Pengarang: Sartono Kartidirdjo
1. KONSEP DAN PERSFEKTIF
SEJARAH
Teori dan metodologi sebagai bagian
pokok ilmu sejarah mulai diketengahkan apabila penulisan sejarah tidak
semata-mata bertujuan menceritakan kejadian tetapi bermaksud menerangkan
kejadian itu dengan mengkaji sebab-sebabnya, kondisi lingkungannya, konteks
sosio-kulturalnya, pendeknya, hendak diadakan analisis secara mendalam tentang
faktor-faktor kausal, kondisional, kontekstual serta unsur-unsur yang merupakan
komponen dan eksponen dari proses sejarah yang dikaji. Langkah yang sangat
penting dalam membuat analisis sejarah ialah menyediakan suat kerangka
pemikiran atau kerangka referensi yang mencakup pelbagai konsep dan teori yang
akan dipakai dalam membuat analisis tersebut. Metodologi dalam studi sejarah
menuntut penyesuaian yang akan terwujud sebagai perbaikan kerangka konseptual
dan teoretis sebagai alat analitis. Hal ini dapat dilakukan dengan meminjam
pelbagai alat analitis dari ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, antropologi,
politikologi, dan lain-lain.
- Ilmu sejarah bersifat empiris,
oleh karena itu sangat penting untuk berpangkal pada fakta-fakta yang
tersaring dari sumber sejarah, sedangkan teori dan konsep hanya merupakan
alat-alat untuk mempermudah analisis san sintesis sejarah.
- Sejarah dalam arti “subjektif” merupakan rekonstruksi
peristiwa sejarah yakni hasil dari penelitian yang kemudian dituliskan.
- Sejarah dalam arti “objektif” menunjuk kepada kejadian atau peristiwa itu sendiri yakni proses sejarah dalam aktualitasnya.
- meneliti apakah dokumen itu autentik, yaitu kenyataan
identitasnya: artinya bukan tiruan, turunan atau palsu. Hal ini dilakukan
dengan meneliti bahan yang dipakai, jenis tulisan, gaya bahasa, dan
sebagainya. Kritik intern ialah dengan meneliti isinya, apakah isi
pernyataan, fakta-fakta dan ceritanya dapat dipercaya. Untuk itu, perlu
diidentifikasi penulisnya, beserta sifat dan wataknya, daya ingatannya,
jauh dekatnya dengan peristiwa dalam waktu, dan sebagainya.
- Hasil kritik-kritik sumber ialah fakta yang merupakan
unsur-unsur bagi penyusunan atau rekonstruksi cerita sejarah. Fakta
sebenarnya merupakan produk dari proses mental (sejarawan) atau
memorisasi. Oleh karenanya, fakta itu bersifat subjektif. Fakta yang belum
mantap untuk jangka waktu lama disebut fakta lunak (soft fact), misalnya
fakta tentang pembunuhan J.F. Kennedy. Masih kontroversial tentang siapa
pembunuhnya. Sedangkan fakta keras (hard fact) antara lain Proklamasi
Republik Indonesia pada 17 agustus 1945.
Sejak ilmu diplomatik diciptakan oleh Mabillon
(1632-1707) pemakaian dokumen sebagai sumber sejarah memerlukan kritik intern
dan kritik ekstern. Kritik ekstern ialah dengan
- Dalam historiografi Barat, periodisasi yang amat
populer ialah yang disusun oleh Cellarius (1638-1707). Pembabakan Sejarah
Barat atas tiga periode menurutnya adalah: (1) Zaman Kuno (-500); (2) Abad
Pertengahan (500-1500); dan Zaman Modern (sejak 1500).
- Dalam sejarah politik, ada kebiasaan membuat
periodisasi berdasarkan pemilihan caesuur (penetapan pemisahan) pada tahun
peristiwa penting, antara lain akhir perang, awal revolusi, awal suatu
periode pemerintahan, dan sebagainya. Misalnya Revolusi Prancis (1789)
dianggap sebagai awal periode moderen, ditinggalkannya monarki absolut dan
dimulainya periode liberalisme, demokrasi, dan nasionalisme.
