A.
Definisi belajar
Belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku seseorang yang terjadi karena
dipengaruhi oleh faktor interen (dalam diri individu) dan faktor eksteren
(lingkungan) guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
B.
Fase dan bagaimana proses belajar
itu berlangsung
a.
Fase-fase dalam proses belajar
Karena belajar merupakan aktifitas yang
berproses tentu didalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahan-perubahan
tersebut timbul melalui tahap-tahap antara satu dengan lainnya saling
berhubungan secara berurutan dan fungsional.
Menurut Arno F.Wittg (1981) dalam bukunya Psychology
Of Learning, setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu:
1.
Acquisition (tahap
perolehan/penerimaan informasi)
Pada
tahapan ini seorang individu mulai menerima informasi sebagai stimulus dan
melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku
baru. Disini terjadi pula asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam
keseluruhan perilakunya.
2.
Storage (tahap penyimpanan
informasi)
Pada
tahapan ini seorang individu secara otomatis akan menyimpan apa yang telah ia
peroleh atau pelajari. Dalam tahap ini melibatkan fungsi short term dan long
term memori.
3.
Retrieval (tahap mendapatkan
kembali informasi)
Pada
tahapan ini seorang individu akan berusaha mengingat kembali apa yang telah ia
pelajari baik berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu dengan
cara mengaktifkan kembali fungsi-fungsi system memorinya.
b.
Bagaimana proses belajar itu
berlangsung
Telah kita ketahui bahwa manusia selalu
mengadakan interaksi dengan dunia luar. Ia selalu berusaha untuk menggunakan
dan mengubah dunia luar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ia selalu belajar,
menyesuaikan diri dengan dunia luar. Dengan kegiatan belajar atau menyesuaikan
diri itu berbagai macam cara mereka pergunakan. Berikut ini beberapa macam cara
menyesuaikan diri yang dilakukan manusia :
1.
Belajar dan kematangan
Kematangan
adalah suatu pertumbuhan organ-organ. Suatu organ dalam diri manusia dikatakan
matang apabila ia telah mampu menjalankan fungsi dari masing-masing organ.
Kematangan itu datang dengan sendirinya seiring bertambahnya usia manusia.
Sedangkan belajar membutuhkan kegiatan yang disadari, suatu aktivitas, latihan-latihan
dan konsentrasi. Proses belajar terjadi karena adanya rangsangan dari luar
sedangkan proses kematangan tidak.
2.
Belajar dan penyesuaian diri
Penyesuaian
diri merupakan suatu proses yang dapat merubah tingkah laku manusia. Proses
penyesuaian diri ada dua macam :
a.
Penyesuaian diri secara autoplastis
yaitu manusia mengubah dirinya untuk menyesuaikan dengan lingkungan.
b.
Penyesuian diri secara alloplastis
yaitu manusia mengubah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
3.
Belajar dan pengalaman
Belajar
dan pengalaman, keduanya merupakan suatu proses yang dapat merubah sikap,
tingkah laku dan pengetahuan manusia. Kita dapat belajar lewat
pengalaman-pengalaman yang kita alami sendiri atau melihat orang lain.
4.
Belajar dan bermain
Kita
sering mendengar kata “Belajar sambil bermain, dan bermain sambil belajar.”
Belajar sambil bermain ini lebih menekankan belajarnya, sedangkan bermain
sambil belajar lebih menekankan bermainya.
5.
Belajar dan menghafal
Menghafal
tidak sama dengan belajar. Hafal atau ingat akan sesuatu belum menjamin bahwa
orang sudah belajar dalam arti yang sebenarnya. Sebab untuk mengetahui sesuatu
tidak cukup hanya dengan menghafal saja, tetapi harus dimengerti dan dipahami
maksudnya.
C.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar
Secara
umum faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu :
1)
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu.
Faktor ini dibagi menjadi dua aspek yaitu
aspek fisiologis (jasmani) dan psikologis.
a.
Aspek fisiologis meliputi kondisi
kesehatan dan cacat tubuh.
