BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber daya alam yang melimpah belum tentu merupakan jaminan bahwa suatu Negara atau wilayah itu akan makmur, bila pendidikan sumber daya manusianya kurang mendapat perhatian. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan tugas bersama dan berjangka waktu yang panjang karena menyangkut pendidikan bangsa. Kabupaten Pemalang memiliki daerah perairan yang mempunyai potensi perikanan, disepanjang daerah pesisir mata pencaharian penduduk umumnya nelayan dan pedagang. Pekerjaan sebagai nelayan dipilih karena sesuai dengan keterampilan masyarakat setempat, sementara sumber daya yang tersedia hanya laut beserta isinya yang mempunyai nilai ekonomi. Sehingga tidak ada pilihan lain bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang pesisir laut selain menjadi nelayan atau pedagang yang berhubungan dengan laut. Masyarakat nelayan merupakan salah satu bagian masyarakat Pemalang yang hidup dengan mengelola potensi sumber daya perikanan. Sebagai suatu masyarakat yang tinggal di kawasan pesisir, masyarakat nelayan mempunyai karakteristik sosial tersendiri yang berbeda dengan masyarakat yang tinggal di wilayah daratan.
Karakteristik yang menjadi ciri-ciri sosial budaya masyarakat nelayan adalah memiliki struktur relasi patron-klien sangat kuat, etos kerja tinggi, memanfaatkan kemampuan diri dan adaptasi optimal, kompetitif dan berorientasi prestasi, apresiatif terhadap keahlian, kekayaan dan kesuksesan hidup, terbuka dan ekpresif, solidaritas sosial tinggi, sistem pembagian kerja berbasis seks (laut menjadi ranah laki-laki dan darat adalah ranah kaum perempuan), dan berperilaku konsumtif (Kusnadi, 2009:39). Seperti juga masyarakat yang lain, masyarakat nelayan menghadapi sejumlah masalah politik, sosial dan ekonomi yang komplek (Kusnadi, 2009:27). Hal ini disebabkan oleh kebijakan pembangunan yang belum bersungguh-sungguh, persoalan sosial ekonomi dan budaya yang terjadi pada masyarakat nelayan cukup kompleks, sehingga penyelesainnya tidak seperti membalikkan telapak tangan. Masyarakat merupakan pelaku utama bagi pembangunan, maka diperlukan kualitas sumber daya manusia yang berpotensial, sehingga masyarakat dapat bergerak pada arah pembangunan untuk menuju cita-cita rakyat Indonesia, yaitu bangsa yang makmur dan berkepribadian yang luhur, terlebih lagi pada zaman yang semakin hari bertambah tuntutan yang harus dipenuhi diera modern ini maupun yang akan datang, masyarakat dituntut untuk mempunyai ketrampilan atau kompetensi dalam dirinya supaya dirinya menjadi manusia yang berguna bagi dirinya sendiri, bagi bangsa dan Negara, untuk menggali potensi yang dimiliki oleh manusia maka diperlukan adanya pendidikan. Dunia pendidikan memang dunia yang tidak pernah habis untuk diperbincangkan.
Karena selama manusia itu ada, perbincangan tentang pendidikan akan tetap ada di dunia, sehingga mustahil manusia hidup tanpa pendidikan di dalamnya, kerena itu ada sebuah tanggung jawab untuk mengetengahkan apa dan bagaimana pendidikan itu yang harus kita bagun dan konstruksi kalau kita masih ingin dianggap sebagai manusia. Pengertian pembangunan adalah pembangunan di segala bidang kehidupan, walaupun titik beratnya dibidang ekonomi, namun tidak mengabaikan sama sekali bidang-bidang lainnya. Pembangunan di bidang sosial budaya, khususnya di bidang pendidikan, menjadi tidak pernah habis dalam perbincangan pada tingkat nasional maupun pada tingkat daerah. Hal ini disebabkan bahwa tinggi rendahnya kualitas penduduk lebih ditentukan oleh keadaan pendidikannya. Semakin baik pendidikan seseorang, merupakan suatu diantara kemungkinan untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik. Pendidikan merupakan salah satu bentuk pembangunan nasional untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat, sehingga terwujud masyarakat yang cerdas, maju, dan sejahtera. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab VI Pasal 6 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu setiap warga Negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk usaha mencerdaskan masyarakat yaitu dengan adanya program wajib belajar sembilan tahun dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Tujuannya adalah setiap warga mempunyai bekal dalam ilmu pengetahuan dan keterampilan sehingga mempunyai daya saing dalam kompetisi di masa globalisasi seperti sekarang ini. