A.
PENDAHULUAN
Dalam
bidang kemiliteran, sebelum pasukan menggempur tempat musuh yang akan
ditaklukan, terlebih dahulu para pemimpin tentara mengatur strategi di pusat
kemiliteran. Mereka mengatur siasat bagaimana melakukan pendekatan ke tempat
musuh tersebut, memilih dan menentukan cara dan teknik menaklukannya, serta
mempersiapkan segala fasilitas yang dibutuhkan, dan mengatur strategi agar
prosesnya efisien dan hasilnya efektif. (Suherman, dkk :4).
Begitu juga
dengan belajar, untuk mencapai suatu prestasi yang diinginkan sesuai dengan
hasil belajar yang telah dilakukan dengan mengatur kegiatan belajar baik di
lingkungan masyarakat maupun dilingkungan sekolahan. Untuk mencapai tujuan tersebut,
kita perlu memilih strategi tertentu agar pelaksanaan belajar yang dilakukan
berjalan dengan lancar dan hasilnya optimal.
Siswa dalam
belajarnya dilakukan dengan tidak memperhatikan kendala – kendala yang dihadapi
dalam belajar, sehingga siswa cepat mengalami prustasi atau kegagalan dalam
belajar, akibatnya mempengaruhi hasil belajar. Selain itu juga akan
mempengaruhi pada diri siswa, akan mengalami kemunduran dalam minat belajar,
kepercayaan diri yang menurun untuk memperbaiki kegagalan.
Dalam hal ini kegagalan belajar juga tidak di
perhatikan oleh siswa, untuk bisa menanggulangi masalah – masalah dalam proses
belajar dengan melakukan suatu perubahan – perubahan dalam belajar. Untuk itu
diperlukan kesadaran dari diri siswa maupun lingkungan yang berpengaruh
terhadap belajar siswa. Seperti halnya memberikan dorongan semangat belajar,
memulihkan kepercayaan diri siswa yang memiliki kemampuan berprestasi, dan yang
peling penting yaitu memberikan motivasi dalam diri siswa baik yang timbul
karena kesadaran dirinya betapa pentingnya belajar ataupun motivasi dari orang
lain.
Paparan di
atas merupakan suatu masalah yang sering terjadi dalam perkembangan siswa dalam
proses belajar, dan bagaimana strategi motivasi dapat di aplikasikan dalam
proses belajar untuk menghasilkan dan meningkatkan keefektifan belajar siswa.
B.
MOTIVASI
1. Pengertian Motif dan Motivasi
Seorang
siswa tekun mempelajari buku sampai malam, tidak menghiraukan lelah dan
kantuknya. Jika kita perhatikan si siswa dan si petani itu, timbul pertanyaan
pada diri kita : Mengapa mereka lakukan atau bekerja seperti itu ? atau dengan
kata lain : Apakah yang mendorong mereka untuk berbuat demikian? Atau : Apakah
motif mereka itu?
Dari contoh
di atas jelas bahwa yang dimaksud dengan motif
ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan
sesuatu. Apa saja yang yang diperbuat manusia, yang penting maupun kurang
penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada
motivasinya.
Juga dalam
soal belajar, motifasi itu sangat penting. Motivasi
adalah syarat mutlak untuk belajar. Di sekolahan seringkali terdapat anak yang
malas, tidak menyenangkan, suka membolos, dan sebagainya. Dalam hal demikian
berarti bahwa guru tidak berhasil memberikan motifasi yang tepat untuk mendorong
agar ia bekerja dengan segenap tenaga dan pikirannya.
Benyak
bakat anak tidak berkembang karena tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika
seseorang mendapat motivasi yang tepat, maka lepaslah tenaga yang luar biasa,
sehingga tercapai hasil-hasil yang semua tidak terduga. (Purwanto, 2002 : 60-61).
Motivasi
ialah suatu proses untuk menggalakkan sesuatu tingkah laku supaya dapat
mencapai matlumat-matlumat yang tertentu. Konsep motivasi memang susah difahami
kerana kesannya tidak dapat diketahui secara langsung. Seseorang guru terpaksa
melibatkan proses berbagai motif kelakuan seseorang yang diukur dari segi
perubahan, keinginan, keperluan dan matlamatnya. (http://ms.wikipedia.org/wiki/Motivasi).
