Demokrasi Terpimpin maksudnya adalah demokrasi yang berdasarkan ”Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaaan dalam permusyawaratan / perwakilan”,
namun ”terpimpin” tersebut ditafsirkan Soekarno sebagai demokrasi yang dipimpin
oleh dirinya sendiri secara mutlak dan Soekarno mendapat julukan “Pemimpin
Besar Revolusi”.
A. Keadaan Politik Pemerintahan pada Masa Demokrasi Terpimpin
Pemerintahan pada masa Presiden Soekarno memberikan kesempatan kepada PKI
dalam pemerintahan atau disebut nasakomisasi lembaga-lembaga negara seperti
DPAS, DPRGR, Front Nasional, MPRS, dan MA. PKI sangat lihai dalam memanfaatkan
lembaga-lembaga negara dan orang yang berusaha menghalangi tuntutannya akan
diserang. Kedekatan Presiden dengan PKI benar-benar dimanfaatkan oleh PKI.
Mereka berusaha terlibat dalam segala keputusan Presiden dan berusaha
menguasainya. Contohnya : PKI mendesak Presiden agar Pancasila sebagai alat
pemersatu diganti atau disingkirkan. Karena tidak setuju para wartawan membentuk
BPS ( badan pendukung Soekarnoisme), namun badan ini pada akhirnya dibubarkan
Presiden atas desakan PKI. Demikian pula TNI-AD yang sulit dipengaruhi PKI
digoyang dengan isu adanya “Dewan Jendral”. PNI sebagai partai terbesar dipecah
belah oleh PKI menjadi dua, yaitu PNI asli dan PNI Osa-Usep karena PKI berhasil
menyusup kedalam PNI. Di bidang kebudayaan PKI berhasil mendirikan LEKRA (
Lembaga Kesenian Rakyat). Kemudian sekelompok budayawan mendirikan MANIKEBU (
Manifes Kebudayaan ), namun atas desakan PKI Manikebu organisasi ini dibubarkan
oleh Pemerintah.
B. Kondisi Ekonomi pada Masa Demokrasi Terpimpin
Ada beberapa sebab ekonomi Indonesia semakin buruk, yaitu :
1. Menumpas pemberontakan PRRI/PERMESTA.
2. Adanya inflasi yang cukup tinggi ± 400.
3. Konfrontasi dengan Malaysia (Dwikora).
4. Defisit negara mencapai 7,5 miliar rupiah.
Langkah-langkah yang diambil pemerintah untuk mengatasi kondisi ekonomi dan
keuangan yang semakin buruk yaitu :
1. Mata uang bernilai nominal Rp. 500,00 didevaluasi menjadi Rp. 50,00 dan
bernilai Rp. 1.000,00 dihapuskan.
2. Semua simpanan di bank yang melebihi Rp. 25.000,00 dibekukan.
3. Tanggal 28 Maret 1963 dikeluarkan Dekon ( Deklarasi Ekonomi) untuk mencapai
ekonomi yang bersifat nasinal, demokrasi, dan bebas dari sisa-sisa
imperialisme.
Usaha-usaha tersebut mengalami kegagalan karena :
1. Penanganan ekonomi tidak rasional, lebih bersifat politis, dan tidak ada
kontrol.
2. Tidak adanya ukuran yang objektif dalam menilai suatu usaha atau hasil
orang.
Pelaksanaan Demokrasi Liberal
Demokrasi liberal (atau demokrasi konstitusional) adalah sistem politik yang
melindungi secara konstitusional hak-hak individu dari kekuasaan pemerintah.
Dalam demokrasi liberal, keputusan-keputusan mayoritas (dari proses perwakilan
atau langsung) diberlakukan pada sebagian besar bidang-bidang kebijakan
pemerintah yang tunduk pada pembatasan-pembatasan agar keputusan pemerintah
tidak melanggar kemerdekaan dan hak-hak individu seperti tercantum dalam
konstitusi. Setelah dibubarkannya RIS, sejak tahun 1950 RI Melaksanakan
demokrasi parlementer yang Liberal dengan mencontoh sistem parlementer barat,
dan masa ini disebut Masa demokrasi Liberal. Indonesia dibagi manjadi 10
Provinsi yang mempunyai otonomi dan berdasarkan Undang – undang Dasar Sementara
tahun 1950. Pemerintahan RI dijalankan oleh suatu dewan mentri ( kabinet ) yang
dipimpin oleh seorang perdana menteri dan bertanggung jawab kepada parlemen (
DPR ).
