Dinamika
kelompok
adalah suatu kelompok yang terdiri dari dua atau lebih
individu yang memiliki hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu
dengan yang lain dan berlangsung dalam situasi yang dialami.
Dinamika
kelompok berasal dari kata dinamika dan kelompok. Dinamika berati interaksi atau interdependensi antara kelompok satu dengan yang
lain, sedangkan Kelompok adalah kumpulan individu yang saling berinteraksi dan
mempunyai tujuan bersama.
Fungsi
dari dinamika kelompok itu antara lain.
1.
Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi
persoalan hidup.
2.
Memudahkan pekerjaan.
3.
Mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan
mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga seleseai lebih cepat, efektif dan efisien. Salah satunya dengan membagi
pekerjaan besar sesuai bagian kelompoknya masing-masing atau sesuai keahlian.
4.
Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat dengan memungkinkan setiap individu
memberikan masukan, berinteraksi, dan memiliki peran yang sama dalam
masyarakat.
Jenis kelompok sosial
Kelompok
sosial adalah kesatuan
sosial
yang terdiri dari dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial
serta ada pembagian tugas, struktur dan norma yang ada.
Kelompok Primer
Merupakan
kelompok yang didalamnya terjadi interaksi
sosial
yang anggotanya saling mengenal dekat dan berhubungan erat dalam kehidupan.
Sedangkan menurut Goerge
Homans
kelompok
primer
merupakan sejumlah orang yang terdiri dari beberapa orang yang sering
berkomunikasi dengan lainnya sehingga setiap orang mampu berkomunikasi secara
langsung (bertatap muka) tanpa melalui perantara. Misalnya: keluarga, RT, kawan
sepermainan, kelompok agama, dan lain-lain.
Kelompok
Sekunder
Jika
interaksi
sosial
terjadi secara tidak langsung, berjauhan, dan sifatnya kurang kekeluargaan.
Hubungan yang terjadi biasanya bersifat lebih objektif. Misalnya: partai politik, perhimpunan serikat
kerja
dan lain-lain.
Kelompok Formal
Pada
kelompok ini ditandai dengan adanya peraturan atau Anggaran
Dasar
(AD), Anggaran Rumah Tangga (ART) yang ada. Anggotanya diangkat oleh organisasi Contoh dari kelompok ini adalah
semua perkumpulan yang memiliki AD/ART.
Kelompok Informal
Merupakan
suatu kelompok yang tumbuh dari proses
interaksi,
daya tarik, dan kebutuhan-kebutuhan seseorang. Keanggotan
kelompok biasanya tidak teratur dan keanggotaan ditentukan oleh daya tarik
bersama dari individu dan kelompok Kelompok ini terjadi pembagian tugas yang jelas tapi bersifat informal
dan hanya berdasarkan kekeluargaan dan simpati Misalnya: kelompok arisan
Ciri
Suatu
kelompok dapat dinamakan kelompok sosial, apabila memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
1.
Memiliki motif yang sama antara individu satu
dengan yang lain. (menyebabkan interkasi/kerjasama untuk mencapai
tujuan yang sama)
2.
Terdapat akibat-akibat interaksi yang berlainan antara individu satu dengan yang lain (akibat
yang ditimbulkan tergantung rasa dan kecakapan individu yang terlibat)
3.
Adanya penugasan dan pembentukan struktur atau organisasi kelompok yang jelas dan terdiri
dari peranan serta kedudukan masing-masing.
4.
Adanya peneguhan norma pedoman tingkah laku anggota kelompok yang mengatur interaksi dalam kegiatan anggota kelompok
untuk mencapai tujuan bersama.
Pembentukan Kelompok
Pembentukan
kelompok diawali dengan adanya perasaan atau persepsi yang sama dalam
memenuhi kebutuhan. Setelah itu akan timbul motivasi untuk
memenuhinya, sehingga ditentukanlah tujuan yang sama dan akhirnya interaksi
yang terjadi akan membentuk sebuah kelompok.