Kondisi
kesehatan, anak yang kurang sehat atau kurang gizi, daya tangkap dan kemampuan
belajarnya akan kurang dibandingkan dengan anak yang sehat. Selain kesehatan,
cacat yang dibawa anak sejak berada dalam kandungan juga termasuk dalam faktor
fisik. Anak yang bisu atau tuli sejak lahir akan menghadapi kesulitan untuk
bereaksi dan berinteraksi dengan lingkungan sekelilingnya.
b.
Aspek psikologis meliputi :
1.
Minat
Menurut
Slameto bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada
suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Pada
dasarnya orang yang memiliki minat belajar yang tinggi maka akan tinggi pula
tingkat keberhasilannya.
2.
Inteligensi (kecerdasan)
Kecerdasan
merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa,
karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi inteligensi
seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam
belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit
individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan
belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai
faktor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka
pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon
guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasannya.
Para ahli membagi
tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ
berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill
sebagai berikut ((Fudyartanto 2002).
Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision :
Tingkat kecerdasan (IQ)
|
Klasifikasi
|
140 – 169
|
Amat superior
|
120 – 139
|
Superior
|
110 – 119
|
Rata-rata tinggi
|
90 – 109
|
Rata-rata
|
80 – 89
|
Rata-rata rendah
|
70 – 79
|
Batas lemah mental
|
20 — 69
|
Lemah mental
|
Dari table
tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:
A.
Kelompok kecerdasan
amat superior (very superior) merentang antara IQ 140-169
B.
Kelompok
kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120-139
C.
Kelompok rata-rata
tinggi (high average) menrentang anatara IQ 110-119
D.
Kelompok rata-rata
(average) merentang antara IQ 90-109
E.
Kelompok rata-rata
rendah (low average) merentang antara IQ 80-89
F.
Kelompok batas lemah
mental (borderline defective) berada pada IQ 70-79
G.
Kelompok kecerdasan
lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20-69, yang termasuk dalam
kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.
Pemahaman
tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru
atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau
psikiater. Dengan mengetahui tingkat kecerdasan peserta didik maka dapat
membantu seorang guru dalam membantu mengarahkan dan merencanakan bantuan yang
akan diberikan kepada siswa.
3.
Bakat
Bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar
seseorang dalam suatu bidang tertentu. Bakat adalah salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu
kegiatan dan sudah ada sejak manusia lahir.
Apabila seseorang mempelajari sesuatu yang sesuai dengan bakatnya maka dapat
mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan berhasilnya akan lebih besar.
4.
Motivasi
Motivasi
adalah daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu, yang
bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar
diri seseorang.
Motivasi
ada dua macam yaitu motivasi yang bersal dari dalam diri (intrinsic) yaitu dorongan yang
datang dari sanubari dan motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik)
yaitu dorongan yang datang dari luar (lingkungan), misalnya dari orang tua,
guru teman-teman dan anggota masyarakat.
Seseorang
yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya
dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan
motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang
berhubungan dengan pelajaran. Jadi kuat lemahnya motivasi seseorang turut mempengaruhi
keberhasilannya.
5.
Konsentrasi Belajar
Menurut
Thursan Hakim, bahwa konsentrasi adalah “merupakan suatu kemampuan untuk
memfokuskan pikiran, perasaan, kemauan, dan segenap panca-indra ke satu objek
di dalam suatu aktivitas tertentu, dengan disertai usaha untuk tidak mempedulikan
objek –
objek lain yang tidak ada hubungannya
dengan aktivitas itu”.
Pemusatan
perhatian (fokus) tertuju pada objek/isi bahan belajar
maupun proses memperolehnya, dan tidak terpengaruh dengan sekelilingnya.
Konsentrasi sangat mempengaruhi proses belajar seseorang, apabila konsentra-si menurun
tentu menggangu belajarnya.
6.
Kematangan dan Kesiapan
Kematangan
merupakan suatu “tingkatan atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana
seluruh organ-organ biologisnya sudah siap untuk melakukan fungsi-fungsinya”. Misalnya siap anggota tubuhnya untuk belajar. Dalam konteks proses
pembelajaran, kesiapan untuk belajar sangat menentukan aktifitas belajar
siswa. Siswa yang belum siap belajar, cenderung akan berprilaku tidak
kondusif, sehingga pada gilirannya akan mengganggu proses belajar secara
keseluruhan. Seperti siswa yang gelisah, ribut (tidak tenang) sebelum proses
belajar dimulai. Jadi kesiapan amat perlu diperhatikan dalam proses
belajar mengajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan,
maka hasil belajarnya akan lebih baik.
