Setiap siswa pasti mendambakan dapat memperoleh nilai baik di
sekolah. Nilai baik tersebut tidak diperoleh begitu saja secara cuma-cuma.
Siswa harus menguasai mata pelajaran yang dipelajari sehingga mudah menjawab
soal pada saat ujian mata pelajaran. Oleh karena itu, proses belajar yang
efektif dapat membantu siswa memperoleh nilai baik. Cara
belajar efektif di sekolah di antaranya adalah dengan melakukan beberapa tips
berikut di bawah ini.
Pertama, berdoa sebelum memulai belajar di kelas.
Dengan berdoa berarti kita telah memfokuskan niat dalam hati untuk
belajar di sekolah sehingga saat di sekolah perilaku kita tidak menyimpang
kepada hal-hal yang tidak baik atau bahkan hal negatif. Doa juga sangat
bermanfaat bagi siswa karena dengan berdoa maka siswa telah menyerahkan
segalanya kepada Tuhan YME dan memohon akan hasil terbaik atas segala tindakan
yang dilakukannya di sekolah.
Kedua, datang tepat waktu ke sekolah.
Hal ini harus dibiasakan sedini mungkin karena tidak sedikit siswa
yang memiliki kebiasaan datang terlambat ke sekolah. Datang terlambat dapat
berdampak kurang baik bagi siswa dan juga guru atau teman sekelas siswa. Hal
ini karena ketika siswa datang terlambat maka dia sudah ketinggalan beberapa
materi mata pelajaran yang sedang diterangkan guru dan juga siswa sudah
mengganggu kegiatan belajar mengajar di kelas.
Ketiga, perhatikan guru ketika menerangkan di depan kelas.
Tidak jarang kata-kata seorang guru mengandung ilmu pengetahuan tak
tersurat yang sangat berguna sebagai sumber pengetahuan siswa.
Keempat, aktif pada saat proses belajar mengajar di kelas.
Dalam hal ini siswa selain mendengarkan guru yang sedang
menerangkan, dia juga bisa ikut aktif dalam menyampaikan pendapat atau gagasan
mengenai suatu materi pelajaran. Siswa juga dapat menanyakan secara langsung
kepada guru bahan pelajaran apa saja yang tidak dimengerti atau tidak
diketahuinya. Dengan demikian, siswa akan memiliki ingatan lebih kuat tentang
materi pelajaran dan juga melatih kemampuan berkomunikasi di depan umum.
Kelima, berteman dengan teman-teman yang memiliki semangat belajar
yang tinggi.
Dalam hal ini bukan berarti siswa memilih-milih teman di sekolah
tetapi diharapkan mampu menganali kondisi di mana dia belajar sehingga bisa
memutuskan mana yang akan membuatnya lebih maju atau lebih mundur. Dengan
demikian jangan sampai siswa terbawa ke dalam pergaulan yang merugikan.
Keenam, mengumpulkan bahan mata pelajaran, baik buku catatan, buku
paket, buku LKS, buku soal dan pembahasan, modul, artikel pendidikan dan lain
sebagainya.
Semakin lengkap sumber belajar yang dimiliki siswa maka akan semakin
banyak pula ilmu yang akan diperolehnya. Hal ini akan berguna bagi siswa saat
diselenggaraknnya ujian mata pelajaran karena siswa memiliki pengetahuan yang
banyak tentang mata pelajarang yang diujikan.
Ketujuh, memanfaatkan jam pelajaran kosong atau waktu senggang di
sekolah.
Siswa dapat mengunjungi perpustakaan dan membaca berbagai jenis buku
yang bermanfaat baginya. Selain itu, siswa juga dapat mengadakan diskusi yang
berkaitan dengan mata pelajaran atau bahkan belajar bersama sehingga teman yang
lebih pintar dapat membantu teman lain yang belum mengerti.
Kedelapan, hindari bertindak curang saat ujian, misalnya menyontek.
Hal ini akan berdampak buruk bagi pola pikir siswa dan bila
dilakukan secara terus-menerus, akan menjadi kebiasaan buruk yang sulit
ditinggalkan. Dengan menyontek berarti siswa telah memililki rasa tidak percaya
diri akan kemampuannya dan membangun sikap bergantung kepada orang lain. Selain
itu, menyontek dapat menimbulkan sikap malas belajar. Oleh karena itu siswa
tidak akan pernah menguasai ilmu pengetahuan yang diperlukanhnya di masa yang
akan datang.