Pembentukan
kelompok dilakukan dengan menentukan kedudukan masing-masing anggota (siapa yang menjadi ketua atau
anggota). Interaksi yang terjadi suatu saat akan memunculkan
perbedaan antara individu satu dengan lainnya sehingga timbul
perpecahan (konflik) Perpecahan yang terjadi bisanya
bersifat sementara karena kesadaran arti pentingnya kelompok tersebut, sehingga
anggota kelompok berusaha menyesuaikan diri demi
kepentingan bersama. Akhirnya setelah terjadi penyesuaian, perubahan dalam kelompok mudah terjadi.
Langkah
proses pembentukan Tim diawali dengan pembentukan
kelompok, dalam proses selanjutnya didasarkan adanya hal-hal berikut:
·
Persepsi
Pembagian
kelompok didasarkan pada tingkat kemampuan intelegensi yang dilihat dari pencapaian akademis. Misalnya terdapat satu
atau lebih punya kemampuan intelektual, atau yang lain memiliki kemampuan
bahasa yang lebih baik. Dengan demikian diharapkan anggota yang memiliki kelebihan tertentu
bisa menginduksi anggota lainnya.
·
Motivasi
Pembagian
kekuatan yang berimbang akan memotivasi anggota kelompok untuk berkompetisi secara sehat dalam mencapai tujuan kelompok.
Perbedaan kemampuan yang ada pada setiap kelompok juga akan memicu
kompetisi internal secara sehat. Dengan
demikian dapat memicu anggota lain melalui transfer ilmu pengetahuan agar bisa memotivasi diri untuk
maju.
·
Tujuan
Terbentuknya
kelompok karena memiliki tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok atau individu.
·
Organisasi
Pengorganisasian
dilakukan untuk mempermudah koordinasi dan proses kegiatan kelompok. Dengan demikian masalah
kelompok dapat diselesaikan secara lebih efisien dan efektif.
·
Independensi
Kebebasan
merupakan hal penting dalam dinamika kelompok. Kebebasan disini merupakan kebebasan setiap
anggota untuk menyampaikan ide, pendapat, serta ekspresi selama kegiatan. Namun demikian
kebebasan tetap berada dalam tata
aturan
yang disepakati kelompok.
·
Interaksi
Interaksi merupakan syarat utama dalam
dinamika kelompok, karena dengan interaksi akan ada proses transfer ilmu dapat berjalan secara horizontal yang didasarkan atas kebutuhan akan
informasi tentang pengetahuan tersebut.
Pertumbuhan dan Perkembangan Kelompok
Indikator
yang dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok adalah
sebagai berikut:
1. Adaptasi Proses adaptasi berjalan dengan
baik bila: a) Setiap individu terbuka untuk memberi dan menerima informasi yang baru b) Setiap kelompok selalu terbuka untuk
menerima peran baru sesuai dengan dinamika
kelompok tersebut. c) Setiap
anggota memiliki kelenturan untuk menerima ide, pandangan, norma dan kepercayaan anggota lain tanpa
merasa integritasnya terganggu.
2. Pencapaian
tujuan
Dalam hal ini setiap anggota mampu untuk: a) menunda kepuasan dan melepaskan
ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama b) membina dan memperluas pola c) terlibat secara emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.
Selain
hal diatas, perkembangan kelompok dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi yang terjadi dalam kelompok. Dengan
demikian perkembangan kelompok dapat dibagi menjadi tiga tahap, antara
lain :
1. Tahap pra afiliasi Merupakan tahap permulaan, diawali
dengan adanya perkenalan semua individu akan saling mengenal satu sama lain. ]Kemudian
hubungan berkembang menjadi kelompok yang sangat akrab dengan saling mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.
