BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana mutlak yang diperlukan dalam era globalisasi saat ini, kompetisi dalam bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi semakin ketat, yang kuat akan menguasai sedang yang lemah akan tersingkir itulah hukum alam. Hal ini tidak jadi masalah bagi negara yang mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas yang mampu bersaing, sehubungan dengan kualitas manusia maka sektor pendidikan merupakan sektor yang paling bertanggung jawab dalam meningkatkan kualitas manusia. Salah satu yang dapat digunakan sebagai indikatornya adalah: pencapaian prestasi yang diraih baik melalui sektor pendidikan formal maupun non formal. Kenyataan yang ada bahwa prosentase kelulusan siswa siswi SMP, setelah diterapkannya ujian nasional oleh BSNP untuk beberapa mata pelajaran masih rendah, masalah ini perlu dikaji penyebab terjadinya rendahnya prestasi tersebut secara nasional, terutama untuk mata pelajaran IPA dan Matematika banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah angka 4,00 yang menjadi salah satu persyaratan kelulusan siswa untuk tingkat SMP untuk tahun pelajaran 2008 / 2009. Hasil rapat koordinasi dan evaluasi kegiatan ujian nasional tingkat SMP se Kabupaten Kebumen pada hari Selasa tanggal 7 April 2009 menunjukkan rendahnya perolehan rata-rata prestasi ujian nasional di Kabupaten Kebumen tiga tahun terakhir yang selalu menempati urutan terbawah dari 36 Kebupaten / Kota se Propinsi Jawa Tengah.
Demikian juga prestasi ujian nasional untuk siswa-siswi 23 di SMP N 2 Adimulyo, Kebumen selalu menempati urutan di atas 20 dari 50 SMP Negeri di Kabupaten Kebumen. Hal ini mencerminkan rendahnya prestasi hasil belajar di tingkat kelas sebelumnya. Khususnya mata pelajaran IPA karena untuk materi ujian nasional meliputi materi kelas VII, VIII dan IX. Bukti rendahnya prestasi hasil belajar mata pelajaran IPA di SMP Negeri 2 Adimulyo, tiga tahun terakhir seperti dapat dilihat pada dokumen tabel 1.1 dan 1.2 berikut ini: Tabel 1.1 Nilai rata rata Ulangan Akhir Semester (UAS) mata pelajaran IPA SMP Negeri 2 Adimulyo, 3 (tiga) tahun terakhir No. Tahun Kelas Nilai Rata rata Pelajaran Semester 1 Semester 2 1. 2006 / 2007 VII 54,4 59,4 2. 2007 / 2008 VII 51,8 55,6 3. 2008 / 2009 VII 54,2 56,2 4. 2008 / 2009 VIII 56,8 57,2 5. 2008 / 2009 VIII 58,2 58,6 6. 2008 / 2009 VIII 59,2 60,4 Tabel 1.2 Nilai rata rata Ujian Nasional mata pelajaran IPA SMP Negeri 2 Adimulyo, 3 (tiga) tahun terakhir No. Tahun Kelas Nilai Rata rata Pelajaran Ujian Sekolah Ujian Nasional 1. 2006 / 2007 IX 5,66-2. 2007 / 2008 IX - 5,93 3. 2008 / 2009 IX - 5,63 Sumber: Dokumen SMP Negeri 2 Adimulyo, Kebumen. Dari tabel 1.1 terlihat kecenderungan nilai rata rata IPA masih di bawah standar ketuntasan belajar minimum yang ditentukan oleh guru melalui MGMP sekolah yaitu 64,0, rendahnya perolehan hasil belajar dalam kegiatan ulangan akhir semester dan ujian nasional tersebut merupakan penampakkan gejala permukaan atau ada indikasi bahwa penguasaan materi esensial atau konsep kosep IPA yang dipahami para siswa masih rendah termasuk pemahaman materinya.
