A. Lahirnya
Ilmu Alamiah
Manusia sebagai makhluk hidup melalui pancainderanya
memberikan tanggapan terhadap semua rangsangan, termasuk semua gejala di alam
semesta ini. Tanggapan terhadap gaejala-gejala atau peristiwa – peristiwa alam
meupakan suatu pengalaman.
Pengalaman tersebut dari zaman ke zaman akan berakumulasi
karena manusia memiliki rasa ingin tahu atau kuriositas terhadap segalanya di
alam semesta ini. Pengalaman merupakan salah satu cara terbentuknya
pengetahuan, yakni kumpulan fakta-fakta. Pengalaman itu akan bertambah terus
selama manusia ada di muka bumi ini dan mewariskan pegetahuan itu kepada
generasi berikutnya. Pertambahan pengetahuan (knowledge) seperti yang telah
dikemukakan didorong oleh: (1) dorongan untuk memuaskan diri yang bersifat
nonpraktis atau teoritis guna memenuhi kuriositas dan memahami hakikat alam
semesta dan isinya. (2) dorongan praktis, yang memanfaatkan pengetahuan itu
untuk menigkatkan taraf hidup yang lebih tinggi. Kedua dorongan itu menumbuhkan
kemajuan ilmu pengetahuan. Dorongan pertama menuju ilmu pengetahuan murbi (Pure
Science), sedangkan dorongan kedua menuju ilmu pengetahuan terapan (Applied
Science).
Ilmu alamiah merupakan kegiatan menusia yang bersifat
aktif dan dinamis. Artinya, kegiatan manusia yang tiada hentinya dari hasil
percobaan akan menghasilkan konsep, selanjutnya konsep tersebut akan mendorong
dilakukannya berikutnya dan seterusnya.
B. Kriteria
Ilmiah
Pengetahuan termasuk
kategori ilmu pengetahuan jika kriteria berikut dipenuhi, yakni: teratur, sistematis,
berobjek, bermetode, dan berlaku secara universal.
Sebagaimana telah
dikemukakan bahwa ilmu alamiah mempelajari segala sesuatu di alam semesta ini
sehingga alam semesta menjadi obyek. Tujuan ilmu alamiah menurut beberapa ahli
adalah mecari kebenaran tentang obyeknya, dan kebenaran itu bersifat relatif.
Alam semesta sebagai obyek penyelidikan mempunyai aspek yang sangat luas,
misalnya aspek fisis, aspek kimia, aspek biologis, dan aspek ekonomi. Oleh
karena itu, tidak mungkin ilmu alamiah dapat mencapai seluruh kebenaran
mengenai obyeknya. Kebenaran yang dapat dicapai oleh ilmu alamiah hanya satu
atau beberapa aspek saja sehingga aspek lain belum diketahui. Meskipun
demikian, yakni mencapai kebenaran yang sesuai dengan obyeknya. Secara umum,
dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan harus obyektif.
Untuk mencapai
kebenaran, yakni persesuaian antara pengetahuan dan objeknya, tidaklah terjadi
secara kebetulan, tetapi harus menggunakan prosedur atau metode yang tepat,
yaitu prosedur atau metode ilmiah (scientific method). Dengan prosedur atau
metode ilmia tersebut akan dicapai
kebenaran yang merupakan keputusan atas obyeknya, dan dirumuskan secara
tertentu. Namun, keputusan mengenai keadaan, sifat, tingkah laku, dan lain-lain
tidaklah bersifat khusus kerena hal itu bukan tujuan ilmu pengetahuan yang
mencari kebenaran yang bersifat umum.
C. Metode
Ilmiah dan Implementasinya
Segala
kebenaran yang terkandung dalam ilmu alamiah terletak pada metode ilmiah.
Kelebihan dan kekurangan ilmu alamiah ditentukan oleh metode ilmiah, maka
pemecahan segala masalah yang tidak dapat diterapkan metode ilmiah, tidaklah
ilmiah. Sebagai langkah pemecahan atau prosedur ilmiah dapat dirinci sebagai
berikut.
1.
Penginderaan
Penginderaan
merupakan langkah pertama dari metode ilmiah dan segala sesuatu yang tidak
dapat diindra, maka dapat diselidiki oleh ilmu alamiah, walaupun penginderaan
tidak selalu langsung.
Agar
penginderaan tepat dan benar, maka perlu pengulangan, dan pengulangan itu dapat
dilakukan juga oleh orang lain. Penginderaan yang tepat adalah sulit,
memerlukan waktu yang lama, dan setelah dicoba berkali-kali sering mengalami
kegagalan. Setiap orang mampu melakukan penginderaan melalui kelima inderanya,
tetapi penginderaan yang tepat sukar dilakukan karena sering adanya prasangka
yang melekat pada penginderaan itu.