7.
Kelelahan
Kelelahan dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani (fisik) dan kelelahan
rohani (psikis). Kelelahan jasmani terlihat
dengan lemah lunglainya tubuh dan muncul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan ini disebabkan oleh terjadinya kekacauan
subtansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak atau kurang
lancar pada bagian-bagian tertentu. Sedangakan kelelahan rohani
dapat dilihat dengan
adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk berbuat sesuatu termasuk belajar menjadi hilang. Kelelahan
jenis ini ditandai dengan kepala pusing, sehingga sulit berkonsentrasi,
seolah-olah otak kehilangan daya untuk bekerja.
8.
Kejenuhan dalam Belajar
Menurut
Reber yang dikutip oleh Tohirin dalam Muhibbin Syah, bahwa kejenuhan belajar
adalah “rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak
mendatangkan hasil”. Seseorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar, sistem
akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses
item-item informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya
seakan-akan mandeg (stagnan) tidak mendatangkan hasil.
2)
Faktor eksternal yaitu faktor
yang berasal dari luar diri individu.
Faktor eksternal meliputi :
A.
Faktor lingkungan sosial
Faktor lingkungan
sosial dibagi menjadi tiga macam yaitu :
1.
Lingkungan keluarga
Menurut
pandangan sosiologis, keluarga adalah “Lembaga sosial terkecil dari masyarakat”.
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia tempat ia
belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi
dengan kelompoknya. Keadaan keluarga akan sangat menentukan berhasil tidaknya
anak dalam menjalin proses belajarnya.
Faktor keluarga sebagai salah satu penentu yang berpengaruh dalam belajar, terdiri dari tiga aspek, yakni :
Faktor keluarga sebagai salah satu penentu yang berpengaruh dalam belajar, terdiri dari tiga aspek, yakni :
a.
Kondisi ekonomi keluarga.
b.
Hubungan emosional orang tua
dengan anak dan,
c.
Cara mendidik anak
Pada umumnya ada
tiga metode dalam mendidik anak yaitu :
a.
Permisif yaitu bentuk pola asuh
orang tua yang memberikan kebebasan mutlak/sepenuhnya pada anak untuk melakukan
sesuatu.
b.
Otoriter yaitu bentuk pola asuh
orang tua yang selalu mengatur setiap tindakan yang akan dilakukan oleh anak-anaknya.
c.
Demokrasi yaitu bentuk pola
asuh orang tua yang memberikan kebebasan pada anak-anaknya untuk melakukan
sesuatu, kebebasan disini dalam artian masih dalam kontrol orang tuanya.
2.
Lingkungan sekolah
Sekolah
adalah lembaga formal terjadinya proses belajar mengajar. Selain pendidikan
dalam keluarga, pendidikan di sekolah diperoleh seseorang secara teratur,
sistematis, bertingkat mulai TK sampai keperguruan tinggi.
Beberapa ketentuan yang mampu menunjang keberhasilan belajar seseorang di sekolah
adalah :
a.
Adanya kurikulum
Dengan adanya kurikulum yang baik maka dapat menunjang keberhasilan belajar siswa. Kurikulum yang baik yakni kurikulum
yang sesuai dengan kemampuan siswa, sedangkan kurikulum kurang baik adalah
kurikulum terlalu padat, di atas kemampuan siswa.
b.
Sarana dan prasarana
Dengan lengkapnya sarana dan prasarana dalam belajar maka dapat mempengaruhi kegiatan belajar anak. Anak didik dapat
belajar dengan baik apabila suatu sekolah memenuhi segala kebutuhan belajar
anak didiknya misalnya kelengkapan buku-buku
diperpustakaan, gedung laboratorium, ruang kelas yang memadai, serta lapangan
olah raga.
c.