Motivasi
masih sukar diukur akan kelakuan itu tidak hanya disebabkan oleh sesuatu motif
atau desakan sahaja, tetapi ada faktor-faktor yang membuatkan seseorang itu
terdorong untuk berbuat sesuatu.
Motivasi
dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi
tertentu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau
menyelakan perasaan tidak suka itu. (Sudirman, 2001:73).
Istilah ”motif” dan ”motivasi” keduanya sukar
dibedakan secara tegas. Dijelaskan bahwa motif
menunjukan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang yang
menyebabkan orang tersebut mau bertindak melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah ” pendorongan” suatu
usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak
hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu. (Purwanto, 2002: 71).
Sesuatu
organisme yang dimotivasi akan terjun dalam suatu aktivitas secara lebih giat
dan lebih efisien dari pada yang tanpa dimotivasi. Motivasi hanya
mempertanggungjawabkan penguatan aspek-aspek perilaku, dan bahwa mekanisme
lainya ( yaitu belajar, dan kognisi) berlaku untuk mengarahkan prilaku. (Taufiq,
1996:5).
Motivasi
mengandung tiga komponen pokok, yaitu menggerakan,
mengarahkan, dan menopang tingkah
laku manusia.
a. Menggerakan berarti menimbulkan kekuatan
pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.
Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respon-respon efektif, dan kecenderungan
mendapat kan kesenangan.
b. Mengarahkan
atau menyalurkan tingkah laku. Dengan demikian ia menyediakan suatu orientasi
tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.
c. Untuk menjaga atau menopang tingkah laku, lingkungan sekitar harus menguatkan
intensitas dan arah dorongan – dorongan dan kekuatan – kekuatan individu.
Motifasi dapat didefinisikan sebagai kekuatan
– kekuatan yang kompleks, dorongan – dorongan, kebutuhan – kebutuhan,
pernyataan – pernyataan, atau mekanisme – mekanisme lainnya yang memulai dan
menjaga kegiatan – kegiatan yang inginkan ke arah penciptaan tujuan – tujuan
personal. (Purwanto, 2002 :72).
2. Motivasi belajar
Waktu masih
remaja, kita mempunyai kemampuan untuk belajar dan melihat kelalaian masa lalu.
Ketika kita mulai mengikuti ajaran-ajaran keluarga, sekolah, dan lingkungan,
motivasi kita di awal tahun berganti dari tujuan kita ke menyenangkan orang
lain, dan sering kali keinginan kita untuk belajar penderitaan. ( www.studygs.net/indon/motivasi.htm).
Bagaimana siswa bisa motivasi diri sendiri?, bagaimana siswa dapat :
a.
mengakui rasa penemuan anda
b.
bertanggung jawab pada pelajaranmu
c.
menerima
resiko dari belajar dengan kepercayaan, kemampuan, dan otonomi
d.
mengakui
bahwa "kegagalan" adalah sukses:
belajar dari kegagalan alalah dengan jalan yang sama belajar apa
belajar dari kegagalan alalah dengan jalan yang sama belajar apa
e. merayakan prestasi anda jika dapat
mencapai tujuan anda.
Perjalanan
motivasi dalam diri sentiasa berpusing dan berubah serta memerlukan peningkatan
ganjaran. Motivasi seseorang siswa bermula dengan usahanya. Usahanya
dipengaruhi oleh tekanan positif dan tekanan negatif yang dialami. Tekanan
positif ini termasuklah keinginan mendapatkan ganjaran penilaian atau
peningkatan prestasi dalam belajar. Tekanan negatif pula mungkin dalam bentuk
ketidakupayaan menyempurnakan harapan, dan sasaran yang dikehendaki.
Jadi
memotivasi bukan sekadar mendorong atau bahkan memerintahkan seseorang
melakukan sesuatu, melainkan sebuah seni yang melibatkan berbagai kemampuan
dalam mengenali dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain. Paling tidak
kita harus tahu bahwa seseorang melakukan sesuatu karena didorong oleh
motivasinya.