- Setiap unit sejarah senantiasa memiliki lingkup
temporal dan spasial (waktu dan ruang). Ruang lingkup temporal mempunyai
batasan yaitu awal perkembangan gejala sejarah dan akhirnya, misalnya
dalam biografi kelahiran dan kematian seorang tokoh. Ruang lingkup spasial
juga memiliki batasan, misalnya dalam sejarah perang ialah seluruh wilayah
yang dipakai sebagai medan perang. Untuk suatu negara, batasan spasialnya
ialah wilayah kekuasaannya. Sehubungan dengan hal tersebut, ilmu sejarah
memerlukan bantuan geografi.
- Konsep sistem banyak dipakai dalam ilmu sosial yang
mempunyai perspektif sinkronis terhadap suatu gejala. Sementara di dalam
sejarah, konsep sistem hanya dipakai sebagai alat analisis dan sintesis,
terutama dalam menunjukkan saling hubungan antara unsur-unsur atau
dimensi-dimensi yaitu bagaimana saling pengaruh-mempengaruhi antara faktor
ekonomi, sosial, politik dan kultural. Pelacakan bagaimana terjadinya atau
jalannya perkembangan di masa lampau dilakukan dengan pendekatan
diakronis.
Apabila objek studi sejarah ditujukan pada suatu
masyarakat atau lembaga sosial, maka untuk melacak perkembangan historis
strukturnya diperlukan pendekatan sinkronis dan
- pengungkapan dimensi-dimensi memerlukan pendekatan yang
lebih kompleks yakni pendekatan multidimensional. Sejarawan yang akan
menerapkan metodologi ini perlu menguasai pelbagai alat analitis yang
dipinjam dari ilmu sosial.
- Dalam penulisan sejarah lazim dibedakan menjadi dua macam
sejarah yaitu (1) Sejarah prosesual (sejarah deskriptif-naratif), ialah
penulisan sejarah yang menggambarkan kejadian sebagai proses, yang dicakup
dalam uraian naratif atau cerita untuk mengungkapkan bagaimana suatu
peristiwa terjadi, lengkap dengan fakta-fakta tentang “apa”, “siapa”,
“kapan”, dan “dimana”; (2) Sejarah struktural (sejarah
deskriptif-analitis), ialah penulisan sejarah yang menerangkan
kausalitasnya atau menjawab pertanyaan “mengapa”.
- F. Braudel (seorang sejarawan) menyebut sejarah struktural
dengan istilah “sejarah jangka panjang” (longue durěe) karena mencakup
perubahan struktur masyarakat dan lingkungan yang terjadi secara lambat
laun. Menurut dia, di antara sejarah prosesual dan sejarah struktural
terdapat sejarah konjunktural (conjuncture) yang menggambarkan “gelombang”
gerakan perkembangan sejarah, terutama di bidang sejarah ekonomi, antara
lain dengan gerakan tingkat harga-harga, fluktuasi produksi, dan
sebagainya. Penulisan sejarah konjunktur dan struktural bersifat analitis
dan perlu mempergunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial beserta
teorinya.
Menurut mazhab L. Von Ranke pada akhir abad
ke-19 penulisan sejarah tidak lagi dilakukan secara konvensional, yaitu sejarah
yang empiris positif dalam bentuk deskriptif-naratif, tetapi perlu lebih banyak
diterapkan penulisan sejarah deskriptif-analitis dengan pendekatan ilmu-ilmu
sosial atau multidimensional. Reaksi terhadap aliran penulisan sejarah
konvensional dilancarkan pada awal abad ke-19 oleh mazhab “Annales” dari Marc
Bloch dan aliran “the New History” yang dipimpin oleh Robinson. Kedua
- fungsi bermakna di dalam konteks tertentu, yaitu tidak
terlepas dari jiwa zaman atau gaya hidup masanya.
