BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat cepat seperti sekarang ini terasa sekali bahwa kegiatan membaca boleh dikatakan tidak terlepas dari kehidupan manusia. Berbagai informasi sebagian besar disampaikan melalui media cetak, dan bahkan yang melalui lisan pun bisa dilengkapi dengan tulisan, atau sebaliknya. Di sisi lain keterbatasan waktu selalu dihadapi oleh manusia itu sendiri. Hal itu didasarkan pada adanya kenyataan arus informasi berjalan begitu cepat, kesibukan manusia sangat banyak, sehingga waktu yang tersedia untuk membaca sangat terbatas. Kegiatan membaca untuk dapat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi tersebut mutlak diperlukan. Oleh karena itu, sebenarnya kini manusia dihadapkan pada problema bagaimana mengatasi keterbatasan waktu tersebut. Sehingga pada akhirnya dapat membaca dalam waktu yang relatif singkat, namun dapat memperoleh informasi yang maksimal. Dengan pernyataan lain, persoalannya adalah bagaimana melakukan kegiatan membaca secara efektif, sehingga tidak mengganggu aktivitas yang lain. Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat reseptif. Disebut reseptif karena dengan membaca seseorang akan memperoleh informasi, ilmu pengetahuan, dan pengalaman-pengalaman baru. Semua yang diperoleh melalui bacaan itu akan memungkinkan orang tersebut mampu mempertinggi daya pikirannya, mempertajam pandangannya, dan memperluas wawasannya. Dengan demikian maka kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat diperlukan oleh siapa saja yang ingin maju dan meningkatkan diri. Oleh karena itu, pembelajaran membaca di sekolah mempunyai peranan yang penting. Pembelajaran membaca memang benar-benar mempunyai peranan yang sangat penting.
Sebab selain bermanfaat seperti yang telah disebutkan di atas, melalui pembelajaran membaca, guru dapat berbuat banyak dalam proses pengindonesiaan anak-anak Indonesia. Dalam pembelajaran membaca, guru dapat memilih wacana-wacana yang berkaitan dengan tokoh nasional, kepahlawanan, kenusantaraan, dan kepariwisataan. Selain itu melalui contoh pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar, dan kreativitas anak didik. Pembelajaran membaca permulaan di kelas I SD merupakan pembelajaran membaca tahap awal. Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca berikutnya. Kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian dari guru, karena jika dasar itu tidak kuat maka akan berpengaruh pada tahap membaca lanjut, sebab siswa akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang mahir. Oleh sebab itu, bagaimanapun guru kelas I SD harus berusaha sungguh-sungguh agar ia dapat memberikan dasar kemampuan yang baik kepada anak didiknya.
Hal itu akan terwujud jika melalui pelaksanaan yang baik. Sebelum mengajar guru harus ada perencanaan, baik mengenai materi, media, metode, dan yang lainnya. Membaca permulaan sebagai salah satu keterampilan berbahasa yang memungkinkan mampu menghasilkan siswa memiliki: ( 1 ) pengetahuan dasar yang dapat digunakan sebagai dasar mendengarkan bahasa Indonesia; ( 2 ) pengetahuan dasar untuk bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia; ( 3 ) pengetahuan dasar untuk membaca bahasa Indonesia; ( 4 ) pengetahuan dasar untuk menulis bahasa Indonesia. Hal ini membuktikan bahwa membaca permulaan adalah hal yang sangat penting. Jelas bahwa membaca permulaan itu sangat penting dan mutlak ada dalam kurikulum sekolah dasar. Untuk meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan siswa di kelas I SD, guru diharapkan mempunyai kemampuan dan keterampilan dalam memilih serta menggunakan pendekatan pembelajaran secara tepat. Pendekatan pembelajaran bahasa lebih ditekankan pada pendekatan komunikatif, yaitu keterampilan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar untuk berkomunikasi. Pendekatan komunikatif sepenuhnya dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar di kelas apabila siswa terlibat aktif.