A. Keadaan Politik Pemerintahan pada Masa Demokrasi Liberal
Sistem politik pada masa demokrasi liberal telah mendorong untuk lahirnya
partai – partai politik, karena dalam system kepartaian maenganut system multi
partai. Konsekuensi logis dari pelaksanaan system politik demokrasi liberal
parlementer gaya barat dengan system multi partai yang dianut, maka partai
–partai inilah yang menjalankan pemerintahan melalui perimbangan kekuasaan
dalam parlemen dalam tahun 1950 – 1959, PNI dan Masyumi merupakan partai yang
terkuat dalam DPR, dan dalam waktu lima tahun ( 1950 -1955 ) PNI dan Masyumi
silih berganti memegang kekuasaan dalam empat kabinet. Adapun susunan kabinet
yang menjalankan roda pemerintahan pada masa demokrasi liberal, sebagai
berikut.
1. Kabinet Natsir ( 6 September 1950 – 21 Maret 1951 ).
Kabiet ini dilantik pada tanggal 7 September 1950 dengan Mohammad Natsir (
Masyumi ) sebagai perdana menteri. Kabinet ini merupakan cabinet koalisi di
mana PNI sebagai partai kedua terbesar dalam parlemen tidak turut serta, karena
tidak diberi kedudukan yang sesuai. Kabinet ini pun sesungguhnya merupakan kabinet
yang kuat pormasinya di mana tokoh – tokoh terkenal duduk di dalamnya, seperti
Sri Sultan Hamengkubuwono IX,Mr.Asaat,Ir.Djuanda, dan Prof Dr. Soemitro
Djojohadikoesoemo,sehingga cabinet ini merupakan Zaken Kabinet.
Program Kabinet ini yang penting di antaranya meliputi:
a. mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan umum untuk Konstituante;
b. mencapai konsolidasi dan penyempurnaan susunan pemerintahan serta membentuk
peralatan negara yang kuat dan daulat;
c. menggiatkan usaha keamanan dan ketentraman;
d. menyempurnakan organisasi Angkatan perang dan pemulihan bekas – bekas
anggota tentara dan gerilya dalam masyarakat;
e. memperjuangkan penyelesaian soal Irian Barat secepatnya;
f. mengembangkan dan memperkokoh kesatuan ekonomi rakyat sebagai dasar bagi
pelaksanaan ekonomi nasional yang sehat;
g. membantu pembangunan perumahan rakyat serta memperluas usaha – usaha
meninggikan derajat kesehatan dan kecerdasan rakyat;
Kegagalan menyelaskan masalah Irian Barat dan pencabutan PP No.39/ 1950
tentara DPRS dan DPRDS yang dianggap menguntungkan Masyumi telah menimbulkan
adanya mosi – mosi tidak kembali kekuasaan / mandatnya kepada Presiden.
2. Kabinet Soekiman ( 27 April 1951 – 3 April 1952 )
Setelah jatuhnya kabinet Natsir, Presiden Soekarno menunjukan Sidik Djojosukatro
( PNI ) dan Soekiman Wijosandjojo ( Masyumi ) sebagai formatur dan berhasil
membentuk kabinet koalisi dari Masyumi dan PNI. Kabinet ini terkenal dengan
nama Kabinet Soekiman ( Masyumi )- Soewirjo ( PNI ) yang dipimpin oleh
Soekiman, tetapi kabinet ini tidak berumur panjang akibat ditandatanganinya
persetujuan bantuan ekonomi dan persenjataan dari Amerika Serikat kepada
Indonesia atas dasar Mutual Security Act ( MSA ). Peretujuan ini menimbulkan
tafsiran bahwa Indonesia telah memasuki Blok Barat, yang berarti bertentangan
dengan prinsip dasar politik luar negri Indonesia yang bebas aktif, jatuhlah
Kabinet Soekiman. Adapun program kabinet Soekiman sebagai berikut.
a) Bidang keamanan, menjalankan tindakan – tindakan yang tegas sebagai negara
hukum untuk menjamin keamanan dan ketentraman.
b) Sosial – ekonomi, mengusahakan kemakmuran rakyat secepatnya dan memperbaruhi
hukum agraria agar sesuai dengan kepentingan petani. Juga mempercepat usaha
penempatan bekas pejuang di lapangan usaha.
c) Mempercepat persiapan – persiapan pemilihan umum.
d) Di bidang politik luar negri: menjalankan politik luar negri secara bebas –
aktif serta memasukkan Irian Barat ke dalam wilayah RI secepatnya.
e) Di bidang hukum, menyiapkan undang – undang tentang pengakuan serikat buruh,
perjanjian kerja sama,penetapan upah minimum,dan penyelesaian pertikaian buruh.
