RUMUSAN SECARA SISTEMATIS APA YANG AKAN
ANDA LAKUKAN SEBAGAI KONSELOR DI PENDIDIKAN PAUD/TK
A. Ekspektasi kinerja
koselor dikaitkan dengan jenjang pendidikan
Meskipun
sama-sama berada dalam jalur pendidikan formal, namun perbedaan rentang usia
peserta didik pada tiap jenjang memicu tampilnya kebutuhan layanan Bimbingan
dan Konseling yang berbeda-beda pada tiap jenjang pendidikan, namun batas ragam
kebutuhan antara jenjang yang satu dengan jenjang yang lain tidak terbedakan
sangat tajam yang tergambar sebagai gair.
Dengan kata lain, batas perbedaan antar jenjang tersebut lebih merupakan suatu wilayah. Di pihak lain, perbedaan yang lebih signifikan, juga nampak pada pada sisi pengaturan birokratik, seperti misalnya di Taman Kanak-kanak sebahagian besar tugas Konselor ditangani langsung oleh Guru Kelas Taman Kanak-kanak. Sedangkan di jenjang Sekolah Dasar, meskipun memang ada permasalahan yang memerlukan penanganan oleh Konselor, namun cakupan pelayanannya belum menjustifikasi untuk ditempatkannya posisi struktural Konselor di tiap Sekolah Dasar, sebagaimana yang diperlukan di jenjang Sekolah Menengah. Berikut ini, digambarkan secara umum perbedaan ciri khas ekspektasi kinerja Konselor di tiap jenjang pendidikan.
Dengan kata lain, batas perbedaan antar jenjang tersebut lebih merupakan suatu wilayah. Di pihak lain, perbedaan yang lebih signifikan, juga nampak pada pada sisi pengaturan birokratik, seperti misalnya di Taman Kanak-kanak sebahagian besar tugas Konselor ditangani langsung oleh Guru Kelas Taman Kanak-kanak. Sedangkan di jenjang Sekolah Dasar, meskipun memang ada permasalahan yang memerlukan penanganan oleh Konselor, namun cakupan pelayanannya belum menjustifikasi untuk ditempatkannya posisi struktural Konselor di tiap Sekolah Dasar, sebagaimana yang diperlukan di jenjang Sekolah Menengah. Berikut ini, digambarkan secara umum perbedaan ciri khas ekspektasi kinerja Konselor di tiap jenjang pendidikan.
v
Jenjang Taman Kanak-kanak.
Di
jenjang Taman Kanak-kanak di tanah air tidak ditemukan posisi struktural bagi
Konselor. Pada jenjang ini fungsi bimbingan dan konseling lebih bersifat
preventif dan developmental. Secara programatik, komponen kurikulum bimbingan
dan konseling yang perlu dikembangkan oleh konselor jenjang Taman Kanak-kanak
membutuhkan alokasi waktu yang lebih besar dibandingkan dengan yang dibutuhkan
oleh siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sebaliknya, pada jenjang
TK komponen individual student planning (yang terdiri dari: pelayanan
appraisal, advicement, transition planning) dan responsive services
(yang berupa pelayanan konseling dan konsultasi) memerlukan alokasi waktu
yang lebih kecil. Kegiatan konselor di jenjang Taman Kanak-kanak dalam komponen
responsive services, dilaksanakan terutama untuk memberikan pelayanan
konsultasi kepada guru dan orang tua dalam mengatasi perilaku-perilaku disruptive
siswa Taman Kanak-kanak.
v
Jenjang Sekolah Dasar.
Sampai
saat ini, di jenjang Sekolah Dasar pun juga tidak ditemukan posisi struktural
untuk Konselor. Namun demikian, sesuai dengan tingkat perkembangan peserta
didik usia Sekolah Dasar, kebutuhan akan pelayanannya bukannya tidak ada, meskipun
tentu saja berbeda dari ekspektasi kinerja Konselor di jenjang Sekolah Menengah
dan jenjang perguruan tinggi. Dengan kata lain, konselor juga dapat berperan
serta secara produktif di jenjang Sekolah Dasar, bukan dengan memosisikan dari
sebagai fasilitator pengembangan diri peserta didik yang tidak jelas posisinya,
melainkan mungkin dengan memosisikan diri sebagai Konselor Kunjung yang
membantu guru Sekolah Dasar mengatasi perilaku mengganggu (disruptive
behavior), antara lain dengan pendekatan Direct Behavioral Consultation.
B. Keunikan dan
Keterkaitan Tugas Guru dan Konselor
Tugas-tugas
pendidik untuk mengembangkan peserta didik secara utuh dan optimal sesungguhnya
merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru, konselor, dan tenaga
pendidik lainnya sebagai mitra kerja, sementara itu masing-masing pihak tetap
memiliki wilayah pelayanan khusus dalam mendukung realisasi diri dan pencapaian
kompetensi peserta didik. Dalam hubungan fungsional kemitraan antara konselor
dengan guru, antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan rujukan (referal).
Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat
pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya, demikian pula masalah
yang ditangani konselor dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya apabila
itu terkait dengan proses pembelajaran bidang studi. Masalah kesulitan belajar
peserta didik sesungguhnya akan lebih banyak bersumber dari proses pembelajaran
itu sendiri. Ini berarti bahwa di dalam pengembangan dan proses pembelajaran
bermutu, fungsi-fungsi bimbingan dan konseling perlu mendapat perhatian
guru, dan sebaliknya, fungsi-fungsi pembelajaran bidang studi perlu mendapat
perhatian konselor.
1. Tugas Konselor di Taman Kanak-kanak
Kebutuhan pengembangan diri konseli di Taman Kanak-kanak
nyaris sepenuhnya ditangani oleh guru yang sesuai dengan konteks tugas dan
ekspektasi kinerjanya, menggunakan spektrum karakteristik perkembangan konseli
sebagai konteks permainan yang memfasilitasi perkembangan kepribadian konseli secara
utuh. Namun begitu, konselor juga dapat berperan serta secara produktif di
jenjang Taman Kanak-kanak sebagai Konselor Kunjung (Roving Counselor) yang
diangkat pada tiap gugus Sekolah/Madrasah untuk membantu guru dalam menyusun
program bimbingan yang terpadu dengan proses pembelajaran, dan mengatasi
perilaku mengganggu (disruptive behavior) anak sesuai keperluan, yang salah
pendekatannya adalah Direct Behavioral Consultation.
2.
Tugas Konselor di Sekolah
Dasar /Madrasah Ibtidaiyah
Sampai saat ini, di jenjang Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah tidak ditemukan posisi struktural untuk Konselor. Namun demikian,
sesuai dengan tingkat perkembangan konseli usia Sekolah Dasar /Madrasah
Ibtidaiyah, kebutuhan akan pelayanannya bukannya tidak ada, meskipun tentu saja
berbeda dari ekspektasi kinerja konselor di jenjang Sekolah Menengah dan
jenjang Perguruan Tinggi. Dengan kata lain, konselor juga dapat berperanserta
secara produktif di jenjang Sekolah Dasar, sebagai Konselor Kunjung (Roving
Counselor) yang diangkat pada setiap gugus Sekolah/Madrasah, 2 (dua) – 3 (tiga)
konselor untuk membantu guru mengatasi perilaku mengganggu (disruptive
behavior) sesuai keperluan, antara lain dengan pendekatan Direct Behavioral
Consultation.
C. Pelaksanaan Bimbingan
dan Konseling di Taman Kanak-Kanak
Pelaksanaan
bimbingan dan konseling telah dirintis sejak tahun 1960-an dan dilaksanakan
secara serempak di sekolah sejak tahun 1975, yaitu saat diberlakukannya
kurikulum ’75. Pada saat itu istilah yang diperkenalkan dan dipergunakan adalah
Bimbingan dan Penyuluhan (BP). Istilah tersebut pada akhirnya memunculkan suatu
sebutan bagi pelaksanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah dengan sebutan guru
BP.
Dengan demikian, istilah guru BP dirubah menjadi guru BK.
Menurut SK Menpan no. 84/1993 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, pada pasal (3) disebutkan bahwa tugas pokok guru pembimbing adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menja ditanggung jawabnya.
Menurut SK Menpan no. 84/1993 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, pada pasal (3) disebutkan bahwa tugas pokok guru pembimbing adalah menyusun program bimbingan, melaksanakan program bimbingan, evaluasi pelaksanaan bimbingan, analisis hasil pelaksanaan bimbingan dan tindak lanjut dalam program bimbingan terhadap peserta didik yang menja ditanggung jawabnya.
D. Tugas Perkembangan
Siswa Taman Kanak-kanak
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang pelaksanaan Bimbingan dan Konseling
pada tingkat pendidikan taman kanak-kanak, maka sebaiknya kita mengenal
terlebih dahulu mengenai tugas perkembangan siswa Taman Kanak-kanak. Siswa TK
pada umumnya adalah individu yang mempunyai kisaran umur antara 4 – 7 tahun.
Menurut Hurlock (1994), pada usia ini tugas
perkembangan fisik yang terjadi pada antara lain adalah:
1. Tinggi badan, tinggi badan anak usia ini kurang lebih 46,6 inci atau sekitar 100-120 cm.
2. Berat badan, berat badan anak usia TK atau pada usia 6 tahun setidaknya harus enam atau tujuh kali dari saat mereka dilahirkan.
