CONTOH SKRIPSI : MOTIVASI GURU TERHADAP PEMBELAJARAN ANAK TUNAGRAHITA MAMPU DIDIK DI SLB NEGERI 2 YOGYA

BAB I PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang Masalah 

Manusia diciptakan di dunia mempunyai hak asasi manusia (HAM) yang sama. Demikian juga dalam hal memperoleh pendidikan, setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang sama, baik anak yang normal maupun anak yang abnormal (anak penyandang cacat). Sebagian anak mengalami kelainan sehingga mengalami hambatan hambatan baik dalam perkembangan fisik maupun dalam perkembangan mental. Anak yang demikian diklasifikasikan sebagai anak luar biasa. Seperti anak yang lain, anak-anak luar biasa juga merupakan bagian dari generasi yang harus memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Perlu diingat bahwa anak cacat juga merupakan anak bangsa yang dapat tumbuh dan berkembang menjadi dewasa yang mempunyai percaya diri dan harga diri yang tinggi dalam memimpin dan mengabdikan dirinya untuk bangsa dan negara pada masa yang akan datang. Pihak yang paling berperan sebagai pembimbing agar anak dapat berperilaku yang baik dan mandiri adalah orangtua dan guru, oleh karena dalam keluarga anak pertama kali mendapatkan pendidikan, sedangkan disekolah pendidikan formal. Motivasi guru dalam pembelajaran dapat berpengaruh terhadap kemajuan prestasi belajar siswa. 

Kegiatan belajar mengajar yang berlangsung di sekolah meliputi semua aktivitas yang memberikan materi pelajaran kepada siswa agar siswa mempunyai kecakapan dan pengetahuan memadai yang dapat memberikan manfaat bagi  perkembangan peserta didik. Keberadaan anak tunagrahita sebagai salah satu daribagian anak luar biasa semakin meningkat, salah satunya diindikasikan dengan jumlah anak yang masuk Sekolah Luar Biasa (SLB) terus bertambah. Pendidikan yang diberikan pada anak tunagrahita terutama pada sekolah formal, memiliki peran semakin penting berupa layanan yang mendasar sebagai tumpuan dalam mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki anak berkebutuhankhusus, yaitu melalui pendidikan khusus pula. Kemampuan mengurus diri, mengelola perilaku, berkomunikasi yang baik serta kemampuan lain yang mendukung dalam kehidupan sosial merupakan tujuan penting dari pendidikan bagi anak tunagrahita, terlebih lagi tunagrahita sedang karena untuk bidang akademis tidak memungkinkan untuk dikembangkan melebihi kemampuan optimal intelegensi. Pendidikan Jasmani sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada anak tunagrahita mampu didik dan pada kurikulumnya memuat materi yang menitik beratkan pada hal-hal seperti di atas. Oleh karena itu, peneliti lebih condong untuk menjadikan mata pelajaran ini bisa lebih diminati oleh siswa dan materi yang ada di dalamnya dapat diserap dengan lebih baik. 

Tujuan pendidikan di sekolah bagi anak tunagrahita mampu didik adalah agar anak mampu mengurus dirinya dan mengurangi ketergantungannya pada orang lain. Selain mendapatkan pendidikan formal, anak tunagrahita mampu didik juga memerlukan pendidikan tentang agama, etika, norma yang bertujuan agar anak dapat menyesuaikan diri baik dimasyarakat ataupun sekolah. Seorang guru juga tidak lepas dari kekurangan dan kelebihan dalam mendidik anak di Sekolah. Ada kalanya guru memiliki titik jenuh, rasa lelah dalam mendidik anak di sekolah. Salah satu faktor keberhasilan guru dalam mendidik anak di Sekolah adalah motivasi seorang guru dalam melaksanakan kewajiban. Motivasi sendiri dipengaruhi dari dalam diri guru sendiri maupun dari pengaruh dari luar guru. Faktor dari dalam (intrinsik) dipengaruhi oleh hal-hal yang timbul dari dalam diri sendiri. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri sendiri yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Sumber lain menjelaskan motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang. Motivasi intrinsik adalah faktor yang dominan dalam menjalankan sesuatu khusunya adalah bekerja. Dorongan dari dalam memberikan pengaruh dalam keberhasilan dalam mencapai tujuan. Sedangkan motivasi ekstrinsik merupakan dorongan dari luar. Faktor ekstrinsik memberikan tambahan atau mendorong kemauan seseorang untuk menjadi lebih maju atau mencapai tujuan yang dikehendaki. Guru di SLB Negeri 2 Yogyakarta sebagian besar adalah Pegawai Negeri Sipil yang dilihat dari kesejahteraan cukup terpenuhi. Hal tersebut adalah salah satu faktor motivasi ekstrinsik dalam mencapai tujuan pembelajaran. Selain dorongan dari luar yang dapat digambarkan dalam kesejahteraan, maka faktor ekstrinsik akan timbul. 

Tanggung jawab akan tugas dan kewajiban sebagai guru memberikan dorongan dari dalam sehingga tujuan dari pembelajaran yang dikehendaki akan tercapai. Namun kenyataan di lapangan proses pengajaran di SLB Negeri 2 Yogyakarta kurang maksimal dalam proses pembelajaran. Proses pengajaran pada anak tunagrahita mampu didik cenderung monoton tanpa memperhitungkan aspek variatif. Di Sekolah Luar Biasa juga ditemukan masalah guru memberikan pembelajaran tanpa menggunakan alat peraga sebagai media pembelajaran. Hal tersebut bukan karena kemampuan dan pengetahuan guru dalam kegiatan mengajar, namun disebabkan faktor-faktor diluar dari kemampuan akademis guru. Sebagai bukti dengan tingkat pendidikan guru di SLB Negeri 2 Yogyakarta sebagian besar sudah sarjana, dan asumsi peneliti adalah guru sudah mampu dan mengerti tentang pembelajaran anak tuna grahita. Permasalahan di atas penting sebagai landasan peneliti untuk mengadakan penelitian khusus tentang motivasi guru terhadap pembelajaran anak tunagrahita mampu didik di SLB Negeri 2 Yogyakarta. 

Harapan dari peneliti adalah melalui aktivitas jasmani anak tunagrahita mampu didik mendapatkan pembelajaran yang baik dan terarah untuk menunjang keberhasilan dari tujuan pembelajaran itu sendiri. Penelitian ini sebagai dasar permasalahan adalah motivasi guru dalam pembelajaran anak tuna grahita. Harapan dari guru sendiri adalah memberikan pembelajaran untuk menyempurnakan gerak pada anak tunagrahita mampu didik dalam menghadapi kehidupan sehari-hari di sekolah maupun di masyarakat. Pembelajaran pada anak tunagrahita sangat penting, sehingga guru memberikan pembelajaran yang ditujukan pada anak tuna grahita sebagai dasar dalam menjalani kehidupan.