BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Membaca adalah bagian sangat penting dalam proses pendidikan. Seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan dari membaca buku. Seseorang bisa memperoleh informasi atau ilmu apapun yang diinginkan melalui kegiatan membaca buku. Tanpa membaca, proses pembelajaran dan pendidikan tidak dapat berlangsung. Menurut Iskandarwasid (2008:265) keterampilan membaca itu penting bagi pengembangan pengetahuan karena ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan melalui membaca. Membaca merupakan salah satu aktivitas yang bisa dilakukan oleh setiap orang, dimana, dan kapan pun dengan objek yang berbeda-beda. Keterampilan membaca pada umumnya diperoleh dengan cara mempelajarinya di sekolah. Keterampilan berbahasa ini sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan pengetahuan dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia. Dikatakan unik karena tidak semua manusia, walaupun telah memiliki keterampilan membaca, mampu mengembangkannya menjadi alat untuk memberdayakan dirinya atau bahkan menjadikannya alat untuk memberdayakan dirinya atau bahkan menjadikannya budaya bagi dirinya sendiri. Keterampilan membaca juga termasuk keterampilan bahasa yang bersifat reseptif, berkenaan dengan kegiatan memahami bahasa.
Setelah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, berbagai informasi penting dapat disampaikan dalam berbagai media, misalnya berupa buku-buku, majalah, buletin, surat kabar maupun artikel-artikel. Untuk bisa mengikuti perkembangan tersebut, tentunya kita harus membutuhkan suatu keterampilan dalam membaca. Membaca itu juga membutuhkan konsentrasi yang sungguh-sungguh terutama ketika kita membaca pada teks bacaan nonsastra. Keterampilan membaca saat sangat penting karena kemampuan membaca menjadi syarat untuk memperoleh ilmu pengetahuan, sehingga siswa bisa mengetahui ilmu pengetahuan yang ada dibuku. Jika siswa tersebut mempunyai keterampilan membaca sekilas, maka siswa akan bisa menemukan pokok pikiran yang baik. Tanpa keterampilan membaca, siswa, mahasiswa, atau siapa saja pasti akan mengalami kesulitan dalam memahami buku-buku yang dibacanya. Keterampilan membaca merupakan kemampuan dasar bagi siswa yang harus dikuasai agar bisa mengikuti seluruh kegiatan dalam proses pendidikan. Keberhasilan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas sangat dipengaruhi oleh kemampuan membacanya. Membaca juga sebagai salah satu dasar yang mendapat perhatian khusus dari semua pihak, baik dari pihak sekolah sebagai penyelenggara pendidikan, masyarakat, maupun pemerintah. Hal ini karena membaca merupakan kunci untuk memperoleh berbagai informasi yang lebih lengkap dan menyeluruh dari berbagai ilmu. Untuk mendapatkan sebuah informasi, pembaca perlu mengikuti sistem atau cara membaca. Seseorang yang sedang membaca harus memusatkan perhatian pada teks bacaan yang dibaca.
Hal ini bertujuan untuk membangkitkan rasa senang dan menumbuhkan motivasi dalam membaca. Tanpa adanya perhatian sulit sekali memperoleh terhadap apa yang dibacanya. Kegiatan membaca dapat dilakukan dengan penuh perhatian, apabila pembaca merasa senang terhadap kegiatan membaca. Untuk bisa menumbuhkan kegemaran membaca, siswa dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia seharusnya bisa menciptakan situasi yang menunjang kegiatan membaca, yaitu dengan mengupayakan adanya bahan-bahan bacaan di sekolah, misalnya buku-buku karya sastra, buku-buku yang berisi pengetahuan umum, majalah, surat kabar, dan sebagainya. Kegemaran membaca mempunyai motivasi yang sangat besar untuk membaca. Motivasi itu akan tumbuh pada diri siswa dan bisa mendapatkan manfaat dari kegiatan membaca. Pada kurikulum 2006 SMA/MA, khususnya aspek membaca mencantumkan standar kompetensi memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai teknik membaca, dengan kompetensi dasar menemukan ide pokok berbagai teks nonsastra dengan teknik membaca cepat (250 kata/menit). Ada beberapa indikator dalam rancangan pembelajaran, yaitu (1) mampu membaca cepat berbagai teks nonsastra dengan kecepatan 250 kata/menit, (2) mampu mengidentifikasi ide pokok paragraf berbagai teks nonsastra, dan (3) mampu menyimpulkan isi dari teks nonsastra. Pada indikator pertama yang harus dikuasai siswa adalah mampu membaca cepat berbagai teks nonsastra.
Siswa kelas X.1 belum mampu mencapai tingkat pemahaman karena bahan bacaan yang digunakan terlalu panjang dan belum relevan dengan perkembangan siswa. Menurut Haras (1998:39), wacana yang digunakan dalam kecepatan efektif membaca sebaiknya tidak terlalu panjang dan tidak terlalu pendek, karena wacana yang panjang menimbulkan rasa segan dan dapat menghambat pemahaman siswa. Adapun isi wacana sebaiknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa dan mengandung nilai edukatif. Pada indikator kedua siswa belum mampu mengidentifikasi ide pokok dengan baik, karena siswa masih bingung cara menentukan ide pokok. Menurut Hayon (2003:64) ide pokok dapat dilihat dari kata (yang ada) pada kalimat utama, kadangkala ide pokok terlihat secara jelas atau tersurat, tetapi ada juga yang tersirat baik seluruh atau sebagian. Indikator ketiga siswa belum mampu menyimpulkan isi bacaan dengan bahasa yang baik dan benar. Bisa dilihat dari bentuk wacana, kejelasan isi, diksi, dan kepaduan. Alwi (2003:20) menyatakan bahwa bahasa yang benar adalah pemakaian bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku. Untuk bisa mencapai indikator tersebut, siswa harus berlatih dengan teratur. Guru juga harus mampu membimbing siswa dalam mengajarkan keterampilan membaca cepat dengan kecepatan 250 kata/menit untuk menemukan ide pokok secara mudah dengan menggunakan metode dan teknik yang tepat dalam mengajar siswa. Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru dan siswa kelas X.1 MA Salafiyah Simbangkulon Buaran Pekalongan, siswa belum mampu sesuai dengan indikator yang telah disebutkan diatas. Siswa juga belum mencapai standar ketuntasan yang sudah ditentukan, yaitu 70. Hal ini, peneliti akan mengkaji aspek keterampilan membaca pada standar kompetensi tersebut.