makalah study kasus


BAB I
PENDAHULUAN
Dalam kehidupannya, setiap manusia selalu dihadapkan pada berbagai masalah. Salah satu diantaranya adalah masalah Broken Home. Broken Home adalah suatu keadaan dimana seseorang merasa tidak nyaman dengan kondisi didalam keluarganya sendiri yang disebabkan oleh faktor tertentu.
Broken Home dapat menimbulkan efek yang buruk bagi anak apabila tidak segera di atasi. Broken Home dapat di sebabkan banyak faktor antara lain akibat dari orang tua yang bercerai, tidak adanya komunikasi dan keterbukaan dalam keluarga, kurangnya perhatian dari orang tua kepada anak, sehingga hal ini dapat memicu timbulnya suasana ketidak harmonisan dan kenyamanan bagi anak.
Dalam keadaan yang demikian anak sering merasa tidak nyaman di dalam keluarga anak sering kabur dari rumah, sering bertengkar dengan orang tua, dan tidak jarang dari mereka melampiaskan kekesalannya itu ke hal-hal negatif seperti terlibat pergaulan bebas serta pemakaian narkoba.
            Untuk menyelesaikan masalah tersebut salah satu cara bisa diselesaikan menggunakan teknik studi kasus. Studi kasus sendiri dapat diartikan sebagai berikut :
A.    Pengertian Studi Kasus
1.      Menurut Mohamad Surya dan I. Djumhur
Studi kasus adalah suatu teknik mempelajari seorang individu secara mendalam untuk membantunya memperoleh penyesuaian yang lebih baik.
2.      Menurut Sayekti Pujosuwarno
Dengan studi kasus kita mampu mengumpulkan data selengkap-lengkapnya tentang individu. Data tersebut dapat kita olah atau analisa kemudian hasilnya akan dapat merupakan dugaan permasalahan dari individu terseut, berdasarkan semua itu maka kita dapat melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dengan setepat mungkin.
3.      Menurut A. N. Sadu dan Amarjit Singh
Studi kasus adalah bentuk analisa kualitatif dengan melakukan observasi yang cermat dan lengkap tentang seorang manusia satu situasi atau satu lembaga.
4.      Menurut S. Nasution
Studi kasus adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang aspek suatu lingkungan sosial termasuk manusia didalamnya. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa studi kasus merupakan salah satu bentuk desain penelitian disamping survey dan eksperimen.
B.     Langkah-Langkah Memberikan Bantuan Dalam Memecahkan Masalah Menurut I. Djumhur dan Mohamad Surya.
1.      Langkah Identifikasi Kasus
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam kasus ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu.
2.      Langkah Diagnosa
Langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik pengumpul data. Setelah data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang diihadapi beserta latar belakangnya. Dari data studi kasus yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan ini kemudian dibicarakan lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar belakangnya.
3.      Langkah Prognosa
Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa, terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan masalah beserta latar belakangnya. Untuk menetapkan langkah prognosa ini sebaiknya ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan berbagai faktor.
4.      Langkah Terapi
Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinue dan sistematis serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat.
5.      Langkah Evaluasi dan Follow Up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan sejauh mana hasilnya. Dalam langkah ini dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.




