I. Pendahuluan
Konsep diri merupakan citra
subjektif dari diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap, dan
presepsi bawah sadar maupun sadar. Beberapa orang mungkin mengalami masalah
pada konsep dirinya. Masalah konsep diri harus bisa dikaji dengan baik. Faktor
predisposisi dan faktor presipitasi merupakan bagian dari pengkajian dalam
proses keperawatan pada individu yang mengalami masalah konsep diri. Oleh
karena itu,
pada laporan tugas mandiri ini akan dibahas tentang faktor predisposisi dan faktor presipitasi terkait dengan masalah konsep diri. Laporan tugas mandiri ini dibuat dengan telaah studi pustaka dan mengunduh dari internet.
pada laporan tugas mandiri ini akan dibahas tentang faktor predisposisi dan faktor presipitasi terkait dengan masalah konsep diri. Laporan tugas mandiri ini dibuat dengan telaah studi pustaka dan mengunduh dari internet.
II. Pembahasan
Proses
asuhan keperawatan dalam pengkajian pada masalah konsep diri dapat dilihat dari
faktor predisposisi dan faktor presipitasi.
A.
Faktor Predisposisi
1.
Faktor yang mempengaruhi harga diri.
Harga diri adalah sifat yang diwariskan secara genetik.
Pengaruh lingkungan sangat penting dalam pengembangan harga diri. Faktor-faktor
predisposisi dari pengalaman masa anak-anak merupakan faktor kontribusi pada
gangguan atau masalah konsep diri. Anak sangat peka terhadap perlakuan dan
respon orang tua. Penolakan orang tua menyebabkan anak memilki ketidakpastian
tentang dirinya dan hubungan dengan manusia lain. Anak merasa tidak dicintai
dan menjadi gagal mencintai dirinya dan orang lain.
Saat ia tumbuh lebih dewasa, anak tidak didorong untuk
menjadi mandiri, berpikir untuk dirinya sendiri, dan bertanggung jawab atas
kebutuhan sendiri. Kontrol berlebihan dan rasa memiliki yang berlebihan yang
dilakukan oleh orang tua dapat menciptakan rasa tidak penting dan kurangnya
harga diri pada anak. Orangtua membuat anak-anak menjadi tidak masuk akal,
mengkritik keras, dan hukuman.
Tindakan orang tua yang berlebihan tersebut dapat
menyebabkan frustasi awal, kalah, dan rasa yang merusak dari ketidak mampuan
dan rendah diri. Faktor lain dalam menciptakan perasaan seperti itu mungkin
putus asa, rendah diri, atau peniruan yang sangat jelas terlihat dari saudara
atau orangtua. Kegagalan dapat menghancurkan harga diri, dalam hal ini dia
gagal dalam dirinya sendiri, tidak menghasilkan rasa tidak berdaya, kegagalan
yang mendalam sebagai bukti pribadi yang tidak kompeten.
Ideal diri tidak realistik merupakan salah satu penyebab
rendahnya harga diri.Individu yang tidak mengerti maksud dan tujuan dalam hidup
gagal untuk menerima tanggung jawab diri sendiri dan gagal untuk mengembangkan
potensi yang dimilki. Dia menolak dirinya bebas berekspresi, termasuk kebenaran
untuk kesalahan dan kegagalan, menjadi tidak sabaran, keras, dan menuntut diri.
Dia mengatur standar yang tidak dapat ditemukan. Kesadaran dan pengamatan diri
berpaling kepada penghinaan diri dan kekalahan diri. Hasil ini lebih lanjut
dalam hilangnya kepercayaan diri.
2. Faktor
yang mempengaruhi penampilan peran
Peran yang sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah
diterima oleh masyarakat, misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri
, kurang objektif, dan kurang rasional dibandingkan pria. Pria dianggap kurang
sensitive, kurang hangat, kurang ekpresif dibanding wanita. Sesuai dengan
standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak seperti lazimnya maka
akan menimbulkan konflik didalam diri mapun hubungan sosial. Misalnya wanita
yang secara tradisional harus tinggal dirumah saja, jika ia mulai keluar rumah
untuk mulai sekolah atau bekerja akan menimbulkan masalah. Konflik peran dan
peran yang tidak sesuai muncul dari faktor biologis dan harapan masyarakat
terhadap wanita atau pria.
3. Faktor
yang mempengaruhi identitas diri
Intervensi orangtua terus-menerus dapat mengganggu pilihan
remaja. Orang tua yang selalu curiga pada anak menyebakan kurang percaya diri
pada anak. Anak akan ragu apakah yang dia pilih tepat, jika tidak sesuai dengan
keinginan orang tua maka timbul rasa bersalah. Ini juga dapat merendahkan
pendapat anak dan mengarah pada keraguan, impulsif, dan bertindak keluar dalam
upaya untuk mencapai beberapa identitas. Teman sebayanya merupkan faktor lain
yang mempengaruhi identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan, diingikan, dan
dimilki oleh kelompoknya.
B.
Faktor Presipitasi
1. Trauma
Masalah khusus tentang konsep diri disebabakan oleh setiap
situasi dimana individu tidak mampu menyesuaikan. Situasi dapat mempengaruhi
konsep diri dan komponennya. Situasi dan stressor yang dapat mempengaruhi
gambaran diri dan hilangnya bagian badan, tindakan operasi, proses patologi
penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang, dan
prosedur tindakan dan pengobatan.
2. Ketegangan
peran
Ketegangan peran adalah stres yang berhubungan dengan
frustasi yang dialami individu dalam peran.
a. Transisi
perkembangan
Transisi perkembangan adalah perubahan normatif berhubungan
dengan pertumbuhan. Setiap perkembangan dapat menimbulkan ancaman pada
identitas. Setiap tahap perkembangan harus dilakukan inidividu dengan
menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dapat merupakan
stressor bagi konsep diri.
b. Transisi situasi
Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan. Transisi
situasi merupakan bertambah atau berkurangnya orang yang penting dalam
kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti, misalnya status sendiri menjadi
berdua atau menjadi orang tua.
c. Transisi
sehat sakit
Transisi sehat sakit berkembang berubah dari tahap sehat ke
tahap sakit. Beberapa stressor pada tubuh dapat menyebabakan gangguan gambaran
diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh dapat mempengaruhi
semua komponen konsep diri yaitu gambaran diri, peran ,dan harga diri. Masalah konsep
diri dapat dicetuskan oleh faktor psikologis, sossiologis, atau fisiologis,
namun yang lebih penting adalah persepsi klien terhadap ancaman.
perilaku.
perilaku.
III. Penutup
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan, faktor
predisposisi dan faktor presipitasi sangat mempengaruhi konsep diri yang
dimiliki individu. Faktor predisposisi dan faktor presipitasi merupakan bagian
dari pengkajian pada individu yang mengalami masalah konsep diri. Faktor
predisposisi terdiri dari faktor yang mempengaruhi harga diri, penampilan
peran, dan identitas diri. Faktor presipitasi berupa trauma dan ketegangan
peran pada transisi perkembangan dan sehat sakit. Oleh karena itu, dalam
menyusun rencana asuhan keperawatan terkait dengan masalah konsep diri perlu
memperhatikan faktor predisposisi dan faktor presipitasi pada individu.
lihat juga :