Banyak faktor yang menjadi dugaan sementara penyebab rendahnya prestasi belajar siswa diantaranya: Guru kurang variatif dan inovatif dalam menggunakan metode mengajar dan masih tingginya kecenderungan guru menggunakan metode ceramah sesuai dengan hasil evaluasi dan supervisi kunjungan kelas; keterbatasan sarana kegiatan belajar dan mengajar serta alat alat Laboratorium IPA yang dimiliki sekolah; sebagian besar guru IPA belum memberikan tugas-tugas terstruktur pada siswa, sebagai salah satu strategi untuk memberi motivasi siswa dalam belajar; kesan siswa terhadap mata pelajaran IPA membosankan, kurang menarik dan terkesan sulit dikarenakan penggunaan model dan metode yang kurang variatif; siswa kurang diberi tantangan dan dilibatkan untuk menyampaikan atau mengeluarkan pendapatnya tentang materi yang dipelajari; kemampuan awal dan kemampuan menalar siswa kurang diperhatikan dalam kegiatan belajar; belum diperhatikannya lingkungan belajar dan latar belakang pendidikan orang tua siswa yang kebanyakan tamatan sekolah dasar dan sekolah menengah. Sebagai seorang pendidik yang profesional seorang guru dituntut memahami perkembangan peserta didik yang meliputi perkembangan fisik serta perkembangan sosioemosional yang bermuara pada perkembangan intelektualnya yang mempunyai konstribusi yang kuat terhadap perkembangan kognitif siswa. Pembelajaran sains atau IPA seharusnya dilaksanakan secara inkuari ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan awal, kemampuan menalar, sikap ilmiah, serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting dalam life skill atau kecakapan hidup.
Pembelajaraan IPA SMP menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan sikap ilmiah. Guru sangat perlu menerapkan berbagai model dan metode mengajar yang sesuai dengan tuntutan materi pelajaran, termasuk diantaranya dalam penerapan model pembelajaran terstruktur melalui metode diskusi dan pemberian tugas dengan memperhatikan tingkat kemampuan awal dan kemampuan menalar yang dimiliki siswa. Penggunaan model dan metode mengajar yang tepat dan menarik akan memotivasi siswa dalam mempelajari materi yang dikaitkan dengan kebermaknaan pelajaran dalam kehidupan sehari-hari sehingga akan meningkatkan prestasi belajar sesuai dengan yang diharapkan. Dafis dan Thomas dalam Wawan Dwi Cahyono (2007: 2) mengemukakan bahwa ciri guru yang efektif dalam pembelajaran diantaranya adalah mampu menerapkan kurikulum dan model serta metode mengajar yang inovatif dan variatif serta mampu memperluas dan menambah pengetahuan tentang metode metode pembelajaran.
Wawan Dwi Cahyono memaknai kompetensi profesionalisme guru sebagai penguasaan yang luas dan mendalam dari bidang studi yang diajarkan serta kemampuan memilih dan menggunakan berbagai model dan metode mengajar yang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Kenyataan yang tidak dapat dipungkiri banyak siswa yang mengatakan bahwa mata pelajaran IPA sulit, banyak hitungan-hitungan matematisnya, hanya menghafalkan rumus, monoton, membosankan, kurang memberi tantangan dan tidak menarik, sehingga banyak siswa yang tidak menukai mata pelajaran IPA, hal ini tentu bertentangan dengan konsep untuk mempelajari IPA, banyak cara memotivasi siswa agar menyukai IPA, misalnya memberi contoh dari kemajuan di bidang tekhnologi yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari hari, ditemukannya fakta-fakta, konsep-konsep, teori-teori, prinsip-prinsip dan hukum-hukum melalui proses dan metode ilmiah yang merupakan salah satu produk IPA. IPA adalah salah satu mata pelajaran utama dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, khususnya dalam pendidikan dasar. IPA adalah mata pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar peserta didik, mulai dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah menengah atas kenyataan menunjukan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan perolehan rata-rata UN IPA semakin rendah.
Hal itu tentunya sangat memprihatinkan mengingat telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, maupun oleh para guru sendiri. Merujuk pada undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional, bahwa sekolah diberi kewenangan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum, silabus dan program pembelajarannya. Sekolah dapat mengembangkan pembelajaran sesuai dengan keadaan, potensi dan kondisi sekolah masing masing, kebijaksanaan ini merupakan kesempatan yang baik bagi para pendidik untuk berinovasi dalam mendesain kegiatan belajar mengajarnya sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang efektif dan efisien. Melalui proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu membimbing dan memfasilitasi siswa agar dapat memahami kekuatan serta kemampuan yang dimiliki, untuk selanjutnya memberikan motivasi agar siswa terdorong untuk belajar.