1.1.1 Al-Ghazali / 1050-1111 M (Tahafutut
al-Falasifah)
Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali
ath-Thusi asy-Syafi’i (lahir 1058 di Thus, Propinsi Khurasan, Persia (Iran),
wafat 1111, Thus) adalah seorang filosof dan teolog muslim Persia, yang dikenal
sebagai Algazel di dunia Barat abad Pertengahan.
Pokok pemikiran dari al-Ghozali adalah tentang
Tahafutu al-falasifah (kerancuan berfilsafat) dimana al-Ghazali menyerang para
filosof-filosof Islam berkenaan dengan kerancuan berfikir mereka. Tiga
diantaranya, menurut al-Ghazali menyebabkan mereka telah kufur, yaitu tentang :
Qadimnya Alam, Pengetahuan Tuhan, dan Kebangkitan jasmani.
Pemikiran al-Ghazali mengenai pendidikan adalah
proses memanusiakan manusia sejak kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui
berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara
bertahap, dimana proses pengajaran tersebut menjadi tanggung jawab orang tua
dan masyarakat menuju pendekatan diri kepada Allah, sehingga menjadi manusia
yang sempurna.
Batas awal berlangsungnya pendidikan menurutnya
sejak bersatunya sperma dan ovum sebagai awal kejadian manusia. Sedangkan batas
akhir pendidikan itu orang yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu berserikat
pada kebajikan dan manusia lain adalah bodoh dan tak bermoral.
1.1.2 Suhrawardi / 1158-1191 M
(Isyraqiyah / Illuminatif)
Pokok pemikiran Suhrawardi adalah tentang teori
emanasi, ia berpendapat bahwa sumber dari segala sesuatu adalah Nuur An-Nuur
(Al-Haq) yaitu Tuhan itu sendiri. Yang kemudian memancar menjadi Nuur al-Awwal,
kemudian memancar lagi mejadi Nuur kedua, dan seterusnya hingga yang paling
bawah (Nur yang semakin tipis) memancar menjadi Alam (karena semakin gelap
suatu benda maka ia semakin padat).
Pendapatnya yang kedua adalah bahwa sumber dari
Ilmu dan atau kebenaran adalah Allah, alam dan Wahyu bisa dijadikan sebagai
perantara (ilmu) oleh manusia untuk mengetahui keberadaan Allah. Sehingga
keduanya, antara Alam dan Wahyu adalah sama-sama sebagai ilmu.
1.1.3 Ibnu Khaldun (1332 M-1406 M)
Abdurrohman Ibn Khaldun (1332 M-1406 M), lahir di
Tunisia, adalah sosok pemikir muslim legendaris. Khaldun membuat karya tentang
pola sejarah dalam bukunya yang terkenal: Muqaddimah, yang dilengkapi dengan
kitab Al-I’bar yang berisi hasil penelitian mengenai sejarah bangsa Berber di
Afrika Utara. Dalam Muqaddimah itulah Ibnu Khaldun membahas tentang filsafat
sejarah dan soal-soal prinsip mengenai timbul dan runtuhnya negara dan
bangsa-bangsa.
Dalam mempertautkan sejarah dengan filsafat, Ibnu
Khaldun tampaknya ingin mengatakan bahwa sejarah memberikan kekuatan intuisi
dan inspirasi kepada filsafat, sedangkan filsafat menawarkan kekuatan logika
kepada sejarah. Dengan begitu, seorang sejarawan akan mampu memperoleh hasil
yang relatif valid dari proses penelitian sejarahnya, dengan dasar logika
kritis.
Dasar sejarah filsafatnya adalah :
1) Hukum sebab akibat yang
menyatakan bawa semua peristiwa, termasuk peristiwa sejarah, berkaitan satu
sama lain dalam suatu rangkaian hubungan sebab akibat.
2) Bahwa kebenaran bukti sejarah tidak
hanya tergantung kepada kejujuran pembawa cerita saja akan tetapi juga kepada
tabiat zaman. Karena hal ini para cendekiawan memberinya gelar dan titel
berdasarkan tugas dan karyanya serta keaktifannya di bidang ilmiah: 1). Sarjana
dan filosof besar, 2). Ulama Islam,3. Sosiolog, 4. Pedagang, 5. Ahli sejarah,
6.Ahli Hukum, 7. Politikus, 8. Sastrawan Arab, 9. Administrator dan organisator
1.1.4 Al-Kindi (806-873 M)
Al-Kindi Nama lengkapnya Abu Yusuf Ya’qub ibn
Ishaq ibn Sabbah ibn Imran ibn Ismail al-Ash‘ats bin Qais al-Kindi. Ia seorang
filosof muslim yang pertama. Kindah adalah salah satu suku Arab yang besar
pra-Islam. Kakeknya Al-Ash’ats ibn Qais, memeluk Islam dan dianggap sebagai
salah seorang sahabat Nabi SAW. Al-Ash’ats bersama beberapa perintis muslim
pergi ke kufah, tempat ia dan keturunannya mukim. Ayahnya adalah Ishaq
al-Sabbah menjadi gubernur Kufah selama kekhalifahan Abbasiyah al-Mahdi dan
al-Basyid. Kemungkinan besar al-Kindi lahir pada tahun 185 H / 801 M.