Ada tiga
jenis atau tingkatan motivasi seseorang, yaitu:
a. Motivasi pertama yang didasarkan
atas ketakutan (fear motivation). Dia
melakukan sesuatu karena takut jika tidak maka sesuatu yang buruk akan terjadi,
misalnya siswa patuh pada gurunya karena takut dikenai sangsi jika melakukan
kesalahan yang akan berakibat nilai akan jelek.
b. Motivasi kedua adalah karena
ingin mencapai sesuatu (achievement
motivation). Motivasi ini jauh lebih baik dari motivasi yang pertama,
karena sudah ada tujuan di dalamnya. Siswa mau melakukan sesuatu atau belajar karena
dia ingin mencapai suatu sasaran atau prestasi tertentu.
c. Motivasi yang ketiga adalah
motivasi yang didorong oleh kekuatan dari dalam (inner motivation), yaitu karena didasarkan oleh misi atau tujuan
hidupnya. Seseorang yang telah menemukan misi hidupnya bekerja berdasarkan
nilai (values) yang diyakininya.
Nilai-nilai itu bisa berupa rasa kasih (love)
pada sesama atau ingin memiliki makna dalam menjalani hidupnya. Orang yang
memiliki motivasi seperti ini biasanya memiliki visi yang jauh ke depan.
Baginya belajar bukan sekadar untuk memperoleh sesuatu (uang, harga diri,
kebanggaan, prestasi) tetapi adalah proses belajar dan proses yang harus dilaluinya
untuk mencapai misi hidupnya.
( http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/01/4/man01.html)
Untuk
menjadi manajer pada diri sendiri yang efektif dan dapat memotivasi untuk
mencapai sasaran, maka ada tiga hal yang harus dilakukan.
a. Pertama adalah membangkitkan inner motivation dari seorang siswa dengan
menetapkan berbagi sasaran yang akan dicapai. Motivasi yang benar akan tumbuh
dengan sendirinya ketika seseorang telah dapat melihat visi yang jauh lebih
besar dari sekadar pencapaian target. Sehingga setiap siswa dalam belajar
dengan lebih efektif karena didorong oleh motivasi dari dalam dirinya.
b. Kedua dan
ketiga yang perlu dilakukan oleh seorang efektif adalah memberikan pujian yang
tulus dan teguran yang tepat. Kita dapat membuat orang lain melakukan sesuatu
secara efektif dengan cara memberikan pujian, dorongan dan kata-kata atau gesture yang positif. Dapat menempatkan
ini sebagai prisip pertama dan kedua dalam menangani manusia, yaitu:
1). jangan mengkritik, mencerca
atau mengeluh, dan
2). berikan penghargaan yang jujur
dan tulus.
Manusia
pada prinsipnya tidak senang dikritik, dicemooh atau dicerca, tetapi sangat
haus akan pujian dan apresiasi. Tetapi kritik atau teguran yang tepat
seringkali justru diperlukan untuk membangun tim kerja yang kokoh dan handal.
Yang penting dalam menegur orang lain adalah bukan pada apa yang kita sampaikan
tetapi cara menyampaikannya. Teguran yang tepat justru dapat menjadi motivasi
dan menimbulkan reaksi yang positif.
Ketika kebutuhan dasar (to live) seseorang terpenuhi, maka dia akan membutuhkan hal-hal yang memuaskan jiwanya (to love) seperti kepuasan kerja, penghargaan, respek, suasana kerja , dan hal-hal yang memuaskan hasratnya untuk berkembang (to learn), yaitu kesempatan untuk belajar dan mengembangkan dirinya. Sehingga akhirnya orang belajar atau melakukan sesuatu karena nilai, ingin memiliki hidup yang bermakna dan dapat mewariskan sesuatu kepada yang dicintainya (to leave a legacy). (http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/01/4/man01.html).
Ketika kebutuhan dasar (to live) seseorang terpenuhi, maka dia akan membutuhkan hal-hal yang memuaskan jiwanya (to love) seperti kepuasan kerja, penghargaan, respek, suasana kerja , dan hal-hal yang memuaskan hasratnya untuk berkembang (to learn), yaitu kesempatan untuk belajar dan mengembangkan dirinya. Sehingga akhirnya orang belajar atau melakukan sesuatu karena nilai, ingin memiliki hidup yang bermakna dan dapat mewariskan sesuatu kepada yang dicintainya (to leave a legacy). (http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/01/4/man01.html).
3. Strategi Motivasi Belajar
Pembelajaran hendaknya dapat meningkatkan motivasi
intrinsik siswa sebanyak mungkin. Untuk mencapai kearah itu ada beberapa cara
yang dapat meningkatkan motivasi intrinsik siswa.
a.