2. Tahap fungsional Ditandai dengan adanya perasaan
senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas, kecocokan, dan kekompakan dalam
kelompok. Pada akhirnya akan terjadi pembagian dalam menjalankan fungsi kelompok.
3. Tahap disolusi Tahap ini terjadi apabila
keanggotaan kelompok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam
kelompok. Tidak ada
kekompakan maupun keharmonisan yang akhirnya diikuti dengan pembubaran
kelompok.
Keunggulan dan Kelemahan dalam Kelompok
Dalam
proses dinamika kelompok terdapat faktor yang menghambat maupun memperlancar
proses tersebut yang dapat berupa kelebihan maupun kekurangan dalam kelompok
tersebut.
1. Kelebihan Kelompok
- Keterbukaan antar anggota
kelompok untuk memberi dan menerima informasi & pendapat anggota yang lain.
- Kemauan anggota kelompok untuk
mendahulukan kepentingan kelompoknya dengan menekan kepentingan pribadi demi
- Kemampuan secara emosional dalam mengungkapkan kaidah dan telah disepakati kelompok.
2. Kekurangan Kelompok Kelemahan pada
kelompok bisa disebabkan karena waktu penugasan, tempat atau jarak anggota kelompok yang berjauhan
yang dapat memengaruhi kualitas dan kuantitas pertemuan.
Referensi
1.
Theodore M. Mills, 1967. The Sociology of Small Groups. New
Jersey: Prentice Hall, Inc. Page. 3-35
2.
Fred R. Kerlinger, 1964. Foundations of behavioral research.
New York: Holt Rinehart and Winston.page. 20-35
3.
Kamanto Sunarto. 1992. Sosiologi Kelompok. Jakarta: Pusat
Antar Universitas Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Indonesia. Hlm. 56
4.
George C. Homans, The Human Group (New York: Harcourt, Brace
and Company, 1950), hlm. 23
5.
Alvin A Goldberg,.1985. Komunikasi kelompok. Jakarta:
UI-Press.Hlm. 19
6.
Hidayat, AAA. 2004. Pengantar Konsep Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika. Hlm.76
7.
Slamet. Santosa, 1992. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi
Aksara.Hlm. 43
8.
P. Robbins, Stephen. 1983. Organization Theory: Structure,
Design, and Application. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Hlm 67
9.
Soerjono. Soekanto, 1986. Pengetahuan Sosiologi Kelompok.
Bandung: Penerbit Remadja Karya CV. Hlm. 34
DEFINISI KELOMPOK
“Kumpulan yang terdiri dari dua individu atau lebih yang
berinteraksi dan saling bergantungan, yang saling bergabung untuk mencapai
tujuan tertentu”. Source: Gibson
TIPE-TIPE KELOMPOK
1.
Kelompok formal
Suatu kelompok kerja yang ditandai dengan
struktur organisasi, aturan, fungsi dan lain-lain
a.
Kelompok Komando
Kelompok yang tersusun atas Atasan dan
Bawahan dan ditentukan oleh bagan organisasi
b.
Kelompok Tugas
Kelompok yang ditetapkan secara
organisasional yang bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tugas
2.
Kelompok informal
Suatu kelompok yang tidak terstruktur secara
formal atau tidak ditetapkan secara organisasi, terdiri dari dua tipe yaitu :
a.
Kelompok Kepentingan
Kelompok yang bekerja sama untuk mencapai
suatu sasaran khusus yang menjadi kepedulian bersama
b.
Kelompok Persahabatan
Kelompok yang bersama-sama karena mempunyai
kesamaan karakter
PROSES KELOMPOK
Model perilaku kelompok yang dipengaruhi oleh pola komunikasi antar
anggota, proses keputusan kelompok perilaku pemimpin dan interaksi konflik.
1.