Menurut al-Kindi filsafat hendaknya diterima
sebagai bagian dari kebudayaan Islam, oleh karena itu para sejarawan Arab awal
menyebutnya “filosof Arab”. Menurutnya batasan filsafat yang ia tuangkan dalam
risalahnya tentang filsafat awal adalah “filsafat” adalah pengetahuan tentang
hakekat segala sesuatu dalam batas-batas kemampuan manusia, karena tujuan para
filosof dalam berteori ialah mencapai kebenaran dan dalam prakteknya ialah
menyesuaikan dengan kebenaran.
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah :
Relevansi agama dan filsafat, fisika dan metafisika (hakekat Tuhan bukti adanya
Tuhan dan sifat-sifatNya), Roh (Jiwa), dan Kenabian.
1.1.5 Abu Bakar Ar-Razi (865-925 M)
Nama lengkapnya adalah abu bakar muhammad ibn
zakaria ibn yahya al-razi. Di barat dikenal dengan Rhazes. Ia lahir di Ray
dekat Teheran pada 1 Sya’ban 251 H (865 M.
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah :
Akal dan agama (penolakan terhadap kenabian dan wahyu), prinsip lima yang
abadi, dan hubungan jiwa dan materi.
1.1.6 Al-Farabi (870-950 M)
Al-Farabi Nama lengkapnya Abu Nash al-Farabi,
lahir pada tahun 258 H / 870 M di Farab, meninggal pada tahun 339 H / 950 M.
Sejarah mencatatnya sebagai pembangun agung sistem filsafat, dimana ia telah
membaktikan diri untuk berfikir dan merenung, menjauh dari kegiatan politik,
gangguan dan kekisruhan masyarakat.
Al-Farabi adalah seorang yang logis baik dalam
pemikiran, pernyataan, argumentasi, diskosi, keterangan dan penalarannya.
Unsur-unsur penting filsafatnya adalah :
1) Logika, 2) Kesatuan filsafat,
3) Teori sepuluh kecerdasan, 4) Teori tentang akal, 5) Teori
tentang kenabian, 6) Penafsiran atas al-Qur’an.
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah :
kesatuan filsafat, metafisika (hakekat Tuhan), teori emanasi, teori edea,
Utopia jiwa (akal), dan teori kenabian.
1.1.7. Ibnu
Maskawih (932-1020 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad Ibn Muhammad
Ibn Ya’qub Ibn Miskawih. Ia lahir di kota Ray (Iran) pada 320 H (932 M) dan
wafat di Asfahan pada 9 safar 421 H (16 Februari 1030 M).
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah :
filsafat akhlaq, dam filsafat jiwa.
1.1.8. Ibnu Shina
(980-1037 M)
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai
Avicenna di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan juga dokter
kelahiran Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan).
Ibnu Sina bernama lengkap Abū ‘Alī al-Husayn bin
‘Abdullāh bin Sīnā (Persia ابوعلى سينا Abu Ali Sina atau dalam tulisan arab :
أبو علي الحسين بن عبد الله بن سينا). Ibnu Sina lahir pada 980 di Afsyahnah
daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia), dan
meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah :
fisika dan metafisika, filsafat emanasi, filsafat jiwa (akal), dan teori
kenabian.
1.2. Filsafat
Islam Di Dunia Islam Barat
1.2.1. Ibnu Bajjah
(1082-1138 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Bakar Muhammad Ibn
Yahya Ibn Al-Sha’igh Al-Tujibi Al-Andalusi Al-Samqusti Ibn Bajjah. Ibn
bajjah dilahirkan di Saragossa, andalus pada tahun 475 H (1082 M).
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah :
metafisika, teori pengetahuan, filsafat akhlaq, dan Tadbir al-mutawahhid
(mengatur hidup secara sendiri).
1.2.2. Ibnu Tufail
(1082-1138 M)
Nama lengkapnya adalah abu bakar Muhammad Ibn Abd
Al-Malik Ibn Muhammad Ibn Muhammad Ibn Thufail Al-Kaisyi. Di barat dikenal
dengan abu bacer. Ia dilahirkan di guadix, 40 mil timur laut Granada pada 506 H
(1110 M) dan meninggal di kota Marraqesh, Marokko pada 581 H (1185 M).
Pemikiran filsafatnya berikisar tentang masalah :
percikan filsafat, dan kisah hay bin yaqadhan.
1.2.3. Ibn Rusyd
520 H/1134 M (Teori Kebenaran Ganda)
Ibnu Rusyd (Ibnu Rushdi, Ibnu Rusyid, 1126 –
Marrakesh, Maroko, 10 Desember 1198) dalam bahasa Arab ابن رشد dan dalam bahasa
Latin Averroes, adalah seorang filsuf dari Spanyol (Andalusia).