- Pada hakikatnya sejarah dan antropologi mempelajari objek yang sama, yakni tiga jenis fakta: artifact, socifact dan mentifact. Artifact sebagai benda fisik adalah konkret dan merupakan hasil buatan. Artifact menunjuk kepada proses pembuatan yang telah terjadi di masa lampau. Socifact menunjuk kepada kejadian sosial (interaksi antar aktor, proses aktifitas kolektif) yang telah mengkristalisasi sebagai pranata, lembaga, organisasi, dan sebagainya. Untuk memahami struktur dan karakteristik socifact perlu dilacak asal-usulnya, proses pertumbuhannya sampai wujud sekarang. Artinya, segala sesuatu dan keadaan yang kita hadapi dewasa ini tidak lain ialah produk dari perkembangan di masa lampau, yakni produk sejarah.
2. REKONSTRUKSI SEJARAH
Sejarah sebagai satu konstruksi
merupakan satu kesatuan yang koheren (adanya saling keterkaitan antar
unsur-unsur yang membentuk kesatuan)
- Periodisasi atau pembabakan waktu adalah salah satu
proses strukturasi waktu dengan pembagian atas beberapa babak, zaman, atau
periode berdasarkan kriteria tertentu, seperti ciri-ciri khas yang ada
pada periode tertentu.
- Di dalam historiografi Indonesia, antara lain dalam
Babad Tanah Jawi, juga terdapat pembagian zaman yang dimulai dari zaman
nabi-nabi, zaman munculnya tokoh-tokoh pewayangan, mitis, lalu diikuti
zaman kerajaan-kerajaan. Kesemuanya itu merupakan bentuk-bentuk
periodisasi sebagai usaha menstrukturasi waktu.
- diakronis. Contoh: Bagaimana struktur feodal masyarakat
abad pertengahan di Eropa kemudian berubah menjadi masyarakat abad ke-19
dengan kelas menengah atau kaum borjuis yang mempunyai kedudukan penting?
Disini sejarah struktural dengan pendekatan rangkap dapat melakukan
analisis dan mengungkapkan perubahan sosialnya.
- Seringkali Present-mindedness menjadi panduan untuk
menyeleksi permasalahan di masa lampau. Melaksanakan pandangan masa kini
sebagai alat pengukur tentang masa lampau sebaiknya dihindari. Contoh:
Negara Majapahit dipandang sebagai negara nasional. Disini konsep negara
nasional yang moderen diterapkan atas kerajaan kuno, tidak disadari bahwa
struktur dan sistem politiknya sangat berbeda. Oleh karena itu, sejarawan
perlu memiliki historical-mindedness, yakni kemampuan untuk menempatkan
suatu gejala sejarah sesuai dengan suasana dan iklim kebudayaan masanya,
sehingga dapat dihindari kesalahan yang disebut anakronisma, yakni
mencampurbaurkan zaman suatu gejala dengan zaman lain.
- Dalam menghadapi gejala-gejala sejarah yang beraneka
ragam tetapi menunjukkan kemiripan, perlu diadakan kategorisasi,
penggolongan atau tipologisasi, misalnya kota-kota pelabuhan,
pemberontakan petani, kota-kota dan lain-lain.
- Peranan ilmu sosial dalam penyeleksian data dan fakta,
terutama teori-teori dan konsep-konsepnya sangat penting. Kedua jenis alat
analitis itu memudahkan kita mengatur seluruh substansi penulisan naratif
dengan segala unsur-unsurnya seperti fakta, subfakta, struktur dan proses,
faktor-faktor, dan lain lain. Tanpa kerangka teoretis dan konseptual tidak
ada butir-butir referensi untuk membentuk naratif, eksplanasi dan
argumentasi.
- aliran ini mengungkapkan dimensi-dimensi non politik.
Penulisan sejarah harus memenuhi kaidah (1) struktur logis, dan (2) objektif.