3. Kabinet Wilopo ( 3 April 1952 – 3 Juni 1953 ).
Pada tanggal 1 Maret 1952, Presiden Soekarno menunjukan Sidik Djojosukarto (
PNI ) dan Prawoto Mangkusasmito ( M asyumi ) menjadi formatur, namun gagal.
Kemudian menunjuk Wilopo dari PNI sebagai formatur. Setelah bekerja selama dua
minggu berhasil dibentuk kabinet baru di bawah pimpinan Perdana Mentari
Wilopo,sehingga bernama kabinet Wilopo. Adapun program dari kabinet ini terutama
ditunjukan pada persiapan pelaksaan pemilihan umum unutuk konstituante, DPR dan
DPRD, kemakmuran, pendidikan rakyat, dan keamananan. Sedang program luar negri
terutama ditunjukan pada penyelesaian masalah hubungan Indonesia – Belanda dan
pengembalian Irian Brat ke Indonesia serta menjalankan politik luar negri bebas
– aktif menuju perdamaian dunia.
Kabinet Wilopo berusaha menjalankan program itu dengan sebaik –baiknya, tetapi
kesukaran – kesukaran yang dihadapi sangat banyak. Di antaranya timbulnya provinsialisme
dan bahkan menuju separatisme yang harus diselesaikan dengan segera.di beberapa
tempat,terutama di Sumatera dan Sulawesi timbul rasa tidak puas terhadap
pemerintahan pusat. Alasan yang terutama adalah kekecewaan karena tidak
seimbangnya alokasi keuangan yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintahan daerah. Daerah merasa bahwa sumbangan yang mereka berikan kepada
pusat hasil ekspor lebih besar dari pada yang dikembalikanke daerah.Mereka juga
menuntut diperluasanya hak otonomi daerah. Timbul pula perkumpulan –
perkumpulan yang berlandaskan semangat kedaerahan seperi, paguyuban Daya Sunda
di Bndung dan Gerakan Pemuda federal Republik Indonesia di Makassar.
Keadaan ini sudah tentu membahayakan bagi kehidupan negara kesatuan dan
merupakan langkah mundur dari Sumpah Pemuda 1928. kemudian pada tanggal 17
Oktober 1952 timbul soal dalam angkatan darat yang terkenal dengan nama
peristiwa17 Oktiber. Peristiwa ini dimulai dengan perdebatan sengit di DPR
selama berbulan – bulan mengenai masalah pro dan kontra kebijaksanaan Menteri
pertahanan dan pimpinan angkatan darat.
Aksi dari para kaum politisi itu akhirnya menimbulkan reaksi yang keras dari
pihak angkatan darat.aksi ini diikuti dengan penangkapan enam orang anggota
parlemen dan pemberangsungan surat kabar dan demokrasi – demokrasi pembubaran
parlemen.akibatnya kabinet menjadai goyah.kabinet yang sudah goyah semakin
goyah karena soal tanah di Sumatera Timur yang terkenal dengan nama peristiwa
Tanjungan Morawa. Peristiwa ini terjadi akibat pengusiran penduduk yang
mangarap tanah perkebunan yang sudah lama ditinggalkan dengan kekerasaan oleh
aparat kepolisian. Sementara pendudukan sudah terkena hasutan kader – kader
komunis sehingga menolak untuk pergi, maka terjadilah bentrokan senjata dan
memakan korban. Peritiwa ini mendarat sorotan tajam dan emosional dari
masyarakat, sehingga meluncurlah mosi tidak percaya dari sidik kertapati,
sarekat tani indonesia ( sakti ) dan akjirnya pada tanggal 2 juni 1952, wilopo
menyerahkan kembali mandatnya kepada presiden.
4. Kabinet Ali II [ 31 Juli 1954-24 Juli 1955 ].
Kabinet keempat adalah kabinet Ali Sastroamidjojo,yang terbentuk pada
tanggal 31 juli 1953. betapapun kabinet ini tanpa dukungan masyumi, namun
kabinet Ali ini mendapat dukungan yang cukup banyak dari berbagai partai yang
diikutsertakan dalam kabinet, termasuk partai baru NU. Kabinet Ali ini dengan
Wakil perdana Menteri Mr. Wongsonegoro ( partai Indonesia Raya PIR ).Kabinet
ini dikenal dengan nama kabinet Ali – Wongso. Program kabinet adalah:
a. Dalam negri mencangkup soal keamanan,pemilihan umum,kemakmuran dan keuangan
negara,perburuh dan perundang – undangan.
b. Pengembalian Irian barat.
c. Politik luar negri bebas aktif.