Siswa tidak saja dilibatkan sejak awal dalam tahap memilih tema dan menentukan topik sajian bahan pengajaran. Dengan demikian siswa dapat merasakan bahwa kegiatan belajar yang dilakukan menjadi milik dan tanggungjawabnya. Tingkat keaktifan siswa yang paling tinggi adalah kemandirian siswa dalam belajar, keingintahuan yang tinggi, kehausan mencari informasi baru, dan kelincahan dalam mencari pemecahan masalah. Membaca permulaan sebagai kemampuan dasar membaca siswa merupakan alat bagi siswa untuk mengetahui makna dari isi mata pelajaran yang dipelajari di sekolah. Makin cepat siswa dapat membaca makin besar peluang untuk memahami makna isi pelajaran di sekolah. Meskipun guru sudah bekerja keras mengajar membaca permulaan pada siswa, namun pada akhir tahun pelajaran masih juga terdapat siswa yang belum dapat membaca. Masalah yang terjadi di kelas 1 SD Negeri Karangwaru 1 ini adalah siswa sulit membaca ditahap permulaan. Penyebabnya adalah siswa kesulitam membedakan bentuk huruf dan sulit membaca huruf konsonan yang ada di belakang. Siswa sering terbalik membedakan antara huruf n dan huruf m, huruf b dan huruf d, dan seterusnya. Tahap awal sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan observasi di kelas 1. Hasil dari observasi sebelum diadakan penelitian adalah: keaktifan siswasedang, nilai yang dicapai siswa rendah, tingkat ketertarikan siswa terhadap pelajaran rendah, tingkat keantusiasan rendah, keaktifan membaca permulaan rendah, kemampuan membedakan huruf sedang, dan kemampuan membaca permulaan rendah. Untuk mengatasi masalah kesulitan membaca permulaan dalam belajar mengajar, sangat berhubungan dengan faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses pembelajaran. Faktor-faktor yang berpengaruh yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor yang diperoleh dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa di antaranya adalah motivasi belajar. Faktor yang berasal dari luar diri siswa di antaranya adalah kelengkapan peralatan/media dalam pembelajaran.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa ( Miraso dalam Asep Herry Hernawan, 2008: 11 ). Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan daya indra, hambatan jarak geografis dapat diatasi dengan pemanfaatan media pembelajaran. Berbagai cara yang dapat digunakan guru dalam mengatasi kesulitan belajar membaca permulaan yaitu menggunakan media gambar. Proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar, perhatian siswa akan terfokus dan tertarik pada mata pelajaran, dan juga akan memberikan pengalaman yang nyata. Sehingga dapat membantu para siswa untuk lebih mudah dan cepat dalam belajar membaca permulaan. Kemampuan membaca permulaan merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas selanjutnya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan prestasi belajar membaca permulaan, ( dalam hal ini mata pelajaran bahasa Indonesia ) diperlukan suatu bantuan media. Menurut peneliti media yang paling tepat digunakan adalah media gambar. Media gambar merupakan media pandang dua dimensi yang dirancang secara khusus untuk mengkomunikasikan pesan pembelajaran ( Udin S. Winataputra, 2006: 5.3 ). Penggunaan media ini diharapkan dapat membantu siswa agar lebih mudah dan berhasil dalam belajar membaca permulaan di kelas I SD. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian supaya memperoleh data yang akurat, yang berguna untuk memberikan solusi yang terbaik untuk mengatasi kesulitan belajar membaca permulaan siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penggunaan Media Gambar untuk Mengatasi Kesulitan Belajar Membaca Permulaan di Kelas I SD N.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapatlah diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut : 1. Banyak guru sekolah dasar yang kurang tepat dalam menentukan strategi pembelajaran bahasa Indonesia khususnya dalam membaca permulaan sehingga anak kurang tertarik. 2. Kurang tepatnya pengguanaan metode dalam pembelajaran bahasa Indonesia, sehingga tidak tercapai tujuan yang diharapkan. 3. Kurang tepatnya pengguanaan media dalam pembelajaran bahasa Indonesia, sehingga tujuan yang diharapkan tidak tercapai 4. Adanya siswa yang berkesulitan belajar membaca permulaan.