Kesembilan, menjaga kondisi tubuh agar tetap sehat dan bugar.
Kondisi tubuh yang sehat sangat sangat berpengaruh terhadap segala
aktifitas yang siswa lakukan. Dengan kondisi yang sehat pula siswa akan
memiliki konsentrasi yang tinggi dan semangat belajar yang besar dalam
menghadapi kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Selain tips belajar di atas, anda juga dapat melakukan hal lainnya
selama kegiatan tersebut memperlancar proses belajarnya di sekolah. Semoga cara
belajar efektif di atas dapat membantu anda dalam menghadapi kegiatan belajar
mengajar di sekolah dengan baik
Pengelolaan
KBM di kelas dan di luar kelas meliputi pengelolaan tempat
belajar/ruang
kelas, pengelolaan siswa, pengelolaan kegiatan pembelajaran,
pengelolaan
materi pembelajaran, pengelolaan sumber belajar, dan
pengelolaan
strategi dan evaluasi kegiatan pembelajaran.
A.
Pengelolaan Tempat Belajar
Tempat belajar
seperti ruang kelas yang menarik merupakan hal yang
sangat
disarankan dalam PAKEM (Pendekatan Pembelajaran yang Aktif,
Kreatif,
Efektif, dan Menyenangkan). Hasil pekerjaan siswa sebaiknya
dipajangkan
untuk memenuhi ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil
pekerjaan yang
dipajangkan diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja
lebih baik dan
menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan
dapat berupa
hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok.
Pajangan dapat
berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi,
karangan, dan
sebagainya. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan
hasil pekerjaan
siswa, dan ditata dengan baik, dapat membantu guru
dalam KBM
karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu
masalah.
Pengelolaan
tempat belajar meliputi pengelolaan beberapa benda/
objek yang ada
dalam ruang belajar seperti meja-kursi, pajangan
sebagai hasil
karya siswa, perabot sekolah, atau sumber belajar yang
ada di kelas.
Pengelolaan meja-kursi dapat disusun secara kelompok,
bentuk u,
atau bentuk berjajar atau secara berbaris. Susunan ini
bergantung
strategi yang akan digunakan dan tujuan yang akan
dicapai.
Namun, jika menginginkan intensitas interaksi antarsiswa
yang tinggi,
disarankan untuk tidak menggunakan bentuk berjajarberbaris.
BAGAIMANA
MENGELOLA KBM
YANG
EFEKTIF?
B.
Pengelolaan Siswa
Biasanya,
pengelolaan siswa dilakukan dalam beragam bentuk seperti
individual,
berpasangan, kelompok kecil, atau klasikal. Beberapa
pertimbangan
perlu diperhitungkan sewaktu melakukan pengelolaan
siswa. Antara
lain jenis kegiatan, tujuan kegiatan, keterlibatan siswa,
waktu belajar,
dan ketersediaan sarana/prasarana. Hal yang sangat
penting perlu
diperhitungkan adalah keberagaman karakteristik siswa.
Guru harus
memahami bahwa setiap siswa memiliki karakter yang
berbeda-beda.
Untuk itu, perlu dirancang kegiatan belajar mengajar
dengan suasana
yang memungkinkan setiap siswa memperoleh peluang
sama untuk
menunjukkan dan mengembangkan potensinya. Berikut
ini beberapa
contoh perbedaan karakteristik masing-masing siswa.
Tabel 1:
Faktor Keberagaman karekteristik siswa
Isi (by
content)
Minat dan
motivasi
siswa (by
interest)
Kecepatan
tahapan
belajar (by
pace)
Tingkat
kemampuan
Faktor
Keberagaman
Memberikan
peluang kepada siswa untuk
mempelajari
materi yang berbeda dalam sasaran
kompetensi
yang sama ataupun berbeda.
Memberikan
peluang kepada siswa untuk
berkreasi
sesuai dengan minat dan motivasi
belajar
terlepas dari kompetensi yang sama atau
berbeda. Hal
ini diharapkan mampu memacu
motivasi siswa
untuk belajar lebih lanjut secara
mandiri.
Memberikan
peluang kepada siswa untuk belajar
(bekerja)
sesuai dengan kecepatan belajar yang
dimilikinya.
Keberagaman bisa pada kompetensi
dan/atau isi
materi pelajaran, serta kegiatan yang
dilakukan
siswa.
Memberikan
peluang kepada setiap siswa untuk
mencapai
kompetensi secara maksimal sesuai
dengan tingkat
kemampuan yang dimiliki.