Gangguan keamanan dalam negri masih ada,namun dalam masa ini dapat
dilaksanakan konferensi Asia Afrika I.. konferensi asia afrika I ini
disenggarakan di bandung pada tanggal 18-24 April 1955.konferensi dihadiri oleh
29 negara – negara Asia – Afrika,terdiri 5 negara pengundang dan 24 negara yang
diundang.KAA I itu ternyata memilikipengaruh dan arti penting dagi solidaritas
dan perjuangan kemerdekaan bangsa – bangsa Asia – Afrika dan juga membawa
akibat yang lain, seperti :
a. Berkurangnya ketegangan dunia.
b. Australia dan Amerika mulai berusaha menghapuskan politik rasdiskriminasi di
negaranya.
c. Belanda mulai repot menghadapi blok afro- asia di PBB, karena belanda masih
bertahan di Irian Barat.
Konferensi Asia – Afrika I ini menghasikan beberapa kesepakatan yaitu :
Basic peper on Racial Discrimination dan basic peper on Radio Activity.
Kesepakatan yang lain terkenal dengan dasa sila bandung, dengan terlaksananya
Konferensi Asia Afrika I merupakan prestasi tersendiri bagi bangsa indonesia.
B. Kondisi Ekonomi pada Masa Demokrasi Liberal
Meskipun Indonesia telah merdeka tetapi Kondisi Ekonomi Indonesia masih
sangat buruk. Upaya untuk mengubah stuktur ekonomi kolonial ke ekonomi nasional
yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia berjalan tersendat-sendat.
Faktor yang menyebabkan keadaan ekonomi tersendat adalah sebagai berikut.
1. Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember 1949,
bangsa Indonesia menanggung beban ekonomi dan keuangan seperti yang telah
ditetapkan dalam KMB. Beban tersebut berupa hutang luar negeri sebesar 1,5
Triliun rupiah dan utang dalam negeri sejumlah 2,8 Triliun rupiah.
2. Defisit yang harus ditanggung oleh Pemerintah pada waktu itu sebesar 5,1
Miliar.
3. Indonesia hanya mengandalkan satu jenis ekspor terutama hasil bumi yaitu
pertanian dan perkebunan sehingga apabila permintaan ekspor dari sektor itu
berkurang akan memukul perekonomian Indonesia.
4. Politik keuangan Pemerintah Indonesia tidak di buat di Indonesia melainkan
dirancang oleh Belanda.
5. Pemerintah Belanda tidak mewarisi nilai-nilai yang cukup untuk mengubah
sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.
6. Belum memiliki pengalaman untuk menata ekonomi secara baik, belum memiliki
tenaga ahli dan dana yang diperlukan secara memadai.
7. Situasi keamanan dalam negeri yang tidak menguntungkan berhubung banyaknya
pemberontakan dan gerakan sparatisisme di berbagai daerah di wilayah Indonesia.
8. Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran
pemerintah untuk operasi-operasi keamanan semakin meningkat.
9. Kabinet terlalu sering berganti menyebabakan program-program kabinet yang
telah direncanakan tidak dapat dilaksanakan, sementara program baru mulai
dirancang.
10. Angka pertumbuhan jumlah penduduk yang besar.
Masalah jangka pendek yang harus dihadapi pemerintah adalah :
1. Mengurangi jumlah uang yang beredar
2. Mengatasi Kenaikan biaya hidup.
Sementara masalah jangka panjang yang harus dihadapi adalah :
1. Pertambahan penduduk dan tingkat kesejahteraan penduduk yang rendah.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/02/sistem-politik-dan-ekonomi-indonesia-pada-masa-demokrasi-liberal-dan-terpimpin/
artikel terkait :
Demokrasi Terpimpin
Sistim Demokrasi Liberal di Indonesia
Indonesia di Era Sistem Demokrasi Liberal (1945-1959)
Demokrasi liberal
Sinopsis Sejarah Indonesia
Sejarah Perekonomian Indonesia
Sejarah Lokal
KOLONIALISME, IMPERIALISME, MERKANTILISME, KAPITALISME, dan REVOLUSI INDUSTRI
Sejarah Indonesia (1945–1949)
Sejarah Indonesia (1950-1959)
Sejarah Indonesia (1966-1998)
artikel terkait :
Demokrasi Terpimpin
Sistim Demokrasi Liberal di Indonesia
Indonesia di Era Sistem Demokrasi Liberal (1945-1959)
Demokrasi liberal
Sinopsis Sejarah Indonesia
Sejarah Perekonomian Indonesia
Sejarah Lokal
KOLONIALISME, IMPERIALISME, MERKANTILISME, KAPITALISME, dan REVOLUSI INDUSTRI
Sejarah Indonesia (1945–1949)
Sejarah Indonesia (1950-1959)
Sejarah Indonesia (1966-1998)