Salah satu Pemikiran Ibn Rusyd adalah ia membela
para filosof dan pemikiran mereka dan mendudukkan masalah-masalah tersebut pada
porsinya dari seranga al-Ghazali.Untuk itu ia menulis sanggahan berjudul
Tahafut al-Tahafut. Dalam buku ini Ibn Rusyd menjelaskan bahwa sebenarnya
al-Ghazalilah yang kacau dalam berfikirnya.
1.3 Filsafat Islam Setelah Ibnu Rushdi
1.3.1. Nashirudin
Thusi
Thusi, nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad
Ibn Muhammad Al-Hasan Nashir Al-Din Al-Thuai Al-Muhaqqiq. Ia lahir pada 18
Februari 1201 M / 597 H di Thus, sebuah kota di Khurasan.
Diantara filsafatnya adalah tentang metafisika,
jiwa, moral, politik, dan kenabian.
1.3.2. Shuhrawardi
al-Maqtul
Nama lengkapnya adalah Syeikh Shihab Al-Din Abu
Al-Futuh Yahya Ibn Habasy Ibn Amirak Al-Suhrawardi, ia dilahirkan di suhraward,
Iran barat laut, dekat zan-jan pada tahun 548 H atau 1153 M.
Diantara filsafatnya adalah tentang metafisika
dan cahaya, epistimologi, kosmologi, dan psikologi.
1.3.3. Mulla shadra
Nama lengkapnya Muhammad Ibn Ibrahim Yahya Qawami
Siyrazi, sering disebut shadr al-din al-sirazi atau akhund mulla shadra.
Dikalangan murid-muridnya diokenal dengan shadr al-mutti’allihin. Ia dilahrikan
di syiraz pada tahun 979 H/980 H atau 1571 /1572 M dari sebuah keluarga
terkenal lagi berpengaruh.
Diantara filsafatnya adalah tentang metafisika,
epistimologi, dan fisika.
1.3.4. Muhammad
Iqbal
Dr.Muhammad Iqbal dilahirkan di Sialkot, Wilayah
Punjab (pakistan barat) pada tahun 1877. Iqbal berasal dari keluarga Brahma
Kashmir, tetapi nenek moyang Muhammad Iqbal telah memeluk islam 200 tahun
sebelum Ia dilahirkan. Ayah muhammad Iqbal, Nur Muhammad adalah penganut islam
yang taat dan cenderung ke pada ilmu tasawuf
1.3.3. Sayyid Ahmad
Khan
Dia adalah seorang pendekar besar nasionalisme
dan ia berpendapat bahwa Islam adalah agama akal. Ia menolak segala hal dalam
agama yang bertentangan dengan fakta-fakta ilmu pengetahuan yang sudah terbukti
kebenarannya.
Pada waktu itu golongan muslim menolak belajar
bahasa Inggris, dan mereka menganggap sebagai murtad untuk belajar di
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang didirikan oleh bangsa Inggris.
Sehingga pendidikan mereka jauh tertinggal dari golongan Hindu yang memenuhi
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi Inggris dan mengejar pengetahuan modern
dengan penuh semangat.
Maka dengan adanya hal itu Ahmad Khan punya tugas
yang sulit yaitu
1. Ia harus meyakinkan bangsa Inggris bahwa golongan muslim itu tidak loyal
2. Ia harus membujuk golongan muslim agar belajar bahasa Inggris dan melengkapi dirinya dengan pengetahuan modern
1. Ia harus meyakinkan bangsa Inggris bahwa golongan muslim itu tidak loyal
2. Ia harus membujuk golongan muslim agar belajar bahasa Inggris dan melengkapi dirinya dengan pengetahuan modern
Dengan tugas ini maka ia berusaha menghilangkan
antipati golongan muslim terhadap bahasa Inggris dan pengetahuan modern melalui
pidatonya dan dengan jalan mendirikan Aligarh School yang menjadi Aligarh
University,
1.4.Kesimpulan
Setelah melihat uraian yang ada diatas, dapat
disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia yang tidak
luput dari ilmu pengetahuan yang tumbuh melalui akal pikiran, sehingga tercapai
sesuatu yang diinginkan dan tidak mengandalkan dari keturunannya untuk dapat
meraih cita-citanya. Dengan pemikirannya itu misalnya Ibnu Sina menemukan ilmu
kedokterannya
http://hbis.wordpress.com/2011/06/20/filsafat-pada-abad-pertengahan/.
ARTIKEL TERKAIT :
Sejarah Kedatangan ISlam Di Indonesia
SEJARAH ISLAM DI INDONESIA
filsafat islam di dunia islam timur
KERAJAAN-KERAJAAN INDONESIA YANG BERCORAK ISLAM
ARTIKEL TERKAIT :
Sejarah Kedatangan ISlam Di Indonesia
SEJARAH ISLAM DI INDONESIA
filsafat islam di dunia islam timur
KERAJAAN-KERAJAAN INDONESIA YANG BERCORAK ISLAM