Keberagaman
bisa pada kompetensi dan/atau isi
materi
pelajaran serta kegiatan yang dilakukan
siswa.
Pengelolaan
Siswa
C.
Pengelolaan Kegiatan Pembelajaran
Dalam
mengelola kegiatan pembelajaran, guru perlu merencanakan tugas
dan alat
belajar yang menantang, pemberian umpan balik, dan
penyediaan
program penilaian yang memungkinkan semua siswa mampu
‘unjuk
kemampuan/mendemonstrasikan kinerja (performance)’ sebagai
hasil belajar.
Inti dari penyediaan tugas menantang ini adalah penyediaan
seperangkat
pertanyaan yang mendorong siswa bernalar atau melakukan
kegiatan
ilmiah. Para ahli menyebutkan jenis pertanyaan ini sebagai
‘pertanyaan
produktif’. Karena itu, dalam pengelolaan kegiatan
pembelajaran
ini guru perlu memiliki kemampuan merancang
pertanyaan
produktif dan mampu menyajikan pertanyaan sehingga
memungkinkan
semua siswa terlibat baik secara mental maupun secara
fisik. Dengan
demikian, sedikitnya ada tiga hal strategis yang perlu
dikuasai guru
dalam pengelolaan kegiatan pembelajaran yaitu,
Reaksi yang
diberikan
siswa (by
respond).
Siklus cara
berpikir (by
circular
sequence)
Waktu (by
time)
Pendekatan
pembelajaran (by
teaching
style)
Faktor
Keberagaman
Memberikan
kesempatan atau peluang kepada
siswa untuk
menunjukkan respon melalui
presentasi/menyajikan
hasil karyanya secara lisan,
tertulis,
benda kreasi, dan sebagainya.
Memberikan
kesempatan kepada setiap siswa
untuk
menguasai materi melalui cara-cara
berdasarkan
perspektif yang mereka pilih
Struktur
pengetahuan (by structure)
Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk
memilih
(menyeleksi) materi berdasarkan cara
yang dikuasai,
misal: dari yang mudah ke sulit,
dari yang
diketahui ke yang tidak diketahui, dari
dekat ke jauh
Memberikan
perhatian kepada setiap individu
siswa yang
kemungkinannya memiliki perbedaan
durasi untuk
mencapai ketuntasan dalam belajar
Memberikan
perlakuan yang berbeda kepada
setiap
individu sesuai dengan keadaan siswa.
Pengelolaan
Siswa
Bagaimana
Mengelola KBM Yang Efektif?
Kegiatan
Belajar Mengajar yang Efektif
penyediaan
pertanyaan yang mendorong berpikir dan berproduksi,
penyediaan
umpan balik yang bermakna, dan penyediaan penilaian yang
memberi
peluang semua siswa mampu melakukan unjuk-perbuatan.
•
Penyediaan Pertanyaan yang Mendorong Siswa Berpikir dan
Berproduksi
Alat mengajar
yang paling murah tetapi ampuh adalah bertanya.
Pertanyaan
dapat membuat siswa berpikir. Apa tujuan Saudara
sebagai guru
bertanya kepada siswa?
Jika salah
satu tujuan mengajar adalah mengembangkan potensi
siswa untuk
berpikir, maka tujuan bertanya hendaknya lebih pada
‘merangsang
siswa berpikir’. Merangsang berpikir dalam
arti’‘merangsang
siswa menggunakan gagasan sendiri dalam
menjawabnya’
bukan mengulangi gagasan yang sudah dikemukakan
guru. Kategori
pertanyaan yang termasuk jenis pertanyaan ini antara
lain pertanyaan
produktif, terbuka, dan imajinatif. Pertanyaan ini
dapat
digunakan untuk tujuan merangsang siswa berpikir.
secara
alami dalam konteks guru mengajar dan siswa belajar, tidak
diadakan
secara khusus, dalam waktu yang khusus, terpisah dari
kegiatan
belajar-mengajar, seperti tes. Dalam Kurikulum Berbasis
Kompetensi,
penilaian jenis ini disebut penilaian berbasis kelas.
Penilaian yang
dilakukan dalam keadaan khusus diragukan
ketepatan
hasilnya dalam menggambarkan keadaan siswa yang
sebenarnya,
karena keadaan khusus dapat merupakan tekanan
psikologis
sehingga siswa merasa cemas dalam menghadapinya. Bila
dari hasil
mengerjakan tugas dapat diketahui kemampuan apa saja
yang sudah
dikuasai siswa, apakah tes masih diperlukan?