3. SEJARAH DAN ILMU SOSIAL
Kedudukan sejarah dan ilmu-ilmu
sosial (bahasa, geografi, ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi) adalah
saling memerlukan dan saling memberikan kontribusi. Dalam hal ini, penelitian
dan penulisan sejarah senantiasa memerlukan bahasa sebagai sarana primer untuk
mengungkapkan data, analisis, dan kesimpulan yang terkait dengan seluruh aspek
yang terkait dengan manusia dan waktunya. Penyajian hasil penelitian sejarah
dalam tulisan disajikan dengan memenuhi hal-hal berikut:
- Generalisasi dicapai lewat analisis, sedangkan gambaran
yang khusus diperoleh lewat narasi. Generalisasi lebih bersifat kuantitatif
sedangkan gambaran khusus lebih kualitatif. Hubungan antara pelbagai
gejala ditentukan berdasarkan hubungan kausalitas, jadi terumuskan sebagai
eksplanasi, sedangkan hubungan kualitatif dirumuskan dengan menggunakan
interpretasi (tafsiran).
- Rapproachement antara ilmu sosial dan sejarah terutama
terwujud pada perubahan metodologi. Pembaruan metodologi tahap pertama
terjadi karena pengaruh ilmu diplomatik sejak Mabillon, sedangkan
pembaruan tahap kedua terjadi karena pengaruh ilmu sosial.
- Implikasi besar dari perkembangan itu ialah bahwa
setiap research design memerlukan kerangka referensi yang bulat, yaitu
memuat alat-alat analitis yang akan meningkatkan kemampuan untuk menggarap
data. Oleh karena itu, pengkajian sejarah memerlukan teori dan metodologi.
Ruang di dalam geografi distrukturasikan
berdasarkan fungsi-fungsi yang dijalankan menurut tujuan atau kepentingan
manusia selaku pemakai. Unit-unit fisik yang dibangun menjadi unsur struktural
fungsional dalam sistem tertentu, ekonomi, sosial, politik, dan kultural.
Struktur dan
- Di Amerika Serikat, Turner menjadi pelopor dengan
karyanya tentang penafsiran ekonomis UUD Amerika. Kemudian pada tahun dua
puluhan Robinson menonjolkan The New History, yakni sejarah yang ditulis
dengan pendekatan yang meliputi pelbagai aspek kehidupan masyarakat.
- Dalam abad ke-19, sejarah politik sangat menonjol
sehingga dikenal sebagai abad nasionalisme dan formasi negara nasional di
Eropa Barat. Sejarah politik abad ini diawali oleh Thucydides yang menulis
Perang Peloponesia, dan sejak saat itu tradisi penulisan sejarah
didominasi oleh sejarah politik.
- Voltaire, seorang filsuf Prancis (1694-1778) menulis
sejarah kebudayaan dunia pertama dengan judul Essai sur les moeur et
l’esprit des nations (karangan tentang adat-istiadat dan jiwa
bangsa-bangsa). Disini dipakai istilah “jiwa” tidak lain untuk mencakup
konsep mentalitas, semangat atau etos dari bangsa-bangsa.
1. http://serbasejarah.blogspot.com/2011/03/pendekatan-ilmu-sosial-dalam-metodologi.html
4. KATEGORI SEJARAH
Berikut ini adalah kategori
penulisan sejarah yang disesuaikan dengan zamannya.
- Gagasan menulis sejarah sosial muncul pada abad ke-20
sebagai reaksi terhadap dominasi sejarah politik selama abad ke-19.
- Herodotus menulis sejarah perang Parsi yang mencakup
segala aspek kehidupan masyarakat Athena, mulai dari aspek ekonomi,
sosial, politik sampai segi kultural.
- Trevelyan, pengarang English Social History, melukiskan
pelbagai keseluruhan sejarah masyarakat tanpa mencantumkan perkembangan
kehidupan politik.