DEVELOPING GROUP COHESION
Teori tentang urutan dan
nama dari setiap tahap sangat banyak.. Banyak model, akan tetapi bagaimanapun
hasil penting dari hubungan interpersonal tentu harus dicapai dalam kelompok
manapun untuk memperpanjang keberadaan sebuah kelompok. Anggota pada banyak
kelompok harus, sebagai contoh menemukan siapa anggota kelompok yang lain,
mencapai sebuah tingkat saling ketergantungan, dan menguraikan konflik. Oleh
karena itu banyak model memasukkan tahapan – tahapan yang ada dibawah ini. Pada
permulaannya kelompok harus mulai mengarahkan yang lain pada tujuan tertentu,
kemudian mereka akan sering menemukan konflik, dan mencari beberapa solusi
untuk memperbaiki kelompok. Dalam fase ketiga kelompok dapat bermain sebagai
sebuah kesatuan untuk mencapai tujuan. Dan pada tahap terakhir rangkaian
tahapan perkembangan kelompok berakhir pada tahap istirahat.
2.
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
KELOMPOK
Kelompok dapat dibentuk,
tetapi kelompok juga dapat bubar. Misalnya, kelompok belajar pada suatu waktu
dibentuk, tetapi kalau sudah dianggap cukup atau tujuan telah tercapai, maka
kelompok pun dapat bubar. Namun, ada kelompok yang sulit untuk bubar, misalnya
kelompok keluarga.
Kelompok terbentuk karena
adanya persamaan dalam kebutuhan akan berkelompok, dimana individu memiliki
potensi dalam memenuhi kebutuhan dan setiap individu memiliki keterbatasan,
sehingga individu akan meminta atau membutuhkan bantuan individu yang lain
untuk mengatasinya.
Kelompok merupakan tujuan
yang diharapkan dalam proses dinamika kelompok, karena jika hal tersebut
tercapai, maka dapat dikatakan salah satu tujuan
proses transformasi dapat berjalan dengan baik. Indikator yang
dijadikan pedoman untuk mengukur tingkat perkembangan kelompok
adalah sebagai berikut:
a.
Adaptasi
Setiap individu terbuka
untuk memberi dan menerima informasi yang baru. Setiap kelompok, tetap selalu
terbuka untuk menerima peran baru sesuai dengan hasil dinamika kelompok
tersebut. Di samping itu proses adaptasi juga berjalan dengan baik yang
ditandai dengan kelenturan setiap anggota untuk menerima ide, pandangan, norma
dan kepercayaan anggota kelompok lain tanpa merasa integritasnya terganggu
b.
Pencapaian tujuan
Setiap anggota mampu
menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan bersama,
mampu membina dan memperluas pola, serta individu mampu terlibat secara
emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan kemampuannya.
Perkembangan kelompok
dapat ditunjang oleh bagaimana komunikasi dalam kelompok. Perkembangan
kelompok dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1.
Tahap pra afiliasi
Merupakan tahap permulaan
dengan diawali adanya perkenalan dimana semua individu akan saling mengenal
satu dengan yang lain, kemudian berkembang menjaadi kelompok yang sangat akrab
dengan mengenal sifat dan nilai masing-masing anggota.
2.
Tahap Fungsional
Tahap ini tumbuh ditandai
adanya perasaan senang antara satu dengan yang lain, tercipta homogenitas,
kecocokan dan kekompakan dalam kelompok. Maka akan terjadi pembagian dalam
menjalankan fungsi kelompok.
c.
Tahap Disolusi
Tahap ini terjadi apabila
keanggotaan kelompok sudah mempunyai rasa tidak membutuhkan lagi dalam
kelompok, tidak tercipta kekompakan karena perbedaan pola hidup, sehingga
percampuran yang harmonis tidak terjadi dan akhirnya terjadi pembubaran
kelompok.
Perkembangan kelompok sebenarnya banyak
dikemukakan oleh para ahli. Clark (1994) mengemukakan perkembangan
kelompok ke dalam tiga fase, yaitu:
a.