Tata tertib dan disiplin
Menurut
Thursan Hakim bahwa salah satu
yang paling mutlak harus ada di sekolah untuk menunjang keberhasilan
belajar adalah adanya “tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen
dan konsisten”. Disiplin tersebut harus ditegakkan secara menyeluruh, dari
pimpinan sekolah yang bersangkutan, para guru, siswa sampai karyawan sekolah
lainnya. Dengan cara inilah dapat mempengaruhi prestasi belajar para
siswa. Sebaliknya apabila dalam suatu sekolah tidak ada tata tertib dan
kedisiplinan maka proses belajar tidak berjalan dengan baik, dan akhirnya
prestasi siswa pun kurang baik.
d.
Guru
Guru adalah
salah satu komponen utama dalam proses belajar
mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan. Guru yang baik adalah guru
yang profesional, mengajar sesuai dengan keahliannya.
e.
Relasi guru dengan siswa
Proses
interaksi siswa dengan guru, dipengaruhi hubungan yang
ada. Apabila guru dapat berinteraksi dengan siswa dengan baik,
akrab, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang
diberikan oleh guru, sehingga siswa mempelajarinya dengan sebaik-baiknya.
Sebaliknya apabila guru kurang
berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar mengajar
kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka ia segan
berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
f.
Relasi siswa dengan siswa
Yaitu hubungan yang akan mempengaruhi proses belajarnya,
apabila siswa mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman
lain, rendah diri, mengalami tekanan batin akan diasingkan dari kelompok.
Ia menjadi malas sekolah karena mengalami perlakuan kurang bagus dari
temannya. Jadi perlu hubungan baik antar siswa, agar dapat
memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.
3.
Faktor Lingkungan Masyarakat
Misalnya :
a.
Kegiatan siswa dalam masyarakat, yakni kegiatan siswa dalam masyarakat
dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi kalau kegiatan
siswa terlalu banyak maka akan terganggu belajarnya, karena ia tidak bisa
mengatur waktu.
b.
Media Massa, yang dimaksud dalam media massa adalah bioskop,
radio, TV, surat kabar, buku-buku, komik. Media massa yang baik akan
memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya.
Sebaliknya media massa yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa.
c.
Teman bergaul. Pengaruh dari teman bergaul siswa akan
lebih cepat masuk dalam jiwanya. Teman
yang baik akan membawa pengaruh baik, sedang teman bergaul yang kurang baik juga
akan membawa pengaruh yang jelek pula.
d.
Bentuk kehidupan masyarakat, yakni apabila kehidupan masyarakat yang
terdiri dari orang-orang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata
bersekolah tinggi dan moralnya baik. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang
tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak
baik, akan berpengaruh jelek kepada anak yang berada dilingkungan itu.
B.
Faktor lingkungan
non sosial
-
Lingkungan alamiah, seperti
kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak
terlalu silau, atau tidak terlalu gelap, suasana yang sejuk dan tenang.
Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
3)
Faktor pendekatan belajar
Faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya
belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Ditinjau dari faktor
pendekatan belajar, terdapat tiga bentuk dasar pendekatan belajar siswa menurut
hasil penelitian Biggs (1991), yaitu:
a.
Pendekatan surface
(permukaan/bersifat lahiriah),
Pendekatan
surface yaitu kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari luar,
contoh anak mau belajar karena takut tidak lulus ujian sehingga dimarahi oleh
orang tuanya. Oleh karena itu gaya belajarnyapun santai, asal hafal, dan tidak
mementingkan pemahaman yang mendalam.
b.
Pendekatan deep (mendalam)
Pendekatan
deep yaitu kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan dari dalam dirinya
sendiri, contoh anak mau belajar karena dirinya merasa tertarik dan membutuhkan
materi tersebut. Sehingga gaya belajarnya akan serius, berusaha memahami secara
mendalam materi yang ia pelajari dan berusaha menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
c.
Pendekatan achieving
(pencapaian prestasi tinggi)
Pendekatan
achieving yaitu kecenderungan belajar siswa karena adanya dorongan untuk
mewujudkan ego enhancement (ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan
prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih prestasi setinggi-tingginya.
Daftar pustaka
1.
Sugihartono, dkk. 2007.
Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
2.
Syah Muhibbin, M.Ed. 1995.
Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
3.
Purwanto Ngalim M. DRS. MP.
1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.