- Max Weber dan Emile Durkheim dalam karya-karya awalnya
menulis tentang pelbagai aspek perkembangan masyarakat, mengikuti jejak
gurunya masing-masing, ialah K. Lamprecht dan Fustel de Coulange.
Marc Bloch dan Febvre beserta mazhabnya
“Annales” menulis sejarah sosial dengan menerbitkan Feudal Society3. Pendekatan ilmu
sejarah bersifat diakronis
Jika ilmu sosial bersifat sinkronis maka ilmu sejarah bersifat diakronis. Hal
tersebut jelas menambah sudut pandang baru dalam ilmu sosial. Dalam kajian
antropologi pun bisa bersifat diakronis dalam memahami misalnya suatu kebudayaan
pada saat ini.
C. Hubung
kait antara Antropologi dengan Ilmu Sejarah
Antropologi sebagai salah satu dari ilmu sosial memiliki kaitan dan sumbangan
kepada ilmu sejarah begitu juga sebaliknya. Dalam penulisan sejarah, sejarawan
tidak jarang menggunakan teori dan konsep ilmu sosial lain, termasuk
antropologi. Sejarawan banyak meminjam konsep antropologi diantaranya ialah,
simbol, sistem kepercayaan, folklore, tradisi besar, tradisi kecil,
enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan agraris.
Sementara itu, sumbangan Ilmu sejarah terhadap antropologi adalah, sejarah
sebagai kritik, permasalahan sejarah, dan pendekatan sejarah.
1.
Sejarah sebagai kritik terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial
Dalam ilmu-ilmu sosial termasuk di dalamnya antropologi seringkali melakukan
generalisasi terhadap suatu permasalahan sosial yang dengan pendekatan sinkronis,
yaitu seperti membuat suatu pemotretan pada momentum tertentu mengenai pelbagai
bidang atas aspek kehidupan komunitas, sebagai bagian dari satu kesatuan atau
sistem serta hubungan satu sama lain sebagai subsistem dalam suatu sistem.
Rasanya gambaran sinkronis ini tidak memperlihatkan pertumbuhan atau perubahan.
Justru dalam studi anthropologi diperlukan pula penjelasan tentang
struktur-struktur sosial yang berupa lembaga-lembaga, pranata, sistem-sistem,
kesemuanya akan dapat diterangkan secara lebih jelas apabila diungkapkan pula
bahwa struktur itu adalah produk dari perkembangan di masa lampau. Hal ini akan
dapat dijelaskan eksistensinya dengan melacak perkembangan sejarahnya.
(Kartodirdjo, 1988: 165)
D.
Kesimpulan
Antropologi dan Ilmu Sejarah sangat berkaitan satu sama lain. Antropologi menyumbangkan banyak teori untuk ilmu sejarah terutama pada konsep mengenai simbol, sistem kepercayaan, folklore, tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan agraris. Sementara itu, ilmu sejarah pun menyumbangkan kritiknya terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial, permasalahan sejarah yang juga bisa dikaji oleh ilmu sosial lain, dan diakronis. Jadi,Antropologi dan Ilmu Sejarah memiliki keterkaitan dan saling mendukung satu sama lainnya.
Antropologi dan Ilmu Sejarah sangat berkaitan satu sama lain. Antropologi menyumbangkan banyak teori untuk ilmu sejarah terutama pada konsep mengenai simbol, sistem kepercayaan, folklore, tradisi besar, tradisi kecil, enkulturasi, inkulturasi, primitif, dan agraris. Sementara itu, ilmu sejarah pun menyumbangkan kritiknya terhadap generalisasi ilmu-ilmu sosial, permasalahan sejarah yang juga bisa dikaji oleh ilmu sosial lain, dan diakronis. Jadi,Antropologi dan Ilmu Sejarah memiliki keterkaitan dan saling mendukung satu sama lainnya.
http://gommus.com/2009/04/11/hubungan-antara-antropologi-dengan-ilmu-sejarah/