\




BAB II
ISI LAPORAN

A.    Identifikasi Kasus
Langkah ini dimaksudkan untuk mengenal kasus beserta gejala-gejala yang nampak. Dalam kasus ini pembimbing mencatat kasus-kasus yang perlu mendapat bimbingan dan memilih kasus mana yang akan mendapat bantuan terlebih dahulu.
             I.            Pengumpulan Data  
a.       Data Pribadi                   :
1.      Nama                        : siswa “ x “
2.      Tempat lahir             : Yogyakarta
3.      Tanggal lahir            : 20 Agustus 1994
4.      Umur                        : 16 tahun       
5.      Jenis kelamin            : Laki-laki
6.      Agama                      : Islam
7.      Kelas                        : 3 IPS
8.      Alamat                     : Brajan Rt.05, Rw.03, Sonosewu, Kasihan, Bantul
9.      Sekolah                    : SMA
10.  Jumlah saudara         : Anak tunggal
b.      Data Keluarga                :
1.      Ayah                                    :
-          Nama ayah         : Sunaryo
-          Umur                  : 50 tahun
-          Pekerjaan            : Wiraswasta
-          Alamat               : Brajan Rt.05, Rw.03, Sonosewu, Kasihan, Bantul
2.      Ibu                            :
-          Nama ibu            : Suranti
-          Umur                  : 45 tahun
-          Pekerjaan            : wiraswasta
-          Alamat               : Brajan Rt.05, Rw.03, Sonosewu, Kasihan, Bantul
    II.            Hasil Wawancara dan Observasi
a.       Dengan Guru
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru kelas didapatkan berbagai keterangan bahwa siswa “X” merupakan siswa pendiam, kurang bergaul dengan teman-temannya, sulit melakukan penyesuaian diri, sering tidak membawa perlengkapan dan alat tulis, prestasinya rendah dan memiliki tingkat emosi yang cukup tinggi.
b.      Dengan Wali Kelas
Berdasarkan wawancara dari wali kelas didapat informasi bahwa siswa “X” mengalami penurunan prestasi belajar yang cukup drastis. Dibandingkan dari data prestasinya sewaktu dikelas satu maupun kelas dua. Selain itu ia juga sering tidak masuk kelas tanpa izin.
c.       Dengan Orang Tua Siswa
Berdasarkan hasil wawancara dengan orang tuanya didapat keterangan bahwa mereka senantiasa mencukupi semua keinginan dan kebutuhan anaknya. Anak diberikan kebebasan untuk bergaul dengan siapa saja, memilih jalan hidupnya sendiri, serta orang tuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Sehingga komunikasi antara orang tua dengan anak tidak terjaga dengan baik.

d.      Dengan teman dekatnya
Berdasarkan hasil wawancara dengan teman dekat siswa tersebut didapatkan informasi bahwa siswa “X” kurang senang berada dirumah, dia mengaku bahwa suasana dirumahnya sangat membosankan. Orang tua yang hanya mementingkan urusannya masing-masing. Siswa tersebut juga mengatakan ia lebih suka pergi dari rumah, pergi ke diskotik, suka mabuk-mabukkan dan sering main wanita.
e.        Melalui  Angket dan Sosiometri
Berdasarkan hasil dari data angket dan sosiometri dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa tersebut tidak banyak di sukai oleh teman-temannya. Dan ia hanya memilih beberapa teman yang ia sukai.
f.       Wawancara dengan Klien
Berdasarkan hasil wawancara dengan klien didapat data bahwa klien mengaku kalau ia tidak suka dirumah, ia lebih suka bermain diluar rumah dengan teman-temannya untuk mencari kesenangan, menghambur-hamburkan uang untuk hal yang kurang bermanfaat. Ia juga mengaku bahwa kedua orang tuanya sering bertengkar hanya gara-gara hal kecil, mereka juga sibuk dengan pekerjaanya masing-masing. Sehingga, tidak ada waktu untuk berkumpul bersama, mereka tidak pernah mau tahu kebutuhan akan kasih sayang sebagaimana orang tua yang lain.
Yang mereka tahu hanyalah memberikan uang yang mereka pikir itu cukup melaksanakan kewajiban sebagai orang tua terhadap anaknya. Orang tua juga tidak pernah  memberikan ajaran agama juga norma-norma dalam masyarakat.
g.      Observasi pada kilen terhadap perilakunya
Berdasarkan hasil observasi dapat di ketahui bahwa perilaku yang di lakukan oleh klien tidak sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku. Klien juga terlihat kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran di Sekolah, sering tidak membawa perlengkapan sekolah, sering melamun atau menyendiri, tidak suka bergaul teman sebayanya, dan kurang bersosialisasi.
B.     Diagnosa
Langkah untuk menetapkan masalah yang dihadapi kasus beserta latar belakangnya. Dalam langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan data dengan mengadakan studi kasus dengan menggunakan berbagai teknik pengumpul data. Setelah data terkumpul kemudian ditetapkan masalah yang diihadapi beserta latar belakangnya. Dari data studi kasus yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan ini kemudian dibicarakan lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar belakangnya. Dari data studi kasus yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan sementara dan kesimpulan ini kemudian dibicarakan lagi dalam pertemuan kasus untuk menetapkan masalah dan latar belakangnya.
Berdasarkan data pengumpulan dari permasalahan yang di hadapi klien maka dapat di diagnosa yaitu  anak tersebut mempunyai masalah dalam keluarganya (broken home).
C.     Langkah Prognosa
Langkah prognosa yaitu langkah untuk menetapkan jenis bantuan apa, terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah ditetapkan masalah beserta latar belakangnya. Untuk menetapkan langkah prognosa ini sebaiknya ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan dan berbagai faktor.
Berdasarkan dari diagnosa dapat di ambil langkah  prognosa, kemudian di kemukakan pula kemungkinan-kemungkinan langkah selanjutnya di tempuh untuk memberikan bantuan yaitu :
1.      Memberikan arahan pada siswa tersebut untuk senantiasa berusaha untuk bersosialisasi dan terbuka dengan teman        di sekolahnya.
2.      Memberikan arahan untuk lebih meningkatkan komunikasi dengan orang tuanya.
3.      Memberikan arahan kepada klien untuk lebih meningkatkan ketakwaannya serta keimanannya.
4.      Menyuruh orang tua untuk datang ke sekolah.
D.    Langkah Terapi
Langkah pelaksanaan bantuan atau bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam langkah prognosa. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu dan proses yang kontinue dan sistematis serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat.
Berdasarkan prognosa yang telah di tentukan kemudian klien memilih semua alternative pilihan untuk di laksanakan.
1.      Memberikan arahan pada siswa tersebut untuk senantiasa berusaha untuk bersosialisasi dan terbuka dengan teman        di sekolahnya.  Hal ini ia lakukan dengan cara mengikuti kegiatan- kegiatan yang ada di sekolah seperti mengikuti ekstra kurikuler( pramuka, organisasi osis) dan belajar kelompok.
2.      Memberikan arahan untuk lebih meningkatkan komunikasi dengan orang tuanya. Alternatif ini ia aplikasikan dengan cara makan malam bersama dengan orang tua, menonton televisi bersama, liburan bersama, dan berbincang-bincang serta bercanda bersama ketika ada waktu luang.
3.      Memberikan arahan kepada klien untuk lebih meningkatkan ketakwaan serta keimanannya. Hal ini diaplikasikan kedalam beberapa kegiatan keagamaan, yaitu ia  mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah, pengajian dan TPA di masyarakat, berusaha melaksanakan sholat lima waktu secara tertib dan sering membaca Al Quran setelah sholat magrib.
4.      Memanggil orang tua klien ke sekolah guna konselor memberikan pengertian pada orang tua agar lebih memberikan waktu luang pada anaknya, memberikan kasih sayang yang tulus pada anak, mengajarkan norma-norma dan ajaran agama.