Jika penilaian
dimaksudkan untuk mengukur belajar siswa dan
belajar itu
unik bagi tiap siswa, maka modus/medium untuk
penilaian
tidak cukup satu jenis. Satu jenis tugas dapat mengungkap
hasil belajar
seseorang siswa, tetapi belum tentu bagi siswa lain.
D.
Pengelolaan Isi/Materi Pembelajaran
Agar guru
dapat menyajikan pelajaran dengan baik, dalam mengelola
isi
pembelajaran paling tidak guru harus menyiapkan rencana
operasional
KBM dalam wujud silabus terlebih dahulu. Demikian pula,
bagi guru SD
kelas rendah (kelas I dan II) yang siswanya masih
berperilaku
dan berpikir kongkrit, pembelajaran sebaiknya dirancang
secara terpadu
dengan menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan
pembelajaran.
Dengan cara ini, pembelajaran untuk siswa usia kelas I
dan II menjadi
lebih bermakna, lebih utuh, dan sangat kontekstual
dengan
dunianya, dunia anak usia dini.
a.
Menyiapkan Silabus Pembelajaran
Kurikulum
Berbasis Kompetensi yang disiapkan secara nasional
berisi
kompetensi dan hasil belajar yang menjadi acuan bagi sekolah
atau daerah
untuk dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan
kebutuhan dan
lingkungan masing-masing. Pada awal pemberlakuan
kurikulum,
secara nasional telah disediakan contoh silabus siap
pakai untuk
dilaksanakan. Pada tahun-tahun berikutnya silabus
tersebut perlu
direvisi, disempurnakan, disesuaikan dengan
Bagaimana
Mengelola KBM Yang Efektif?
Kegiatan
Belajar Mengajar yang Efektif
kebutuhan
masing-masing daerah agar dapat meningkatkan
efektivitas
dan efisiensi dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan
setiap mata
pelajaran.
Biasanya
terdapat kira-kira 42 minggu (204 hari pengajaran efektif)
dalam satu
tahun ajaran (sekolah) dengan memperhitungkan harihari
libur dan
komitmen-komitmen lain yang akan terjadi selama
tahun itu.
Untuk
memperhitungkan waktu yang tersedia untuk satu mata
pelajaran
(atau masing-masing mata pelajaran) dalam tahun itu atau
dalam setiap
semester, maka proses yang disarankan adalah:
• Mempelajari
ada berapa mata pelajaran dan berapa jam
disediakan
untuk masing-masing mata pelajaran setiap minggu.
• Mengalikan
jumlah pelajaran setiap minggu ini dengan jumlah
minggu dalam
satu tahun (atau dalam satu semester) untuk
menghitung
jumlah pelajaran untuk satu mata pelajaran.
• Menjumlahkan
kompetensi-kompetensi yang akan dilatihkan
dalam setiap
mata pelajaran dalam tahun itu (atau dalam
semester) dan
dibagi sama dengan pelajaran-pelajaran untuk
setahun atau
satu semester.
• Kemudian,
melihat jumlah isi, kerumitan gagasan atau
keterampilan
yang akan dikembangkan dan hakikat tugas-tugas
yang
diharapkan siswa-siswa akan menyelesaikannya dalam setiap
kompetensi.
Beberapa kompetensi mungkin harus diberikan lebih
banyak waktu
pelajaran daripada yang semula dialokasikan.
Dengan
demikian, beberapa pelajaran akan dikurangi.
Proses ini
akan memberikan informasi umum untuk digunakan guru
pada waktu
memulai merencanakan pengajaran secara rinci. Kadangkadang
harus mundur
dan mengubah beberapa alokasi waktu yang
semula dibuat
pada waktu mempertimbangkan program kerja secara
rinci.
b.
Pengelolaan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran
tematik merupakan suatu strategi pembelajaran yang
melibatkan
beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman
27
yang bermakna
kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini
dapat dilihat
dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan
aspek belajar
mengajar. Pembelajaran tematik hanya dijajarkan pada
siswa sekolah
dasar kelas rendah (kelas I dan II), karena pada
umumnya mereka
masih melihat segala sesuatu sebagai satu
keutuhan (holistik),
perkembangan fisiknya tidak pernah bisa
dipisahkan
dengan perkembangan mental, sosial, dan emosional.