Membangkitkan minat belajar
Tujuan penting adalah membangkitkan hasrat ingin tahu siswa mengenai
pelajaran yang akan datang, dan karena itu pembelajaran akan mampu meningkatkan
motivasi intrinsik siswa.
b.
Mendorong rasa ingin tahu
Membangkitkan hasrat ingin tahu siswa tentang apa yang terjadi, dan
begitu seterusnya.
c.
Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik
Motivasi intrinsik untuk belajar suatu dapat ditingkatkan melalui
penggunaan materi pembelajaran yang menarik.
d.
Membantu siswa dalam merumuskan tujuan belajar
Prinsip dasar motivasi adalah anak akan belajar keras untuk mencapai tujuan apabila tujuan
itu dirumuskan atau ditetapkan oleh dirinya sendiri, dan bukan oleh orang lain.perasaan
memiliki tujuan pembelajaran itu pada akhirnya akan melahirkan dorongan untuk
memperolehnya.( Anni, 2004: 136-137).
C.
BELAJAR
1.
Pengertian
Belajar
Belajar
adalah suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia.
Sadar atau tidak, proses ini sebenarnya telah dilakukan manusia sejak lahir
untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus mengembangkan potensi-potensi yang ada
pada dirinya.
Belajar
menurut kamus umum bahasa Indonesia berarti berusaha, berlatih dan sebagainya
supaya mendapat kepandaian. Dari pengertian itu dapat diambil kesimpulan bahwa
belajar adalah proses perubahan kualitas dan kuantitas perilaku pada diri
seseorang yang ditunjukkan dengan peningkatan pengetahuan, daya pikir,
kecakapan, sikap, kebiasaan dan lain –lain.
Belajar
adalah sesuatu yang mutlak harus dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan sesuatu
yang belum di mengerti atau yang belum didalami secara menyeluruh tentang suatu
hal. Dengan belajar seseorang akan dapat mengubah dirinya kearah yang lebih
baik, baik dari segi kualitas, maupun
kuantitas pengetahuan yang dimilikinya. Apabila dalam suatu proses
belajar seseorang tidak mengalami peningkatan kualitas maupun kuantitas
kemampuan, maka orang tersebut pada dasarnya belum belajar, atau dengan kata
lain gagal dalam belajar.
Belajar
merupakan serangkaian kegiatan aktif siswa dalam membangun pengertian dan
pemahaman. Oleh karena itu dalam proses siswa harus di beri waktu yang memadai
untuk bisa membangun makna dan pemahaman, sekaligus membangun ketrampilan dari
peengetahuan yang diperolehnya. Artinya, memberikan waktu yang cukup bagi siswa
untuk berfikir dalam menghadapi masalah sehingga siswa dapat membangun
gagasannya sendiri untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Tidak
membantu siswa secara dini, menghormati hasil kerja siswa, dan memberi
tantangan kepada siswa dengan banyak memberi latihan soal merupakan strategi
guru untuk membentuk siswanya menjadi pembelajar seumur hidup. Tanggung jawab
belajar pada dasarnya berada di tangan siswa. Namun demikian bukan berarti guru
tidak mempunyai tanggung jawab apapun. Tanggung jawab guru adalah menciptakan
suasana belajar yang dinamis sehingga siswa terdorong motivasi belajarnya,
sehingga suasana belajar yang kondusif dapat tercipta.
Prinsip
belajar di atas sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang harus
berlanjut sepanjang hidup. Prinsip-prinsip belajar antara lain :
1. belajar harus mempunyai tujuan yang jelas
Tujuan ini dimaksudkan agar seseorang dapat menentukan arah yang jelas
sehingga tahap-tahap yang harus di tempuh akan tersusun dengan baik, yang
memungkinkan pencapaian hasil yang maksimal
2. proses belajar akan terjadi apabila
seseorang dihadapkan pada situasi yang problematik
Dengan banyaknya problem yang di hadapi akan mendorong siswa untuk
berfikir mencari jalan agar masalahnya dapat terselesaikan. Semakin besar
kualitas dan kuantitas problem yang di hadapi, semakin luas pula cara siswa
berfikir untuk memecahkannya.
