CONTOH SKRIPSI : EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA TIGA DIMENSI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI GEOMETRI KELAS V MI

BAB I PENDAHULUAN 

A. Latar Belakang Masalah 

Pendidikan adalah salah satu unsur paling mendasar dalam kemajuan suatu bangsa. Pada masa sekarang ini dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat, serta ditantang untuk dapat menjawab bebagai permasalahan lokal dan perubahan global yang begitu pesat. Perubahan dan permasalahan tersebut seperti pasar bebas, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi, seni, budaya, dan lain sebagainya. Maka dengan perkembangan tersebut harus dibarengi dengan perkembangan di dunia pendidikan mulai dari mutu pendidikan baik mutu guru, siswa, kurikulum, sumber belajar dan sarana prasarana yang berkualitas, sehingga akan menghasilkan sumberdaya manusia yang berkualitas pula. Fungsi dan tujuan pendidikan Indonesia yang tertuang dalam UndangUndang No. 20 Tahun 2003 (Sidiknas, Pasal 3) yang berbunyi Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 

1 Upaya peningkatan kualitas pendidikan khususnya pembelajaran matematika di sekolah terus menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif. Untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan, secara bertahap dan terus menerus dilakukan perbaikan, pengembangan kurikulum dan kualitas pendidikan serta ketrampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa dan negara. Dalam interaksi belajar mengajar, seorang guru memegang peranan yang menentukan. Karena bagaimanapun keadaan sistem pendidikan di sekolah, alat apa pun yang digunakan dan bagaimanapun keadaan anak didik, maka pada akhirnya tergantung pada guru di dalam memanfaatkan semua komponen yang ada. Metode dan keputusan guru dalam interaksi belajarmengajar akan sangat menentukan keberhasilan anak untuk mencapai tujuan pendidikan. 2 Tujuan pendidikan pada dasarnya mengantarkan para siswa menuju pada perubahan tingkah laku manusia yang mencakup tiga aspek, yaitu : aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik. 3 Pelaksana dalam pendidikan ini tentunya adalah guru dan warga sekitar sekolah. Sehingga tugas dan fungsi yang terkait dengan pendidikan harus 1 UndangUndang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,(Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Indonesia), Pasal 3 2 Soetomo, Dasardasar Interaksi Belajar Mengajar, (Surabaya : Usaha Nasional, 1993)

dilaksanakan secara bersamasama agar pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan baik dan optimal. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. 4 Keberhasilan guru dalam pembelajaran di sekolah sangat tergantung pada kelancaran interaksi komunikasi antara guru dengan siswa, guru dengan guru dan antara siswa dengan siswa. Oleh karena itu kelancaran komunikasi harus diciptakan agar pesan yang ingin disampaikan di dalam materi pelajaran dapat diterima dengan baik oleh siswa. Seorang guru diharapkan mampu menghadirkan pembelajaran yang menarik bagi siswa dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai demi mencapai tujuan pembelajaran. Hal ini dilakukan dengan harapan agar kualitas pembelajaran dapat berjalan optimal. Salah satunya adalah pembelajaran matematika, karena seperti yang kita ketahui matematika merupakan ilmu pengetahuan yang penting sebagai pengantar ilmuilmu pengetahuan yang lain.

Belajar matematika sering menjadi momok menakutkan bagi banyak siswa, mereka umumnya berpendapat bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit. Menurut Sumaji, banyak siswa yang merasa bosan, sama sekali tidak tertarik dan bahkan merasa benci terhadap matematika, karena matematika itu diajarkan dengan kurang tepat, misalnya hanya sebagai kumpulan angka dan rumus serta caracara atau langkahlangkah yang dihafalkan dan siap dipakai untuk menyelesaikan soalsoal. 5 Padahal perlu kita ketahui bahwa matematika merupakan ilmu yang sangat penting untuk dipahami, karena sering dimanfaatkan dalam kehidupan seharihari. Adanya matematika membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, alam dan lain sebagainya. Bahkan perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini juga dilandasi oleh perkembangan matematika. Seluruh segi kehidupan manusia dari yang sederhana sampai yang paling kompleks dapat dimasuki oleh matematika karena konsep matematika yang bersifat abstrak, sehingga penerapannya dalam kehidupan seharihari dapat ditinjau dari berbagai sudut. Kegunaan matematika dalam penerapan kehidupan manusia menjadikan sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan formal yang mampu mengajarkan matematika. Mata pelajaran matematika diberikan pada semua jenjang pendidikan dimulai dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Hal ini 5 Sumaji, dkk, Pendidikan Sains yang Humanistis, (Yogyakarta: Kanisius, 1998) hlm. 

 perlu diberikan agar siswa mampu berfikir logis, kritis, analitis, sistematis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama untuk menghadapi persaingan dalam dunia pendidikan maupun kehidupan seharihari yang selalu berubah dan tidak pasti. Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa sebagian besar anakanak usia sekolah dasar masih dalam tahap perkembangan operasional konkret. Karena itu, mereka kurang mampu untuk berpikir abstrak. Ini berarti bahwa pengajaran di tingkat dasar harus sekonkret mungkin dan betulbetul dialami. 6 Konsep matematika yang bersifat abstrak menyebabkan sulit untuk dipahami dan dipelajari oleh para peserta didik di sekolah. Kesulitan tersebut dirasakan terutama oleh siswa pada tingkat sekolah dasar karena menurut Jean Pieget anak pada usia 711 tahun sedang memasuki perkembangan pada stadium konkret. Pada stadium ini anak sudah mampu berpikir logis, mampu memperhatikan dimensi lebih dari satu dan menghubungkan dimensi ini satu sama lain serta belum bisa berpikir abstrak. 7 Hal ini yang harus diperhatikan oleh guru dalam mengajar matematika tingkat dasar. Dalam pembelajaran matematika siswa dituntut aktif, banyak latihan dan tidak cukup mendengarkan atau mencatat penjelasan dari guru tetapi siswa mengalami dan melaksanakan sendiri agar tercatat dalam memori mereka. Sehingga diharapkan guru mampu menyiapkan secara 6 Sri Esti W. J., Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Gramedia, 2008),