantuan dalam kesukaran. Sekalipu faktor ini tidak terlalu menentukan hasil belajar yang baik, tetapi ia memiliki arti dan turut mendorong kegiatan belajar. Tidak punya teman akan turut menghambat studi kita, walaupun itu terbatas.



G.    Pentingnya Motivasi Belajar
Motivasi belajar sangat penting bagi siswa dan guru. Bagi siswa pentingnya motivasi belajar adalah sebagai:
1.         Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses, dan hasil akhir.
2.         Menginformasikan tentang kekuatan usaha belajar, yang dibandingkan dengan teman sebaya.
3.         Mengarahkan kegiatan belajar.
4.         Membesarkan semangat belajar.
5.         Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.
Sedangkan motivasi belajar juga penting diketahui oleh guru. Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa bermanfaat bagi guru, manfaat itunya adalah:
1.         Membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil; membangkitkan, bila siswa tak bersemangat; meningkatkan bila semangat belajarnya timbul tenggelam; memelihara, bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar.
2.         Mengetahui dan memahami motivasi belajar siswa di kelas beraneka ragam; ada yang acuh tak acuh, kurang konsentrasi, ada yang bermaindan ada juga yang bersemangat belajar.
3.         Meningkatkan dan menyadarkan guru untuk memilih satu di antara bermacam – macam peran; penasihat, fasilitator, teman diskusi atau penyemangat.
4.          Member peluang guru untuk “Unjuk Kerja” rekayasa pedagogis.
5.         Tugas guru adalah mebuat semua siswa belajar sampai berhasil dan tantangan profesionalnya terletak pada “Mengubah” siswa tak berminat menjadi bersemangat belajar. “Mengubah” siswa cerdas yang acuk tak acuh menjadi bersemangat belajar.




H.    Kerangka Berfikir
Kegiatan belajar dengan bimbingan guru sangat berarti bagi siswa. Dalam proses belajar diupayakan untuk membantu mengembangkan segala potensi yang dimiliki siswa.
Untuk  mencapai perubahan – perubahan pada diri siswa sebagai tanda telah belajar, maka diperlukan latihan – latihan terus menerus dalam bentuk pengulangan, pendalaman, dan pengembangan materi pelajaran. Latihan – latihan yang dilakukan di dalam proses belajar tujuannya untuk memudahkan siswa memahami materi pelajaran.
Agar latihan – latihan yang dilakukan selama proses belajar dapat terlaksana dengan baik maka diperlukan pemberian motivasi belajar pada anak. Semakin tinggi motivasi belajar anak maka semakin besar pula pengaruhnya terhadap prestasi akademik yang bisa di raih anak.
Oleh karena itu, dapat di duga bahwa memberikan motivasi belajar pada anak dapat meningkatkan prestasi akademik anak.
  
I.       Hipotesis
Berdasarkan diskripsi dan kerangka berfikir diatas, bahwa memberikan  motivasi belajar pada anak dapat meningkatkan pencapaian prestasi akademik anak? Maka hipotesis yang dapat diajukan oleh penulis adalah “Ada pengaruh antara memberi motivasi belajar dengan pencapaian prestasi akademik anak”.










DAFATAR PUSTAKA

1.      Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
2.      Uno Hamzah. 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.
3.      Hamalik Oemar. 2005. Metode Belajar dan Kesulitan – kesulitan Belajar. Bandung: Transito.