3. Perbandingan tubuh, pada usia anak TK pertumbuhan fisik (tubuh) akan semakin memperlihatkan bentuknya seperti wajah tetap kecil tetapi dagu lebih besar, perut rata (tidak buncit) dan dada yang lebih bidang dan rata.
4. Postur tubuh, postur tubuh anak TK pada umumnya dibadi menjadi tiga yaitu gemuk lembek (endomofrik), kuat berotot (mesomofrik) dan kurus (ektomofrik).
1. Tinggi badan, tinggi badan anak usia ini kurang lebih 46,6 inci atau sekitar 100-120 cm.
2. Berat badan, berat badan anak usia TK atau pada usia 6 tahun setidaknya harus enam atau tujuh kali dari saat mereka dilahirkan.
3. Perbandingan tubuh, pada usia anak TK pertumbuhan fisik (tubuh) akan semakin memperlihatkan bentuknya seperti wajah tetap kecil tetapi dagu lebih besar, perut rata (tidak buncit) dan dada yang lebih bidang dan rata.
4. Postur tubuh, postur tubuh anak TK pada umumnya dibadi menjadi tiga yaitu gemuk lembek (endomofrik), kuat berotot (mesomofrik) dan kurus (ektomofrik).
5. Tulang dan otot, pada usia anak
TK pertumbuhan tulang dan otot akan sangat bervariasi. Seringkali terlihat bahwa
otot mereka semakin kuat dan besar, tetapi tampak lebih kurus walaupun berat
mereka bertambah.
6. Lemak, anak yang endomofrik cenderung memiliki lemak lebih banyak, anak yang mesomofrik cenderung memiliki jaringan otot yang banyak dibanding lemaknya, sedangkan anak ektomofrik mempunyai otot yang kecil dan sedikit jaringan lemak.
7. Gigi, anak usia ini sudah mulai muncul gigi tetap yang mempunyai celah diantara masing-masing gigi yang memungkinkan munculnya gigi baru.
Lebih lanjut, Hurlock (1994) menyatakan bahwa perkembangan emosi yang sering terjadi pada masa kanak-kanak antara lain munculnya amarah, perasaan takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Di lain pihak, Mapiare (1984) menyatakan bahwa beberapa ciri anak usia pra sekolah antara lain sebagai (1) usia pra kelompok), (2) sebagai usia penjelajahan dan penjajagan, (3) sebagai usia mengandung kesulitan dan (4) sebagai usia yang dianggap kurang menarik.
6. Lemak, anak yang endomofrik cenderung memiliki lemak lebih banyak, anak yang mesomofrik cenderung memiliki jaringan otot yang banyak dibanding lemaknya, sedangkan anak ektomofrik mempunyai otot yang kecil dan sedikit jaringan lemak.
7. Gigi, anak usia ini sudah mulai muncul gigi tetap yang mempunyai celah diantara masing-masing gigi yang memungkinkan munculnya gigi baru.
Lebih lanjut, Hurlock (1994) menyatakan bahwa perkembangan emosi yang sering terjadi pada masa kanak-kanak antara lain munculnya amarah, perasaan takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih dan kasih sayang. Di lain pihak, Mapiare (1984) menyatakan bahwa beberapa ciri anak usia pra sekolah antara lain sebagai (1) usia pra kelompok), (2) sebagai usia penjelajahan dan penjajagan, (3) sebagai usia mengandung kesulitan dan (4) sebagai usia yang dianggap kurang menarik.
YANG AKAN DILAKUKAN JIKA ANDA DISEBAGAI
KONSELOR DI SD
Hakikat Bimbingan dan Konseling di SD
M. Surya (1988:12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya (OemarHamalik,2000:193).
Bimbingan adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat (Tim Pengembangan MKDKIKIPSemarang,1990:11).
Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikandirinya(selfrealization).
Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno,1997:106).
Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang (Mungin Eddy Wibowo, 1986:39).
Perlunya Bimbingan dan Konseling di SD Jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelakangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis. Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan. Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap..
a.
Fungsi penyaluran
ialah
fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih
program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah,
memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan
bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi
ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara
lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.
b. Fung sipenyesuaian (adjustif)
Fungsi
penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh
penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam
teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan
kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam
usahamengembangkandirinyasecaraoptimal.
c.
Fungsiadaptasi(adaptif)
Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14)
1. Peran Guru Kelas dalam Kegiatan BK di
SD
Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK,yaitu:
a. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajarandanlain-lain.
c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam prosesbelajar-mengajar.
d. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan danpengetahuan.
g. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau t
Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK,yaitu:
a. Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b. Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajarandanlain-lain.
c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam prosesbelajar-mengajar.
d. Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f. Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan danpengetahuan.
g. Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h. Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i. Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau t
lihat juga :