E.     Langkah Evaluasi dan Follow Up
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau mengetahui sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan dan sejauh mana hasilnya. Dalam langkah ini dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu yang lebih jauh.
Berdasarkan treatmen yang telah dilakukan  oleh  klien maka konselor mengadakan evaluasi. Hal ini dilakukan guna untuk mengetahui tingkat keberhasilan pemecahan masalah siswa.
Berdasarkan evaluasi terhadap observasi yang dilakukan konselor terhadap tingkah laku klien, didapat hasil bahwa sudah nampak ada perubahan didalam diri klien. Namun hal ini belum mencapai hasil yang maksimal, hal ini dibuktikan klien belum bisa melakukan proses sosialiasi dengan baik, terkadang masih membolos, dan dalam bergaul ia masih memilih-milih teman.
Berdasarkan hasil keterangan klien didapat juga informasi bahwa orang tuanya di dalam memberikan bimbingan dan kasih sayang terhadap klien masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan dari klien bahwa, orang tuanya masih sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan biasanya mereka melupakan waktu luang untuk berkumpul bersama.
Berhubungan dengan hal tersebut kemudian konselor berusaha menindak lanjuti kasus siswa X tersebut agar bisa tuntas. Hal ini di lakukan dengan cara konselor mengadakan “Home Visit” hal ini di lakukan dengan cara konselor datang langsung ke rumah klien untuk bertemu dengan kedua orang tua klien. Dalam hal ini konselor memberikan arahan, pengertian pada ke dua orang tua tersebut untuk lebih dapat memberikan kasih sayang, pendidikan agama juga norma-norma, sehingga diharapkan klien dapat nyaman di rumah, klien dapat meningkatkan segenap potensi  yang di milikinya di sekolah. Dengan hal ini di harapkan klien akan dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang sehat juga mampu optimal dalam hidupnya, dan yang terpenting adalah terciptanya keharmonisan suasana dalam keluarga.
Berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh konselor tersebut, konselor mengadakan evaluasi kembali bahwa klien telah mengalami perubahan yang cukup drastis hal ini di tunjukan dari perubahan perilaku klien menjadi lebih baik  dan peningkatan prestasi klien di sekolah menjadi lebih baik, klien tidak lagi membolos juga senantiasa memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.
Berdasarkan keterangan dari klien di dapatkan informasi bahwa klien sudah nyaman di rumah, klien juga mengaku setelah konselor mengadakan “Home visit” orang tuanya lebih perhatian padanya, lebih dapat terbuka satu sama lain dalam anggota keluarganya.