Fase orientasi
Individu masih
mencari/dalam proses penerimaan dan menemukan persamaan serta perbedaan satu
dengan lainnya. Pada tahap ini belum dapat terlihat sebagai kesatuan kelompok,
tapi masih tampak individual.
b.
Fase bekerja
Anggota sudah mulai
merasa nyaman satu dengan lainnya, tujuan kelompok mulai ditetapkan. Keputusan
dibuat melalui mufakat daripada voting. Perbedaan yang ada ditangani dengan
adaptasi satu sama lainnya dan pemecahan masalah daripada dengan konflik.
Ketidaksetujuan diselesaikan secara terbuka.
c.
Fase terminasi
Fokus pada evaluasi dan
merangkum pengalaman kelompok. Ada perubahan perasaan dari sangat frustasi dan
marah menjadi sedih atau puas, tergantung pada pencapaian tujuan dan
pembentukan kelompok (kesatuan kelompok).
Teori Bruce W. Tuckman
Tuckman mengidentifikasikan lima tahapan untuk melihat perkembangan
suatu kelompok, yaitu forming, storming, norming, performing, dan adjourning
(Johnson dan Johnson, 2000).
1.
Tahapan forming merupakan suatu tahapan di mana anggota kurang yakin untuk
menentukan tempatnya dalam kelompok serta prosedur dan aturan-aturan dalam
kelompok.
2.
Tahapan storming, mulai timbul berbagai macam konflik karena anggota menentang
pengaruh kelompok dan kurang sesuai dalam menyelesaikan berbagai macam tugas.
3.
Tahapan norming, kelompok membuat beberapa konsensus mengenai peran, struktur, dan
norma yang digunakan sebagai acuan dalam berperilaku yang tepat. Dalam periode
ini, komitmen dan kohesi meningkat.
4.
Tahapan performing, anggota kelompok menjadi cakap dalam kerja sama untuk pola kerja
samanya.
5.
Tahapan adjourning, kelompok menjadi bubar.
Teori Johnson dan Johnson
Menurut Johnson dan Johson (2000), sebenarnya apa yang dikemukakan
Tuckman dengan segala revisinya termasuk dalam group leader yang pasif dan
nondirective di mana pimpinan tidak berusaha mengadakan intervensi dalam
kelompok. Padahal dalam kelompok pada umumnya terdapat koodinator, team leader,
atau instruktur yang berusaha agar fungsi kelompok produktif. Dalam
mengaplikasikan konklusi Tuckman dalam kelompok, Johnson dan Johson (2000)
mengidentifikasikan adanya tujuh tahapan dalam perkembangan kelompok, yaitu :
1.
Defining and Structure
Prosedure
Apabila kelompok mulai,
umumnya para anggota mulai memusatkan perhatiannya pada hal yang menyangkut dirinya
mengenai hal-hal apakah yang diharapkan pada mereka dan mengenai tujuan
kelompok. Anggota kelompok ingin mengetahui apa yang akan terjadi, apa yang
akan diterimanya, bagaimana kelompok akan berfungsi, dan bagaimana anggota
kelompok yang lain. Anggota kelompok mengharapkan pimpinan menjelaskan fungsi
kelompok, apakah kelompok akan dapat memberikan ketenteraman bagi anggota dan
apakah akan dapat memenuhi apa yang mereka harapkan. Berkaitan dengan hal itu,
pemimpin dalam pertemuan yang pertama kali perlu memberikan penjelasan tentang
prosedur yang digunakan, tujuan kelompok, menciptakan saling bergantung dari
para, mengorganisasikan kelompok dan menyertakan dimulainya kerja kelompok.
2.
Conforming to Procedures
and Getting Acquainted
Para anggota kelompok menyesuaikan
dengan prosedur yang telah ditentukan, menyesuaikan dengan tugas, serta
mengenal satu dengan yang lain agar menjadi familier dengan prosedur yang ada
dan dapat mengikutinya dengan mudah. Mereka dapat mengenal kelebihan dan
kekurangan anggota lain. Dalam tahapan ini, par anggota bergantung pada pipinan
dalam hal pengarahan dan penjelasan tujuan serta prosedur kelompok.