Strategi
pembelajaran tematik lebih mengutamakan pengalaman
belajar siswa,
yakni melalui belajar yang menyenangkan tanpa
tekanan dan
ketakutan, tetapi tetap bermakna bagi siswa. Dalam
menanamkan
konsep atau pengetahuan dan keterampilan, siswa
tidak harus
diberi latihan hafalan berulang-ulang (drill), tetapi ia
belajar
melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya
dengan konsep
lain yang sudah dipahami. Bentuk pembelajaran ini
dikenal dengan
pembelajaran terpadu, dan pembelajarannya sesuai
dengan
kebutuhan dan perkembangan kejiwaan siswa.
Sesuai dengan perkembangan fisik dan mental
siswa kelas I dan II,
pembelajaran pada tahap ini haruslah mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut:
1) Berpusat
pada anak
2) Memberikan
pengalaman langsung pada anak
3) Pemisahan
mata pelajaran tidak begitu jelas
4) Menyajikan
konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu
proses
pembelajaran
5) Bersifat fleksibel
6) Hasil
pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat, dan
kebutuhan anak
Pembelajaran tematik memiliki kekuatan di
antaranya:
1) Pengalaman
dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat
perkembangan
dan kebutuhan anak
2)
Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak
3) Hasil
belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan
dan bermakna,
4)
Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan
permasalahan
yang dihadapi, dan
Kegiatan
Belajar Mengajar yang Efektif
5) Menumbuhkan
keterampilan sosial dalam bekerjasama,
toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang
lain.
Dengan menggunakan tema, kegiatan pembelajaran
akan
mendorong beberapa hal bermanfaat antara lain;
1) Siswa mudah
memusatkan perhatian pada satu tema atau topik
tertentu
2) Siswa dapat
mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai
kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama
3) Pemahaman
terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan
berkesan
4) Kompetensi
berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan
mengaitkan
mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi anak
5) Anak lebih
merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan
dalam konteks tema yang jelas
6) Anak lebih
bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi
dalam situasi
yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis
deskripsi,
menulis surat, dan sebagainya untuk mengembangkan
keterampilan
berbahasa, sekaligus untuk mempelajari mata
pelajaran lain
7) Guru dapat
menghemat waktu karena mata pelajaran yang
disajikan
secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan
diberikan
dalam 2 atau 3 kali pertemuan. Waktu selebihnya
dapat
digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau
pengayaan
E.
Pengelolaan Sumber Belajar
Dalam
mengelola sumber belajar sebaiknya memperhatikan sumber daya
yang ada di
sekolah dan melibatkan orang-orang yang ada di dalam sistem
sekolah
tersebut. Pembahasan tentang pengelolaan sumber belajar meliputi
sumber daya
sekolah dan pemanfaatan sumber daya lingkungan sekolah.
a. Sumber
Daya Sekolah
Sumber daya
sekolah harus dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam
upaya
menciptakan iklim sekolah sebagai komunitas masyarakat belajar.
Mengapa
demikian, karena pencapaian kompetensi tidak hanya dapat
dilakukan
melalui pembelajaran di kelas. Iklim fisik dan psikologis juga
sangat
menentukan hasil belajar yang dicapai siswa. Banyak hal yang tidak
dapat
dilakukan di kelas dalam proses belajar mengajar, namun dapat
dituntaskan
oleh iklim sekolah yang menunjang, misalnya menumbuhkan
motivasi siswa
untuk belajar lebih lanjut dapat dilakukan melalui berbagai
lomba yang
bervariasi. Untuk ini seluruh komponen lingkungan sekolah
harus
diberdayakan, termasuk sumber daya manusia yang ada.
b.
Pemanfaatan Sumber Daya Lingkungan
Pemanfaatan
sumber daya lingkungan diperlukan dalam upaya
menjadikan
sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat setempat.
Sekolah
bukanlah tempat yang terpisah dari masyarakatnya. Dengan
cara ini
fungsi sekolah sebagai pusat pembaharuan dan pembangunan
sosial budaya
masyarakat akan dapat diwujudkan. Selain itu, lingkungan
sangat kaya
dengan sumber-sumber, media, dan alat bantu pelajaran.
Lingkungan
fisik, sosial, atau budaya merupakan sumber yang sangat
kaya untuk
bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai
media belajar,
tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar).
Penggunaan lingkungan
sebagai sumber belajar akan membuat anak
merasa senang
dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan
tidak selalu
harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa
ke ruang kelas
untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan
lingkungan
dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti
mengamati
(dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan
pertanyaan,
berhipotesis, mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan
membuat
gambar/diagram.