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud yang menyebutkan bahwa Titik berat pembangunan pendidikan diletakkan pada peningkatan mutu setiap jenjang pendidikan serta memperluas kesempatan belajar pada jenjang pendidikan menengah yaitu dengan memperluas wajib belajar 6 tahun menjadi 9 tahun, setaraf dengan Sekolah Menengah Pertama. Dewasa ini masih banyak dijumpai adanya masalah pada sistem pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah banyak anak usia Pendidikan Dasar tidak lagi dapat melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah. Banyak faktor yang mempengaruhi kondisi tersebut. Faktor utama yang biasa menjadi alasan masyarakat adalah mahalnya biaya pendidikan untuk Sekolah Menengah, sehingga para orang tua lebih cenderung menyekolahkan anaknya sampai pendidikan dasar saja. Faktor lainnya adalah masih kurang perhatiannya orang tua terhadap pentingnya pendidikan bagi anak-anak mereka. Kebanyakan orang tua menyuruh anaknya bekerja setelah tamat dari SD dan SMP, baik itu menjadi buruh atau membantu orang tua melaut dan lain sebagainya. Hal ini juga tidak lepas dari pendapatan orang tua dan jenis pekerjaan pada lingkungan masyarakat tersebut. Masyarakat nelayan di Kelurahan Sugihwaras, menurut data Monografi Kelurahan Sugihwaras tahun 2011, wilayah Sugihwaras yang luasnya sekitar 266,160 Ha dan penduduknya sebesar 16.517 jiwa ini, memiliki masalah yang cukup serius di bidang pendidikan, hal ini tergambar dari masih banyaknya warga Kelurahan Sugihwaras yang hanya tamat Sekolah Dasar (SD) saja.
Sebanyak 5.708 warga tamat Sekolah Dasar (SD) dan hanya 805 atau sekitar (15%) warga yang tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP), data tersebut menunjukkan bahwa ada sekitar 4903 atau sekitar (85%) warga di Kelurahan Sugihwaras yang tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP, sedangkan untuk pendidikan anak nya dari 5.539 anak usia sekolah hanya 2.736 anak yang mengenyam pendidikan, 1.148 (21%) Sekolah Dasar, 856 (15%) Sekolah Menengah Pertama, 732 (13%) Sekolah Manegah Atas, (Monografi Desa Tahun 2011). Banyaknya warga Kelurahan Sugihwaras yang tidak menyelesaikan pendidikan dasar menunjukkan bahwa masih rendahnya angka partisipasi mereka di bidang pendidikan, khususnya dalam ketuntasan wajib belajar 9 tahun. Mayoritas perekonomian masyarakat nelayan di Kelurahan Sugihwaras juga masih tergolong rendah, hal ini tergambar dari masih banyaknya masyarakat nelayan Kelurahan Sugihwaras yang kurang sejahtera. Tabel 1.1 Tahapan Kelurga Sejahtera Kelurahan Sugihwaras Tahapan KK Persentase Prasejahtera 2459 60.55 Sejahtera I 1166 28.72 Sejahtera II 262 6.45 Sejahtera III 158 3.89 Sejahtera III Plus 16 0.39 Jumlah 4061 100 Sumber: Monografi Desa Tahun 2012 Pembahasan di atas menunjukan bahwa pendidikan anak di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang masih tergolong rendah dan kurang sejahtera. Penulis berasumsi bahwa rendahnya tingkat pendidikan anak berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi nelayan di Kelurahan Sugihwaras.
Melihat dari relita yang ada maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang bagaimana pengaruh kondisi sosial ekonomi terhadap rendahnya tingkat pendidikan anak masyarakat nelayan di pesisir pantai utara khususnya di Kelurahan Sugihwaras dengan mengambil judul PENGARUH KONDISI SOSIAL EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENDIDIKAN ANAK KELUARGA NELAYAN DI KELURAHAN SUGIHWARAS KECAMATAN PEMALANG KABUPATEN PEMALANG hal ini disebabkan karena di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang yang penduduknya sebagian besar sebagai nelayan dengan jumlah pendidikan anaknya yang rendah.
B. Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini, peneliti mengangkat rumusan masalah sebagai berikut. 1. Adakah pengaruh antara kondisi sosial keluarga nelayan terhadap tingkat pendidikan anak di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang? 2. Adakah pengaruh antara kondisi ekonomi keluarga nelayan terhadap tingkat pendidikan anak di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang? 3. Seberapa besar pengaruh kondisi sosial ekonomi keluarga nelayan terhadap tingkat pendidikan anak di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui apakah ada pengaruh antara kondisi sosial keluarga nelayan terhadap tingkat pendidikan anak di Kelurahan Sugihwaras Kecamatan Pemalang Kabupaten Pemalang.