Selanjutnya, pimpinan pun menjelaskan norma kelompok yang perlu diikuti oleh
para anggota.
3.
Recognizing Mutually and
Building Trust
Anggota kelompok
menyadari mengenai saling bergantung satu dengan yang lain dan membentuk
kepercayaan (trust) satu dengan yang lain. Dalam tahapan ini pula, para anggota
membentuk kebersamaan, senasib sepenanggungan.
Anggota mulai bertanggung
jawab satu dengan yang lain serta melakukan performa dan perilaku yang tepat.
Dlam periode ini, kepercayaan antara anggota satu dengan yang lain terbentuk
melalui pengungkapan (disclose) pikiran, ide, perasaan, dan respons yang
bersifat penerimaan, mendukung dan saling mengungkapkan satu dengan yang lain.
4.
Rebelling and
Differentiating
Tahapan ditandai anggota
kelompok yang menentang pimpinan dan prosedur yang telah ditentukan. Kemudian,
mereka membedakan dirinya dengan anggota lain, sehingga menimbulkan perpecahan
dan konflik. Dalam perkembangan kelompok, tahapan demikian sebenarnya sudah
dapat diprediksi, tetapi dapat berlangsung dengan cepat atau lambat.
Seorang pemimpin dapat
memprediksi terjadinya penentangan terhadap pemimpin dan prosedur yang telah
digariskan dalam kelompok serta kemungkinan terjadinya konflik dalam kelompokk
pada perjalanan perkembangan kelompok. Dalam hal ini, pemimpin harus dapat
bertindak bijaksana.
5.
Committing to the Group’s
Goals and Procedures
Dalam tahapan ini,
ketergantungan pada pimpinan dan konformitas pada prosedur beralih pada
ketergantungan pada anggota lain dan komitmen personal terhadap kolaboratif
dari pengalaman. Jiwa kelompok berubah dari pimpinan ke kita (our). Norma
kelompok menjadi terinternalisasi. Motivasi menjadi lebih intrinsik daripada
ekstrinsik. Lebih lanjut, anggota menjadi komit terhadap prosedur dan menerima
tanggung jawab untuk memaksimalkan kinerja semua anggota kelompok.
6.
Functioning Maturely and
Productivity
Dalam tahapan ini,
kelompok telah menjadi dewasa, otonom, dan produktif, sehingga terbentuklah
identitas kelompok. Anggota kelompok bekerja sama dalam mencapai tujuan
kelompok yang bervariasi dan menghadapi konflik dalam secara positif. Dalam hal
ini, pemimpin lebih sebagai konsultan dalam kelompok daripada pengarah.
Hubungan para anggota kelompok terus berkembang atau meningkat dan demikian
pula antara pemimpin anggota. Dalam keadaan yang demikian, semua kriteria
sebagai kelompok efektif dapat dipenuhi. Namun demikia,, banyak kelompok yang
tidak dapat sampai ke tahapan ini.
7.
Terminatinating
Dalam tahapan ini,
kehidupan kelompok berakhir. Dengan berakhirnya kelompok, para anggota pergi
meninggalkan kelompok sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Masing-masing
membawa apa yang telah dialaminya untuk mengarungi pengalaman yang baru.