3. belajar dengan pemahaman akan lebih
bermakna di banding belajar dengan hafalan
Belajar dengan pemahaman memungkinkan siswa mengetahui konsep yang
diajarkan, sehingga apapun permasalahan yang di hadapi akan bisa terselesaikan
dengan baik. Sedangkan belajar dengan hafalan hanya cenderung merangsang siswa
untuk mengingat apa yang telah diajarkan
kepadanya tanpa mengetahui konsep dasar yang relevan dengan bahan ajaran
yang diterima. Hal ini menyebabkan siswa kurang terampil dalam menghadapi
permasalahan yang lebih kompleks meski dengan konteks yang sama.
4. belajar secara menyeluruh akan lebih
berhasil di banding belajar secara terbagi
Dengan belajar secara menyeluruh siswa akan lebih mengerti dengan jelas
hubungan-hubungan dari berbagai komponen yang ada dalam suatu bahan ajaran.
Sehingga memungkinkan siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mudah dan
cepat di bandingkan dengan belajar bagian demi
bagian.
5. belajar memerlukan kemampuan untuk
menangkap intisari pelajaran itu sendiri
Sehubungan dengan pengertian di atas, apa yang di terima siswa dalam
belajarnya mempunyai arti bahwa siswa telah menangkap intisari dari pelajaran
yang disampaikan.
6. belajar merupakan proses kontinu
Belajar merupakan suatu proses, dan proses itu membutuhkan waktu. Hal ini
didasarkan pada keterbatasan kemampuan manusai dalam menerima sesuatu secara
spontan. Oleh karena itu belajar akan membawa hasil yang maksimal apabila
dilakukan secara kontinu dengan jadwal yang teratur dan materi yang sesuai
dengan kebutuhan.
7. proses belajar memerlukan metode yang tepat
Pengguanaan metode yang tepat dalam proses belajar mempunyai arti yang
penting baik bagi siswa maupun guru. Dengan materi yang tepat akan membangkitkan
motivasi belajar dalam diri siswa, sehingga proses transfer pengetahuan akan
lebih cepat dilakukan. Dengan metode yang tepat pula guru berhasil menjadi
fasilitator dari proses belajar yang terjadi.
8. belajar memerlukan minat dan perhatian
siswa
Proses belajar membutuhkan minat dan perhatian siswa untuk dapat mrnyerap
materi yang disampaikan. Tugas seorang gurulah yang harus membangkitkan minat
manusia dalam mengembangkan, menambah pengetahuan, dan mengikuti perkembangan
di segala bidang kehidupan.
Prinsip ini mengacu pada empat pilar pendidikan yang
universal yaitu belajar mengetahui (learning to know ), belajar yang melakukan
(learning to do ), belajar menjadi diri sendiri (learning to be ), dan belajar
hidup dalam kebersamaan (learning to
live together ).
Selain itu prinsip belajar menurut Thorndike dalam
Nana Syaodih dan R Ibrahim (1996 : 17) adalah low of endiness yang berarti
belajar memerlukan kesiapan siswa, low of exercise yang menyatakan bahwa
belajar memerlukan banyak latihan, dan low of effect yang menyatakan belajar
akan lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
Belajar akan merubah seseorang, tetapi tidak semua
perubahan tingkah laku di sebut perubahan. Ciri-ciri belajar menurut Max
Darsono Alex dan kawan – kawan (2000:30) adalah :
1.
Belajar dilakukan dengan sabar dan memiliki tujuan.
2.
Belajar merupakan pengalaman tersendiri.
3.
Belajar adalah proses interaksi individu dengan
lingkungan.
4.
Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri
pelaku.
Belajar merupakan suatu aktifitas mental yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan
perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan serta sikap. Perubahan ini
bersifat relatife konstan dan berbekas (Winkel, 1996: 53). Dengan demikian
belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat terpisahkan dari tata
kehidupan manusia. Oleh karena itu, seseorang dikatakan belajar dapat
diasumsikan pada diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang
mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku ( Herman hudoyo, 1988:1). Berhasil
tidaknya kegiatan belajar akan sangat di pngaruhi oleh factor-faktor yang
terlibat dalam proses belajar itu sendiri yaitu peserta didik, pengajar, sarana
dan prasarana serta penilaian (Herman Hudoyo, 1988:6-7).
2.