2.
Masalah atau problem
Setelah
penginderaan dan perenungan dilakukan, langkah kedua adalah menentukan masalah.
Dengan kata, membuat pertanyaan: Apakah yang ditemukan melalui penginderaan
itu? Mengapa begitu? Bagaimana hal itu terjadi?
Penginderaan
yang dilakukan oleh orang umum dan ilmuan jelas berbeda karena ilmuwan
menunjukkan kuriositas yang tinggi. Pertanyaan-pertayaan seperti tersebut
diatas hendaknya relevan dan dapat diuji. Pengujiannya jelas memerlukan teknik yang
akurat.
Secara
umum, untuk menemukan masalah digunakan pertanyaan “Bagaimana?” atau “Apa?”.
Pertanyaan “Mengapa?” menimbulkan kesukaran, dan sering diganti “Bagaimana?”
atau “Apa?”. Pertanyaan “Mengapa Alam ini ada?” termasuk kategori yang tidak
dapat diuji sehingga halite tidak termasuk bidang ilmu alamiah.
3.
Hipotesis
Pertanyaan
yang tepat akan melahirkan sesuatu jawaban dan jawaban itu bersifat sementara
yang merupakan suatu dugaan. Dalam ilmu alamiah dugaan sementara itu disebut
hipotesis. Untuk membuktikan apakah dugaan itu benar atau tidak, diperlukan
fakta atau data. Fakta itu dapat dikumpulkan melalui survei atau exsperimen.
Bila data tidak mendukung hipotesis, harus disusun hipotesis baru.
Hipotesis,
kecuali didukung oleh data, agar mudah dibuktikan harus bersifat sederhana dan
memiliki jangkauan yang jauh. Dalam membuat hipotesis, tidak asal saja.
4.
Exsperimen
Exsperimen
atau percobaan merupakan langkah ilmiah keempat. Pada titik ini, ilmu alamiah
dan non-ilmu alamiah dapat dipisahkan secara sempurna. Exsperimen dapat
menunjukan bukti, sehingga jawaban yang bersifat dugaan itu menjadi jawaban
yang benar atau alamiah. Exsperimen yang baik harus dirancang dengan seksama
sehingga semua factor dapat dikendalika dan hipotesis dapat diuji kebenaranya.
5.
Teori
Bukti
exsperimen merupakan dasar langkah ilmiah berikutnya, yaitu teori. Apabila
suatu hipotesis telah didukung oleh bukti atau data yang meyakinkan dan bukti
itu diperoleh dari berbagai exsperimen yang dilakukan dilaboratorium, dimana
exsperimen itu dilakukan oleh berbagai peneliti dan bukti-bukti menunjukkan hal
yang dapat dipercaya dan valid, walaupun dengan keterbatasan tertentu, maka
disusun suatu teori.
Dari
uraian diatas ilmu alamiah terdiri dari tiga komponen yaitu produk, proses, dan
siakp. Contoh produk adalah konsep, teori, dan hukum. Proses merupakan
keterampilan untuk menemukan produk seperti keterampilan pengamatan,
exsperimen. Sementara contoh sikap adalah teliti dan jujur
D. Keterbatasan
Ilmu Alamiah
Penginderaan, penemuan masalah, penyusuna
hipotesis, exsperimen, dan teori merupakan urutan langkah atau prosedur ilmiah
yang lazim. Untuk menentukan sejauh mana arti konteksnya, kita uji sampai
dimana berlakunya metode ilmiah dan dimana metode ilmiah tidak berlaku, serta
kekhususannya.
1.
Biang ilmu alamiah
Yang
menentukan bidang ilmu alamiah adalah metode ilmiah karena bidang ilmu alamiah
adalah wahana dimana metode ilmiah dapat diterapkan. Sebaliknya bidang non-ilmu
alamiah adalah wahana dimana metode ilmiah tidak dapat diterapkan.
2.
Tujuan Ilmu Alamiah
Konsekuensi
metode ilmiah adalah menerapkan tujuan ilmu alamiah yaitu membentuk dan
menggunakan teori. Beberapa orang mengatakan bahwa tujuan ilmualamiah adalah
mencari kebenaran, menemukan fakta. Dalam hal ini hendaknya kita berhati-hati
dengan perkataan “kebenaran” yang sering digunakan dalam dua arti. Pertama,
menunjukkan kebenaranyang bersifat sementara, seperti pernyataan “Rambut saya
adalah hitam”. Kedua, menunjukkan kebenaran yang mutlak, seperti pernyataan,
“Dalam bidang geometri, jumlah sudut-sudut segitiga adalah 180˚”.