Sehingga jika dilihat dalam tabel teori Tuckman dan Jhonson membagi
perkembangan kelompok dalam 6 fase, dimana terdapat perbedaan perilaku tim dan
perilaku pemimpin sebagai berikut:
Fase Perilaku Tim
Perilaku pemimpin
Orientation Ragu, belum familiar, belum saling percaya, belum ada partisipasi
Mendefinisikan misi kelompok, tipenya masih memberi instruksi, membuat skema
tujuan
Forming Menerima satu sama lain,
belajar ketrampilan komunikasi, mulai termotivasi Rencana/fokus pada masalah, role
model yang positif, mendorong adanya partisipasi Storming Semangat tim
berkembang, mulai membangun kepercayaan, konflik mungkin muncul, terkadang
tidak sabar dan frustasi Evaluasi gerakan kelompok, fokus pada tujuan,
penyelesaian konflik, menentukan tujuan
Norming Kenyamanan meningkat,
identifikasi tanggung jawab, interaksi tim efektif, resolusi konflik Fokus pada
tujuan, menyertai proses, memberikan dorongan pada tim
Performing Tujuan yang jelas, adanya
kohesi/kesatuan, pemecahan masalah Beraksi seperti anggota kelompok, dorongan
meningkatkan tanggung jawab, mengukur hasil
Terminating Angota tersebar, tim
akhirnya mencapai tujuan Perayaan dan penghargaan, memperkuat kesuksesan.
SIKLUS PERKEMBANGAN KELOMPOK
Banyak ilmuan percaya bahwa kelompok melalui setiap tahapan tidak
hanya sekali. Para ilmuan tadi berpendapat bahwa hal tersebut pasti berpengaruh
terhadap
interaksi kelompok selama melalui fase-fase perkembangan kelompok.
Sebagai contoh dalam model ekuilibrium Bale perkembangan kelompok
didasari atas pikiran bahwa anggota kelompok mengusahakan untuk memelihara
keseimbangan antara mengerjakan tugas dan meningkatkan kualitas hubungan
interpersonal dengan kelompok.
Jadi, Bales membantah bahwa kelompok yang sudah matang cenderung
kembali dan seterusnya diantara apa yang disebut Tuckman tahap Norming dan
Forming: Sebuah periode untuk memperpanjang usaha kelompok harus diikuti
periode aktivitas pembentukan kohesi interpersonal. Teori Punctuated
equilibrium setuju dengan pandangan Bales, tapi menambahkan bahwa kelompok
relatif sering melalui periode dengan perubahan yang cepat.
Consequences Of Cohesion
Kohesivitas kelompok merupakan kekuatan kelompok dan intensitasnya
mempengaruhi anggota, dinamika kelompok dan performa kelompok baik dalam hal
positif dan negatif. Sebagai contohnya pada tahun 1932-1940, para pria dan
wanita dari Disney studio merasa sangat puas dengan kelompoknya, ketika
kelompoknya itu adalah kelompok yang bersatu daripada yang tidak. Dan hal
tersebut dipandang sebagai suatu kenyamanan hidup tersendiri.
Kohesivitas kelompok menciptakan suasana kerja yang lebih sehat.
Karena orang-orang yang ada didalamnya lebih menaruh perhatian pada orang lain
dengan berbagai cara yang lebih positif serta seseorang akan lebih
berpengalaman dalam mengurangi kegelisahan dan ketegangan. Seseorang dalam
kohesivitas kelompok akan lebih siap dalam menerima tujuan, keputusan dan norma
kelompok. Selanjutnya, penyesuaian terhadap tekanan akan lebih banyak pada
kohesivitas kelompok, sehingga penolakan individu pada tekanan tersebut akan
melemah.
Namun ternyata kohesivitas kelompok tidak hanya membawa hal yang
positif saja.
Kohesivitas kelompok juga dapat meningkatkan proses yang negatif
seperti permusuhan dan penyebab kesalahan. Contohnya : Kelompok kohesif dan
nonkohesif dihadapkan pada masalah yang tidak ada solusinya. Disaat seluruh
kelompok menunjukkan frustasinya, koalisi justru ditunjukkan oleh kelompok
nonkohesif. Sementara kelompok kohesif menunjukkan frustasinya sebagai agresi
pribadi seperti : bermusuhan, joking hostility dan dominansi pribadi.