Belajar Efektif
Belajar memang suatu proses aktif dari si pembelajar
dalam membangun pengetahuannya, bukan hanya proses pasif yang hanya menerima
kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Menurut hasil penelitian, tingginya
waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Jika proses belajarnya tidak
efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses
belajar berlangsung. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi
tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti permainan biasa
(Dinas P dan K Jawa tengah, 2003: 2).
Belajar yang efektif harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a.
Bertanggung jawab atas dirimu sendiri.
Tanggung jawab merupakan tolok ukur sederhana
di mana kamu sudah mulai berusaha menentukan sendiri prioritas, waktu dan
sumber-sumber terpercaya dalam mencapai kesuksesan belajar.
b.
Pusatkan dirimu terhadap nilai dan prinsip yang kamu percaya.
Tentukan sendiri mana yang penting bagi dirimu. Jangan biarkan teman atau orang lain mendikte kamu apa yang penting.
Tentukan sendiri mana yang penting bagi dirimu. Jangan biarkan teman atau orang lain mendikte kamu apa yang penting.
c.
Kerjakan dulu mana yang penting.
Kerjakanlah dulu prioritas-prioritas yang telah
kamu tentukan sendiri. Jangan biarkan orang lain atau hal lain memecahkan
perhatianmu dari tujuanmu.
d.
Anggap dirimu berada dalam situasi "co-opetition"
(bukan situasi "win-win" lagi).
"Co-opetition" merupakan gabungan dari
kata "cooperation" (kerja sama) dan "competition"
(persaingan). Jadi, selain sebagai teman yang membantu dalam belajar
bersama dan banyak memberikan masukkan/ide baru dalam mengerjakan tugas,
anggaplah dia sebagai sainganmu juga dalam kelas. Dengan begini, kamu
akan selalu terpacu untuk melakukan yang terbaik (do your best) di
dalam kelas.
e.
Pahami orang lain, maka mereka akan memahamimu.
Ketika kamu ingin membicarakan suatu masalah
akademis dengan guru/dosenmu, misalnya mempertanyakan nilai matematika atau
meminta dispensasi tambahan waktu untuk mengumpulkan tugas, tempatkan dirimu
sebagai guru/dosen tersebut. Nah, sekarang coba tanyakan pada dirimu,
kira-kira argumen apa yang paling pas untuk diberikan ketika berada dalam
posisi guru/dosen tersebut.
f.
Cari solusi yang lebih baik.
Bila kamu tidak mengerti bahan yang diajarkan pada
hari ini, jangan hanya membaca ulang bahan tersebut. Coba cara
lainnya. Misalnya, diskusikan bahan tersebut dengan guru/dosen pengajar,
teman, kelompok belajar atau dengan pembimbing akademismu. Mereka
akan membantumu untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.
g. Tantang dirimu sendiri secara
berkesinambungan.
Dengan cara ini, belajar
akan terasa mengasyikkan, dan mungkin kamu mendapat ide-ide yang cemerlang.
Seseorang sudah “Belajar” apabila pada dirinya terjadi
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Telah mengalami perubahan dari tidak mengerti menjadi mengerti, tidak
paham menjadi paham, ragu-ragu menjadi mantap, tidak dapat mengerjakan menjadi
dapat mengerjakan.
2. Memiliki keterampilan, yaitu dari kurang terampil menjadi lebih
terampil, dari kurang/tidak cekatan menjadi lebih cekatan.
3. Memperoleh nilai-nilai baru yang positif, misalnya semula bersikap
acuh tak acuh terhadap pelajaran agama menjadi acuh, dulu tidak menghargai
orang lain menjadi menghargai.
Enam Langkah Belajar Efektif Dengan
Rumus SQ4R, yaitu:
1. Survey (Meninjau)
1. Survey (Meninjau)
Usaha untuk mengetahui garis besar isi dari bacaan serta cara penyusunan
dan penyajiannya secara sepintas lalu.
2. Question
(Mengajukan Pertanyaan)
Mengajukan pertanyaan bertujuan untuk menimbulkan rasa ingin tahu. Orang
yang ingin tahu akan berusaha mencari jawabannya.