BAB III
KESIMPULAN
Dari isi laporan diatas maka dapat disimpulkan bahwa siswa “X” yang masih duduk dibangku SMA sedang mengalami masalah Broken Home. Hal ini ditandai dengan klien mengaku kalau ia tidak suka dirumah, ia lebih suka bermain diluar rumah dengan teman-temannya untuk mencari kesenangan, menghambur-hamburkan uang untuk hal yang kurang bermanfaat. Ia juga mengaku bahwa kedua orang tuanya sering bertengkar hanya gara-gara hal kecil, mereka juga sibuk dengan pekerjaanya masing-masing.
Data ini diperkuat dengan adanya keteraangan dari guru kelas yang mengatakan bahwa klien merupakan pribadi yang pendiam, sukar bersosialisai, dan tidak disukai teman-temannya karena ia memiliki tingkat emosi yang tinggi. Dari wali kelas mengatakan bahwa prestasi klien menurun sangat drastis. Orang tua mengaku  bahwa mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing dan telah mencukupi semua kebutuhan dan keinginan anaknya. Dari teman dekatnya mengatakan bahwa klien tidak suka dirumah dan lebih sering bermain bersama teman-teman untuk menghambur-hamburkan uang serta bermain wanita. Serta data dari angket dan sosiometri yang menunjukkan bahwa klien tidak disukai oleh teman-temannya. Hanya beberapa teman yang mau memilihnya dan sebaliknya klien hanya memilih beberapa teman yang disukainya.
Dalam menyelesaian suatu permasalahan seorang pembimbing memiliki andil yang cukup besar untuk menyelesaikan masalah. Dalam kasus siswa “X” berdasarkan data-data yang telah diperoleh dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa sisw “X” mengalami masalah yaitu Broken Home.
Dalam hal ini pembimbing memberikan bantuan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi siswa “X”. Yaitu dengan cara memberikan arahan pada siswa tersebut untuk senantiasa berusaha bersosialisasi dan terbuka dengan teman disekolahnya, lebih meningkatkan komunikasi dengan orang tua, meningkatkan ketaqwaannya serta keimanannya dan menyuruh orang tua untuk datang ke sekolah guna untuk memberikan masukan padanya.
Selain itu pembimbing juga mengadakan kunjungan rumah (Home Visit) guna memberikan arahan dan masukan pada orang tua klien. Untuk lebih dapat meluangkan waktu untuk berkumpul dengan anaknya, menjaga komunikasi dan keharmonisan didalam keluarga, lebih terbuka pada anak, senantiasa memberikan ajaran agama dan norma-norma yang berlaku didalam masyarakat.
Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilakukan oleh pembimbing dapat dinyatakan bahwa klien mampu menyelesaiakan permasalahannya yakni ditandai dengan klien sudah mampu meningkatkan prestasi, mampu melakukan proses sosialisasi dengan teman-teman, sudah bisa mengikuti kegiatan keagamaan disekolahnya, sudah merasa nyaman dengan suasana dirumah, dan mengisi waktu luang untuk hal-hal yang bermanfaat.










SARAN
Berdasarkan masalah yang dialami oleh klien maka dapat diberikan saran sebagai berikut :
1.      Sebaiknya pembimbing senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang pada seluruh peserta didiknya.
2.      Guru pembimbing senantiasa selalu memberikan layanan informasi kepada peserta didik, sehingga mereka dapat mencegah timbulnya permasalahan.
3.      Sebaiknya guru pembimbing memberikan layanan bimbingan secara tepat dengan menggunakan teknik-teknik yang sesuai pada peserta didik. Sehingga peserta didik mampu mengembangkan kemampuannya secara optimal dan hidup sehat.
4.      Guru pembimbing harus selalu mengadakan kerjasama dengan kepala sekolah, guru kelas, wali kelas, orang tua, dan masyarakat.
5.      Sebaiknya orang tua selalu memberikan perhatian dan kasih sayang pada anak-anaknya.
6.      Dalam mendidik anak sebaiknya orang tua menerapkan pola asuh yang demokrasi.
7.      Sejak dini orang tua harus sudah mengajarkan norma-norma dan ajaran agama pada anak.
8.      Sebaiknya orang tua selalu menjaga komunikasi antar anggota keluarga, keharmonisan dan kehangatan dalam keluarga.