Application: Work Team
Teamwork “proses dinamik yang menggambarkan kecenderungan sebuah
kelompok yang tetap bersatu dan tetap pada kebersamaan tujuan dan sasaran”
(Carrron, 1982, p. 124). Suatu eksperimen yang dilakukan di sebuah perusahaan
dimana dikondisikan sebagai bagian dari kelompok kecil. Prosesnya dengan
mengubah karakteristik fisik dari lingkungan kerja. Ternyata hal tersebut dapat
mempengaruhi produktifitas. Hasilnya, seseorang tidak mau bekerja keras karena
ruangannya dirubah (karena merasa bukan lagi suatu kelompok kohesif).
Tim itu harus memiliki kualitas dasar, kualitas dasar yang harus
dimiliki semua kelompok adalah:
1. Interaction, interaksi anggota tim adalah berupa
kerjasama dan koordinasi. Beberapa anggota bekerja sama, menggabungkan kualitas
individu dengan berbagai pertimbangan.
2. Structure, tim adalah struktur grup. Norma grup, peran
anggota yang spesifik dalam kelompok dan pola komunikasi yang didapatkan secara
terbuka.
3. Cohesiveness, tim merupakan hubungan yang terikat antara
satu anggota dengan anggota yang lainnya, khususnya dalam pemahaman bahwa
anggota merupakan suatu kesatuan dalam usahanya untuk menjalankan tujuan-tujuan
yang sama.
4. Social Identity, anggota tim itu harus saling mengenal
antar anggota yang lainnya dalam satu kelompok dan merasa bahwa kelompok itu
lebih besar daripada jumlah anggota individu.
5. Goals, tim berorientasi pada tujuan. Pasangan tim saling
tergantung berdasar atas koordinasi dalam usaha untuk mencapai tujuan bersama.
Tim cenderung untuk menjadi bagian organisasi luas, dan menyatakan
bahwa mereka bekerja dan mengambil keputusan mereka dapat membuat pengaruh yang
besar. Anggota tim yang spesifik biasanya memiliki spesifikasi atau
spesialisasi pengetahuan, skill, dan kemampuan tersebut mereka kontribusikan
pada kelompok dan kesuksesan suatu kelompok bergantung pada gabungan kualitas
individu yang sangat efektif. Tim juga sering bekerja dibawah tekanan seperti,
pekerjaan yang terlalu berat dan berlebihan, waktu yang terbatas, dan bersaing
dengan kelompok lain.
Team Building
Membangun sebuah tim dimulai dari asumsi bahwa kesuksesan dari hasil
suatu kelompok berasal dari kolaborasi atau gabungan kualitas individu yang
saling tergantung dan berkembang secara terus menerus.
Bagaimana mengorganisasikan tim menjadi lebih baik, ahli sumber daya
manusia menawarkan suatu susunan subesti dan intervensi untuk merubah suatu
kelompok pada tim.
1. Goal Setting, melihat tujuan suatu kelompok dan mereka
akan menjalankan fungsinya menjadi lebih efektif jika tujuannya jelas untuk
anggotanya.
2. Role Definition, Tim cenderung bekerja lebih efisien
jika anggotanya mengerti dan memahami tentang kepentingan perannya.
3. Interpersonal Proces Analysis, anggota harus belajar
untuk mengkoordinasikan usaha-usaha mereka dengan anggota kelompok yang
lainnya. Anggota mempelajari pola-pola komunikasi dan ketertarikan, prosedur
pengambilan keputusan, sumber kekuatan, norma sosial informal, dan variasi
konflik antar anggota.
4. Cohesion Building, kekuatan kelompok dalam membangun
moril sebuah tim adalah dengan membesarkan hati interpersonal, kerjasama dan
mengembangkan sebuah identitas kelompok.
5. Problem Solving, anggota tim belajar untuk menggunakan
metode pengambilan keputusan yang efektif dengan mengidentifikasi masalah dan
solusi mereka.