3. Reading
(Membaca)
Bacalah dengan cermat bahan pelajaran satu kali lagi sambil berusaha
untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang sudah diajukan
4. Recite
(Mengingat sambil menyebutkan kembali)
Rahasia yang perlu diketahui dalam menyebutkan kembali ialah sebutkan
dengan menggunakan kata-kata sendiri. Mengingat dan menyebutkan kembali
merupakan langkah yang penting karena dengan cara ini orang dapat mengenali dan
juga mempelajari jawaban.
5. Record
(Mencatat)
Tujuan membuat catatan ialah untuk menolong kita mengingat pokok-pokok
yang penting tanpa membaca kembali bahan bacaan itu sendiri. Catatannya
dibutuhkan untuk merangsang ingatan kembali apa yang kita pelajari.
6. Review
(Mengulang Kembali)
Mengulang
kembali berarti mengungkapkan kembali apa yang telah Anda pelajari tanpa
melihat catatan. Mengulang bahan pelajaran secara teratur amat berguna karena
mengingatkan kembali pengetahuan yang telah kita pelajari sebelumnya.
D.
SIMPULAN
Motivasi merupakan
proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku sesorang
secara terus – menerus.Menggunakan kata motivasi dengan mengkaitkan belajar
untuk menggambarkan proses yang dapat.
- memunculkan
dan mendorong perilaku,
- memberikan
arahan dan tujuan perilaku,
- memberikan
peluang terhadap perilaku yang sama,
- mengarahkan
pada pilihan perilaku tertentu.
Strategi
yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa antaralain.
1.
Membangkitkan minat belajar,
2.
Mendorong hasrat ingin tahu,
3.
Menggunakan variasi pembelajaran yang menarik,
4.
Membantu siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catarina Tri. 2004. Psikologi Belajar. Semarang :
UPT UNNES Press.
Dryen,
Gordon. dan Vos, Jeannette. 1999. Revolusi
Cara Belajar (The Learning Revolution) Belajar akan Efektif Kalau dalam Keadaan
“Fun”. Bagian II: sekolah masa depan. Bandung: Kifa PT. Mizan Pustaka.
Hudojo, Herman. 1998. Strategi Belajar Mengajar
Matematika P3LM. Jakarta :
Depdikbud.
http://ms.wikipedia.org/wiki/Motivasi.
http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/mandiri/2002/01/4/man01.html
Purwanto, M. Ngalin. 2002. Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Seksi Kurikulum Dinas P dan K Jawa Tengah. 2003. Pengelolaan Kegiatan Belajar Mengajar Melalui Pendekatan PAKEM,
Konstektual, dan Kecakapan Hidup. Semarang: Dinas P dan K.
Taufiq,
Nurjannah. 1996. Pengantar
Psikologi(Introduction To Pshychology). Jakarta: Erlangga
ABSTRAK
Ahlis W,” Aplikasi Strategi Motivasi dalam Meningkatkan
Efektifitas Belajar Siswa”.
Dalam hal
ini kegagalan belajar juga tidak di perhatikan oleh siswa, untuk bisa
menanggulangi masalah – masalah dalam proses belajar dengan melakukan suatu
perubahan – perubahan dalam belajar. Untuk itu diperlukan kesadaran dari diri
siswa maupun lingkungan yang berpengaruh terhadap belajar siswa. Seperti halnya
memberikan dorongan semangat belajar, memulihkan kepercayaan diri siswa yang
memiliki kemampuan berprestasi, dan yang peling penting yaitu memberikan
motivasi dalam diri siswa baik yang timbul karena kesadaran dirinya betapa
pentingnya belajar ataupun motivasi dari orang lain.
Merupakan
suatu masalah yang sering terjadi dalam perkembangan siswa dalam proses
belajar, dan bagaimana strategi motivasi dapat di aplikasikan dalam proses
belajar untuk menghasilkan dan meningkatkan keefektifan belajar siswa.
Motivasi merupakan
proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku sesorang
secara terus – menerus. Menggunakan kata motivasi dengan mengkaitkan belajar
untuk menggambarkan proses yang dapat, memunculkan dan mendorong perilaku,
memberikan arahan dan tujuan perilaku, memberikan peluang terhadap perilaku
yang sama, dan mengarahkan pada pilihan perilaku tertentu.
Strategi
yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa antaralain. membangkitkan
minat belajar, mendorong hasrat ingin tahu, menggunakan variasi pembelajaran
yang menarik, dan membantu siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran.