BAB
I
PENDAHULUAN
A. Identifikasi
klien
·
Nama : dedi feriansyah
·
Jenis kelamin : laki laki
·
Kelas : XI ips
·
Asal sekolah : SMA Negeri I Binangun
·
Umur : 17 Tahun
·
Agama : islam
·
Alamat siswa : binangun, cilacap, jawa tengah
·
Nama orang tua :
Ayah : suwarno
Pekerjaan : guru
Ibu : siti khomsiyah
Pekerjaan :
pedagang
B. Sasaran
tingkah laku yang akan diubah
Kehadiran yang tidak teratur
merupakan problem besar di sekolah-sekolah saat ini. Ketidakhadiran yang
dimaksud di sini adalah ketidakhadiran yang disebabkan kaena alasan yang tidak
jelas, bukan karena alasan sakit atau lainnya.
Jika ketidakhadiran siswa dikarenakan sakit atau ada kepentingan, dalam artian masih bisa memberikan alasan yang jelas, hal itu masih bisa diterima. Tetapi jika alasannya tidak jelas mengapa ia tidak hadir / masuk sekolah, hal ini perlu penanganan serius. Sebab cepat atau lambat masalah ini akan berdampak buruk baik untuk siswa itu sendiri maupun lingkungan sekolahnya.
Jika ketidakhadiran siswa dikarenakan sakit atau ada kepentingan, dalam artian masih bisa memberikan alasan yang jelas, hal itu masih bisa diterima. Tetapi jika alasannya tidak jelas mengapa ia tidak hadir / masuk sekolah, hal ini perlu penanganan serius. Sebab cepat atau lambat masalah ini akan berdampak buruk baik untuk siswa itu sendiri maupun lingkungan sekolahnya.
Sasaran tingkah laku yang akan diubah adalah
seorang siswa yang bernama dedi feriansyah, dia adalah salah satu siswa yang
sering sekali membolos.
BAB II
LANGKAH LANGKAH PENGUBAHAN TINGKAH LAKU
1. Definisi
Hampir di setiap sekolah kita
bisa menjumpai program Bimbingan dan Konseling. Hal ini bukan semata terletak
pada landasan atau ketentuan dari atas, namun yang lebih penting adalah
menyangkut upaya memfasilitasi peserta didik agar mampu mengembangkan potensi
dirinya.Tidak dapat dipungkiri bahwa keberadaan BK di sekolah saat ini sangat
dibutuhkan. Hal ini menyangkut tugas dan perannya terhadap peserta didik
seperti yang dikemukakan di atas. Lebih dari itu iklim dan lingkungan yang
“tidak sehat” membuat keberadaan BK menjadi sangat urgen dan mutlak ada.
Membolos dapat diartikan sebagai
perilaku siswa yang tidak masuk sekolah dengan alasan yang tidak tepat, atau
bisa juga dikatakan ketidakhadiran tanpa alasan yang jelas. Membolos merupakan
salah satu bentuk dari kenakalan siswa dan jika tidak segera diselesaikan atau
dicari solusinya dapat menimbulkan dampak yang lebih parah. siswa merupakan aktor
utama dalam peristiwa tersebut. Kalau ditanya mengapa terjadi kenakalan remaja?
Tentu jawabannya akan dikaitkan dengan tokoh pemainnya, yaitu para siswa itu
sendiri, mengapa mereka bisa berbuat demikian.
Kenakalan siswa merupakan suatu bentuk perilaku siswa yang menyimpang dari aturan sekolah. Kenakalan siswa banyak macamnya. Salah satunya ialah membolos atau masuk tidak teratur. Disebut kenakalan remaja karena membolos merupakan perilaku yang melanggar aturan sekolah.
Kenakalan siswa merupakan suatu bentuk perilaku siswa yang menyimpang dari aturan sekolah. Kenakalan siswa banyak macamnya. Salah satunya ialah membolos atau masuk tidak teratur. Disebut kenakalan remaja karena membolos merupakan perilaku yang melanggar aturan sekolah.
2. Faktor
penyebab siswa membolos :
·
Rendah diri
Sering
rasa kurang percaya diri menjadi penghambat segala aktifitas. Faktor utama
penghalang kesuksesan ialah kurangnya rasa percaya diri. Ia mematikan
kreatifitas siswa. Meskipun begitu banyak ide dan kecerdasan yang dimiliki
siswa, tetapi jika tidak berani / merasa tidak mampu untuk melakukannya sama
saja percuma.
Perasaan
diri tidak mampu dan takut akan selalu gagal membuat siswa tidak percaya diri
dengan segala yang dilakukannya. Ia tidak ingin malu, merasa tidak berharga,
serta dicemooh sebagai akibat dari kegagalan tersebut.
Perasan rendah diri
tidak selalu muncul pada setiap mata pelajaran. Terkadang ia merasa tidak mampu
dengan mata pelajaran matematika, tetapi ia mampu pada mata pelajaran biologi.
Pada mata pelajaran yang ia tidak suka, ia cenderung berusaha untuk
menghindarinya, sehingga ia akan pilih-pilih jika akan masuk sekolah.
Sementara
itu siswa tidak menyadari bahwa dengan tidak masuk sekolah justru membuat
dirinya ketinggalan materi pelajaran. Melarikan diri dari masalah malah akan
menambah masalah tersebut.
·
Perasaan termarginalkan
Perasaan tersisihkan tentu tidak
diinginkan semua orang. Tetapi kadang rasa itu muncul tanpa kita inginkan.
Seringkali anak dibuat merasa bahwa ia tidak diinginkan atau diterima di
kelasnya. Perasaan ini bisa berasal dari teman sekelas atau mungkin gurunya
sendiri dengan sindiran atau ucapan.
Siswa yang ditolak oleh teman-teman
sekelasnya, akan merasa lebih aman berada di rumah. Ada siswa yang tidak masuk
sekolah karena takut oleh ancaman temannya. Ada juga yang diacuhkan oleh
teman-temannya, ia tidak diajak bermain, atau mengobrol bersama. Penolakan
siswa terhadap siswa lain dapat disebabkan oleh faktor tertentu.
·
Sebab yang berasal dari sekolah
Sekolah merupakan tempat terjadinya
proses belajar mengajar. Di sana tempat siswa-siswa belajar ilmu pengetahuan.
Belajar akan lebih berhasil bila bahan
yang dipelajari menarik perhatian anak. Karena itu bahan harus dipilih yang
sesuai dengan minat anak atau yang di dalamnya nampak dengan jelas adanya
tujuan yang sesuai dengan tujuan anak melakukan aktivitas belajar.
Jadi suasana kelas sangat berpengaruh
terhadap motivasi belajar siswa. Selain itu, tujuan pembelajaran yang jelas
juga akan memudahkan siswa dalam pemahamannys. Sehingga siswa tidak akan bosan
dan mudah mengikuti kegiatan pembelajaran.
·
Faktor keluarga
Mungkin kita pernah mendengar (atau
mungkin sering) ada siswa yang tidak diperbolehkan masuk sekolah oleh orang
tuanya. Untuk suatu alasan tertentu mungkin hal ini dianggap paling efisien
untuk mengatasi krisis atau permasalahan dalam keluarganya. Misalkan kakaknya
sakit, sementara kedua orang tuanya harus pergi bekerja mencari nafkah. Untuk
menemani kakaknya tersebut maka adiknya terpaksa tidak masuk sekolah. Untuk
alasan tersebut bolehlah sang adik tidak masuk sekolah. Tapi yang menjadi
masalah terkadang anak tersebut tidak membuat surat izin kepada pihak sekolah,
sehingga piha sekolah tidak tahu duduk permasalahannya. Yang mereka tahu si
dedi membolos.Sementara dampaknya bagi anak tersebut ialah ia harus kehilangan
waktu belajarnya. Jika hal ini menjadi kebiasaan (membolos) lambat laun siswa
tersebut tidak peduli lagi dengan peraturan. Ia akan berbuat seenaknya,
terserah mau masuk atau tidak.
Orang tua tidak peduli pendidikan Selain
itu sikap orang tua terhadap sekolah juga memberi pengaruh yang besar pada
anak. Jika orang tua menganggap bahwa sekolah itu tidak penting dan hanya
membuang-buang waktu saja, atau juga jika mereka menanamkan perasaan pada anak
bahwa ia tidak akan berhasil, anak ini akan berkurang semangatnya untuk masuk
sekolah.
Biasanya sikap orang tua yang menganggap
bahwa pendidikan itu tidak penting karena mereka sendiri orang yang kurang
berpendidikan. Akibatnya penghargaan terhadap pendidikan hanya dipandang
sebelah mata. Bahkan mereka menuntut agar anak-anaknya untuk bekerja saja
mencari uang. Ironisnya mereka juga menuntut agar anaknya memperoleh hasil yang
lebih besar dari kemampuan anak tersebut. Orang tua seperti ini tidak memiliki
pandangan jauh ke depan, sebagai imbasnya masa depan anaklah yang menjadi
korban.
3. Menentukan
arah perubahan
Anak
yang dapat ke sekolah tapi sering membolos, akan mengalami kegagalan dalam
pelajaran. Meskipun dalam teori guru harus bersedia membantu anak mengejar
pelajaran yang ketinggalan, tetapi dalam prakteknya hal ini sukar dilaksanakan.
Kelas berjalan terus. Bahkan meskipun ia hadir, ia tidak mengerti apa yang
diajarkan oleh guru, karena ia tidak mempelajari dasar-dasar dari mata
pelajaran-mata pelajaran yang ddiperlukan untuk mengerti apa yang diajarkan.
Selain
mengalami kegagalan belajar, siswa tersebut juga akan mengalami marginalisasi
atau perasaan tersisihkan oleh teman-temannya. Hal ini kadang terjadi manakala
siswa tersebut sudah begitu “parah” keadaannya sehingga anggapan teman-temannya
ia anak nakal dan perlu menjaga jarak dengannya.
Hal
yang tidak mungkin terlewatkan ketika siswa membolos ialah hilangnya rasa
disiplin, ketaatan terhadap peraturan sekolah berkurang. Bila diteruskan, siswa
akan acuh tak acuh pada urusan sekolahnya. Dan yang lebih parah siswa dapat
dikeluarkan dari sekolah.Lalu karena tidak masuk, secara otomatis ia tidak
mengikuti pelajaran yang disampaikan guru. Akhirnya ia harus belajar sendiri
untuk mengejar ketertinggalannya. Masalah akan muncul manakala ia tidak
memahami materi bahasan. Sudah pasti ini juga akan berpengaruh pada nilai
ulangannya. Kewajiban pembimbing adalah memandu/mengarahkan mengarahkan siswa
untuk menemukan jati dirinya atau membantu siswa menemukan jalan keluar yang
terbaik dalam hidupnya dengan mempertimbangkan segi positif dan negatif bagi
siswa itu sendiri.
4. Perencanaan
strategi pengubahan
langkah ini untuk menetapkan jenis bantuan
apa, terapi apa yang akan dilaksanakan untuk membimbing kasus. Langkah ini
ditetapkan berdasarkan kesimpulan dalam langkah diagnosa, yaitu setelah
ditetapkan masalah beserta latar belakangnya. Untuk menetapkan langkah prognosa
ini sebaiknya ditetapkan bersama setelah mempertimbangkan berbagai kemungkinan
dan berbagai faktor.
Dalam menghadapi anak tersebut peran BK
sangatlah penting. Sebagai sarana untuk mencari solusi, fungsi BK cukup
efisien. Melalui pendekatan personal, harapannya siswa dapat lebih terbuka
dengan pemasalahannya, sehingga pembimbing dapat memahami dan mendapat gambaran
secara jelas apa yang sedang dihadapi siswa.
Menghentikan
sepenuhnya kebiasaan membolos memang tidaklah mudah dan sangatlah minim
kemungkinannya. Tetapi usaha untuk meminimalisisir kebiasaan tidak baik
tersebut tentu ada. Dan salah satu usaha dari pihak sekolah ialah dengan
program Bimbingan Konseling (BK).
Kita mungkin pernah melihat atau bahkan
mengalami sendiri bagaimana rasanya dihukum karena membolos. Padahal menghukum
bukanlah satu-satunya jalan untuk membuat siswa jera dalam melakukan
perbuatannya. Bisa jadi hal tersebut malah menjadikan anak lebih bengal dan
lebih susah ditangani. Sebab siswa remaja merupakan masa kondisi emosi yang
tidak labil, mudah tersinggung dan mudah sekali marah. Ibaratnya tulang rusuk,
jika dipaksakan untuk lurus maka ia akan patah. Oleh karena itu penanganannya
harus hati-hati.
5. Pelaksanaan
strategi pengubahan
Langkah pelaksanaan bantuan atau
bimbingan. Langkah ini merupakan pelaksanaan apa-apa yang ditetapkan dalam
langkah diatas. Pelaksanaan ini tentu memakan banyak waktu dan proses yang
kontinue dan sistematis serta memerlukan adanya pengamatan yang cermat.
Dengan mengetahui faktor-faktor
penyebabnya, pembimbing sedikit tahu bagaimana kondisi permasalahan siswa.
Langkah selanjutnya ialah melalui pendekatan supaya siswa yang membolos mau
menerima arahan dari pembimbing. Adapun jika siswa masih bersikap tertutup,
tidak mau menceritakan permasalahan mengapa ia membolos, maka pembimbing
menggunakan cara lain yaitu menanyakan pada teman dekatnya. Begitu semua
informasi yang diperlukan telah diperoleh, pembimbing langsung mengambil
tindakan preventif dan pengobatan. Seperti yang telah dikemukakan di atas,
pencegahan tidak harus melalui hukuman. Memberi nasehat dan arahan yang baik
akan lebih mengena dari pada membentak dan memarahinya.
Tidak teraturnya anak masuk sekolah
tidak sepenuhnya terletak pada siswa. Ada banyak sebab yang terletak di luar
kekuasaan anak, atau yang kurang dikuasai anak.Jadi kegiatan membolos siswa
tidak sepenuhnya kesalahan siswa. Ada faktor dari luar yang juga turut andil
dalam pembolosan tersebut. Oleh karena itu, tugas BK selain memberi arahan pada
siswa juga mengkondisikan lingkungan sekolahnya sebaik mungkin supaya siswa
merasa betah berada di sekolah. Selain itu pembimbing juga selalu menjalin
komunikasi dengan keluarga siswa ada kesepakatan dalam usaha mengatasi masalah
anak.
6. Evaluasi
Langkah ini dimaksudkan untuk menilai atau
mengetahui sejauh manakah langkah terapi yang telah dilakukan dan sejauh mana
hasilnya. Dalam langkah ini dilihat perkembangan selanjutnya dalam jangka waktu
yang lebih jauh.
Melalui program BK, pihak sekolah berupaya mencari
solusi bagi mereka yang suka membolos. Karena membolos terkait berbagai faktor,
maka dalam penyelesaiannya tidaklah mudah. Oleh karena itu pihak sekolah juga
mengikutsertakan orang tua.
Dengan adanya kerjasama yang baik antara pihak
sekolah (dalam hal ini BK) dan orang tua siswa, permasalah membolos siswa
diharapkan dapat diselesaikan sehingga tidak menjalar kepada siswa lainnya.
lihat juga :